Aktivis lingkungan yang mengatasnamakan Pejuang Danau Toba,
menelusuri dan mengungkapkan pencemaran air berupa jenis hewan lintah dan kutu
di Kawasan Danau Toba.IST
|
BeritaSimalungun.com, Medan-Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Sumatera Utara (Sumut) Hidayati tak menampik bahwa adanya lintah dan kutu di
perairan Danau Toba. Dimana keberadaan lintah dan kutu membuktikan kondisi air
Danau Toba memang sudah tercemar.
“Karena lintah itu merupakan jenis hewan yang bisa hidup di
tempat tercemar, jadi memang kondisi Danau Toba itu sudah tercemar. Kondisi
lingkungan di sekitar Danau Toba saat ini bukan semata tanggung jawab instansi LH
Sumut saja,” kata Hidayati kepada wartawan di Medan, Senin (20/2/2017).
“Semua pihak, termasuk masyarakat, harus bersinergi dan
berkomitmen membenahi kondisi lingkungan di kawasan yang digadang bakal menjadi
Monaco of Asia itu. Pencemaran di perairan Danau Toba terjadi di sejumlah titik
tertentu dengan kondisi oksigen terlarut yang sangat minim. Sumber utama
pencemaran adalah limbah yang berasal dari pakan ikan dan industri lainnya di
sekitar danau,” katanya.
Disebutkan, bila limbah domestik dari masyarakat juga
memiliki andil dalam pencemaran air Danau Toba. Hidayati juga menegaskan
kualitas air di sejumlah titik sudah menurun sehingga tak layak dikonsumsi dan
untuk kebutuhan sehari-hari lainnya.
Guna mengatasi masalah pencemaran, Hidayati mengatakan
pihaknya akan melakukan berbagai program-program. Dimana program itu merupakan
rencana aksi yang sudah disepakati dalam rangka pengembangan sektor pariwisata
di Danau Toba.
“Pemerintah pusat melalui Kementerian PU akan membangun
Instalasi Pengolahan Air Limbah di sana. Semua limbah akan disaring hingga
memenuhi indikator baku mutu sebelum disalurkan ke Danau Toba,” katanya.
Selanjutnya juga akan ditetapkan daya tampung produksi
ikan, yang untuk sementara ini ditetapkan sebanyak 50 ribu ton per tahun oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI melalui surat nomor
S.555/MENLHK/PPKL/PKL.2/12/2016 tentang Daya Dukung dan Daya Tampung (DDDT).
“Daya tampung tersebut perlu ditetapkan demi menekan dampak
limbah pakan ikan terhadap perairan danau. Upaya ini juga harus didukung dengan
penataan Keramba Jaring Apung (KJA) yang baik. Selain itu, Hidayati
mengungkapkan perlunya proses pemurnian air untuk membenahi kualitas di
perairan danau tersebut,” ujarnya.
Segera Atasi
Menanggapi berita adanya lintah dan kutu di perairan Danau
Toba, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Utara (DPRD Sumut), Sutrisno
Pangaribuan ST meminta pihak terkait segera diturunkan.
“Bila Polda Sumut, Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumut butuh kecepatan untuk ke Danau Toba maka
dapat menggunakan helikopter Basarnas," tegas Sutrisno kepada wartawan,
Senin (20/2/2017) di gedung DPRD Sumut, Jalan Imam Bonjol, Medan.
Saran tersebut bukanlah lelucon, karena berita yang telah
tersebar di kalangan masyarakat bila tidak segera diatasi maka akan memberikan
dampak negatif yang luas bagi pembangunan Danau Toba sebagai Monaco Asia.
“Saya serius, karena apa, karena ini berdampak masalah,
bisa kemana-mana dan sudah menjadi berita konsumsi. Terlepas benar atau
tidaknya berita itu, pemerintah ataupun institusi resmi harus segera melakukan
penyelidikan agar permasalahan itu dapat segera diatasi dan masyarakat tidak
bertanya-tanya terus," jelas Anggota Komisi C DPRD Sumut ini.
Menurutnya, permasalahan lintah di Danau Toba akan
memberikan akses negatif bagi turis domestik dan juga asing bahwa Danau toba
itu tidak layak untuk dikunjungi. Selain itu, dirinya juga mengharapkan agar
hasil penyelidikan dapat dilakukan secara terbuka dan secepatnya karena
hasilnya harus segera diklarifikasi kepada masyarakat.
“Siapapun yang melakukan langkah-langkah penyelidikan maka
ini harus terbuka. Justru kalau tertutup dan hasilnya tidak diumumkan maka
masyarkat akan enggan untuk mengunjungi Danau Toba, mereka akan mengatakan
ngapain lagi kita ke Danau Toba karena Danau Toba sudah banyak lintah,"
katanya. (BS-3)
0 Comments