Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Melewati Bukit Terjal Jalan Setapak, Kisah Perjuangan Murid SD Simanabun


Semangat anak-anak Desa Buttu Bayu, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara menuju SD SD Simanabun, 10 Februari 2017. Mereka harus melewati jalan berbutit terjal setapak dan sungai. Perjalanan mereka sekitar 5 KM setiap harinya menuju sekolah. IST

Semangat anak-anak Desa Buttu Bayu, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara menuju SD SD Simanabun, 10 Februari 2017. Mereka harus melewati jalan berbutit terjal setapak dan sungai. Perjalanan mereka sekitar 5 KM setiap harinya menuju sekolah. IST

Semangat anak-anak Desa Buttu Bayu, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara menuju SD SD Simanabun, 10 Februari 2017. Mereka harus melewati jalan berbutit terjal setapak dan sungai. Perjalanan mereka sekitar 5 KM setiap harinya menuju sekolah. IST

Semangat anak-anak Desa Buttu Bayu, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara menuju SD SD Simanabun, 10 Februari 2017. Mereka harus melewati jalan berbutit terjal setapak dan sungai. Perjalanan mereka sekitar 5 KM setiap harinya menuju sekolah. IST

Berangkat Sekolah, Lewati Bukit Terjal dan Seberangi Sungai

BeritaSimalungun.com, Silou Kahean-Semangat anak-anak Desa Buttu Bayu, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara untuk meraih pendidikan mengalahkan tantangan. Meski Indonesia sudah meraih kemerdekaan 72 tahun, namun kemerdekaan anak-anak sekolah dasar asal Desa Buttu Bayu belum merdeka hingga kini.

Seperti dikutip dari www.fokus-sumatera.com, sungguh miris dan ironis melihat perjuangan yang dialami anak-anak sekolah dasar Desa Buttu Bayu untuk menuju sekolah mereka di SD Simanabun, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

Akses jalan menuju SD SD Simanabun dari Desa Buttu Bayu sungguh memprihatinkan, karena hanya jalan setapak dengan melintasi perbukitan dan sungai-sungai kecil. Tak heran, disaan anak-anak SD itu berangkat dan pulang sekolah tidak menggunakan alas kaki.

Kemudahan dan fasiltas bersekolah masih jauh dari apa yang diharapkan oleh anak-anak dari Desa Buttu Bayu. Pasalnya jarak sekolah dari rumah mereka sangatlah jauh. Memang secara geografis letak sekolah  dengan rumah tempat tinggal mereka hanya berjarak kurang lebih 5 kilo meter.
SD Simanabun Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara . IST
Namun menuju sekolah maupun pulangnya mereka harus melintasi perbukitan yang terjal dan menyebrangi sungai Bah Balotu Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun   tanpa jembatan.
Desa Buttu Bayu adalah  sebuah desa yang terdapat di Kecamatan Silou Kahean Kabupaten Simalungun. Desa Buttu Bayu berbatasan langsung dengan Desa Simanabun, Kecamatan Silou Kahean.

Desa Buttu Bayu adalah pemekaran dari Desa Simanabun. Di Desa Buttu Bayu belum terdapat fasilitas sekolah. Untuk urusan pendidian dasar, anak–anak di desa itu terpaksa menimba ilmu ke Desa Sinasih atau Desa Simanabun.

Desa Sinasih berada di Utara  Desa Buttu Bayu dan Desa Simanabun  di bagian Barat Desa Buttu Bayu. Secara geografis Desa Buttu Bayu dipisahkan tebing dan sungai dari kedua desa tersebut.

Namun akses jalan dari Desa Sinasih dan ke Desa Buttu Bayu sudah terbuka dan sudah layak dilalui kendaraan bermotor. Sehingga sebagian besar anak-anak Desa Buttu Bayu yang memiliki kendaraan sudah memilih sekolah ke SD Sinasih dibandingkan sekolah ke SD Simanabun. Meskipun lebih dekat karena jalan penghubung Desa Simanabun dan Desa Buttu Bayu masih jalan setapak.

Bukit Terjal Menuju Pendidikan

Liberti Saragih salah seorang murid SD Simanabun yang berasal dari Desa Buttu Bayu, mengaku harus bangun jam 04.00 WIB subuh agar tidak terlambat tiba di sekolah (SD Simanabun). Liberti pun menunggu teman-teman lainnya agar berangkatnya secara bersaamaan.

Jika cuaca buruk dan musim penghujan, Liberti Saragih dan teman-temannya sering pulang di tengah perjalanan berhubung sungai yang akan mereka lintasi banjir. Maklum saja mereka menyebrangi sungai tanpa jembatan.

Yang lebih miris lagi ketika hujan turun saat mereka berada di sekolah, mereka harus menunggu sungai surut, baru mereka bisa pulang. Jalan yang mereka lalui adalah lembah bekas jalan yang berubah menjadi aliran air air hujan dan sangat rawan longsor.

Kepala sekolah SD Simanabun, Nursaide Purba, S Pd ketika dikonfirmasi wartawan mengatakan memberikan  keringanan masuk jam belajar. Karena mereka sering terlambat. Menurut Nursaide Purba, di sekolah anak-anak yang berasal dari Desa Buttu Bayu sering mengantuk di dalam kelas dan daya tangkap belajar mereka berada di bawah anak-anak lain.

“Karena mereka sering terlambat, kami memberikan keringanan jam masuk belajar. Mereka tidak diharuskan ikut berbaris di pagi hari. Kasihan mereka,” ujar Nursaide Purba.

Sementara Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Kecamatan Silou Kahean M Debora Saragih, M Pd ketika dikonfirmasi tentang keberadaan anak-anak SD dari Buttu Bayu ini mengakatan bahwa dalam  tahun ini akan dibangun Gedung Sekolah di Desa Buttu Bayu.


Debora menambahkan bahwa  baru-baru ini dari Dinas Pendidikan Kabupaten Simalungun telah meninjau lokasi pembangunan gedung sekolah tersebut di Desa Buttu Bayu. (BS-1)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments