BeritaSimalungun.com-Jurnalis, dulunya kami sebut "wartawan", hendaknya konsisten dengan kebenaran dan mencerahkan masyarakat Indonesia.
Bukan membuat fakta menjadi fiksi. Menulis kisah yang hanya membuat masyarakat semakin bingung, khawatir, cemas, bahkan takut.(Baca: Kami Beda Keyakinan, Tapi Tetap Satu Darah & Saling Mengasihi)
Jurnalis seharusnya memedomani 5W+1H dengan nurani, kode etika Jurnalistik dengan konsisten, jangan hanya dengan kepentingan sesaat, apalagi menyesatkan.
Buatlah tulisan yang memberi harapan, bukan pesimis. Buatlah kisah yang mengarah pada persatuan, bukan mengadu domba. Janganlah menggambarkan situasi seolah neraka, padahal rakyat damai damai aja.
Jadilah jurnalis yang membela nasib bangsanya sendiri. Bukan membela kepentingan kepentingan asing yang akan menghancurkan bangsa sendiri.
Negara negara Arab, Jahudi, Amerika, Australia, Eropa, itu negara asing lho. Jangan dikira hanya Amerika aja yang asing.
Nasib bangsa ini banyak di tangan pena jurnalis. Sadarlah! Pena jurnalis itu tajam. Bisa mengeluarkan duri, menyembuhkan luka.
Tapi sebaliknya, penamu bisa juga melebarkan luka, menambah luka baru yang tak kunjung sembuh, bahkan menanam duri dalam daging.
Gunakanlah pena yang tajam itu untuk menyembuhkan, bukan melukai! Jadilah jurnalis pencabut duri, PEMBALUT LUKA. (St Jannerson Girsang)
0 Comments