PDIP Perjuangkan Modifikasi RUU Pemilu agar Suara Partai
Masuk ke Caleg Nomor 1
BeritaSimalungun.com, Kotapinang-Anggota Komisi III DPR RI
dari Dapil III Sumut Dr Junimart Girsang SH MBA MH masuk dalam perhitungan PDIP
Sumut untuk diikutkan survei Calon kandidat Gubernur Sumatera Utara pada
Pilkada 2018 mendatang. Selain Junimart Girsang juga muncul nama Maruarar
Sirait dan Sukur Nababan.
Ketua DPP PDI Perjuangan yang juga Wakil Ketua Komisi III
DPR RI Trimedya Panjaitan SH MH mengatakan, PDIP akan memunculkan tiga nama
sebagai bakal calon (Balon) Gubernur Sumatera Utara. Ketiga kader terbaik PDIP
ini adalah Dr Junimart Girsang SH MBA MH, Maruarar Sirait dan Sukur Nababan.
Semua anggota DPR RI, ini akan "dijual" kepada masyarakat untuk
disurvey, Polling siapa paling tinggi dialah yang akan ditetapkan partai
sebagai calon Gubsu.
Penegasan itu disampaikan Trimedya pada peresmian peletakan
batu pertama pembangunan Kantor DPC PDI-P Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Minggu
(12/3/2017) di Kotapinang, Labusel. Turut mendampingi Anggota DPR
RI Komisi III dari F-PDIP Dr Junimart Girsang, Sekretaris DPD PDIP Sumut
Sutarto MSi, Wakil Ketua DPD Meynarti Irene Sinaga, Ketua DPC PDIP
Labusel H Zainal, Wakil Bupati Labusel Khohlil Jufri Harahap, Sekda
Labusel, Kapolres Labuhanbatu AKBP Drs Frido Situmorang, Dandim,
Bendahara DPC PDIP Kota Medan Boydo Panjaitan SH, Wakil Ketua DPC Porman
Naibaho dan lainnya.
Di hadapan kader PDIP dan masyarakat Labusel, Trimedya
menjelaskan, dari sejumlah nama Balon Gubsu yang digodok partai, mengerucutlah
ketiga nama tersebut. Ketiga nama itulah yang akan ditawarkan kepada masyarakat
Sumut, tapi karena Fraksi PDIP di DPRD Sumut kurang empat kursi mencalonkan
sendiri calonnya sehingga harus berkoalisi dengan partai lain.
Setelah partai
mengusung, Cagubsu dan Cawagubsu PDIP dimintanya harus menang di Labusel. H
Zainal Ketua DPC PDIP Labusel tegas mengatakan siap memenangkan siapapun
Cagubsu yang diusung PDIP.
Kepada Pengurus DPC PDIP Labusel, Trimedya menegaskan, setelah PDI punya kantor baru, kursi di DPRD Labusel harus bisa bertambah dari 4 menjadi 8 kursi dan H Zainalpun optimis dengan target itu.
Kepada Pengurus DPC PDIP Labusel, Trimedya menegaskan, setelah PDI punya kantor baru, kursi di DPRD Labusel harus bisa bertambah dari 4 menjadi 8 kursi dan H Zainalpun optimis dengan target itu.
Untuk mencapainya, Trimedya
menyarankan agar DPC mencari caleg-caleg yang bagus dan petarung.
Karena sekitar 80-90% sistem Pemilu 2019 tidak banyak yang berubah, masih suara
terbanyak yang berhak duduk di legislatif. Dimungkinkan yang berubah
adalah Parlementary Treshold (ambang batas suara minimal parpol dalam Pemilu).
Trimedya yang juga anggota Panitia Khusus (Pansus) RUU Pemilu, melihat peraturannya tidak banyak berubah. PDIP kata dia, sedang berjuang supaya peraturan tersebut bisa dimodifikasi, yakni suara partai diserahkan ke caleg nomor urut 1 untuk menjaga kedaulatan partai.
Trimedya yang juga anggota Panitia Khusus (Pansus) RUU Pemilu, melihat peraturannya tidak banyak berubah. PDIP kata dia, sedang berjuang supaya peraturan tersebut bisa dimodifikasi, yakni suara partai diserahkan ke caleg nomor urut 1 untuk menjaga kedaulatan partai.
"Karena, nomor urut 1,2 dan
3 itu adalah putra-putri terbaik partai politik. Misalnya, suara saya 5000 dan
partai mendapat suara 50.000, maka kita perjuangkan agar suara
partai itu masuk ke caleg nomor satu secara otomatis," kata anggota DPR RI
empat periode ini.
Menurut legislatif dari Dapil Sumut II ini, ada parpol yang mengusulkan agar partai itu sendiri yang menentukan apakah suara itu disalurkan ke nomor urut 1 atau 10. Setelah masa reses DPR sekarang ini berakhir, maka pembahasan akan dilanjutkan.
Menurut legislatif dari Dapil Sumut II ini, ada parpol yang mengusulkan agar partai itu sendiri yang menentukan apakah suara itu disalurkan ke nomor urut 1 atau 10. Setelah masa reses DPR sekarang ini berakhir, maka pembahasan akan dilanjutkan.
"Tapi untuk sekarang, siapa yang akan menjadi
caleg harus sudah dipersiapkan, karena ketika RUU Pemilu selesai, akhir tahun
ini proses pencalekan sudah dimulai, kita harus memilih caleg-caleg yang petarung,
kalau tidak akan berat kita mendapat kursi," terangnya.
Pandangan PDIP, di Pilkada 2015 dan 2017 para calon kepala daerah di tingkat kabupaten/kota yang menang rata-rata menghabiskan uang kurang dari Rp 20 miliar. Untuk itu PDIP menyampaikan kepada aparat penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan dan KPK agar ikut mendidik rakyat.
Pandangan PDIP, di Pilkada 2015 dan 2017 para calon kepala daerah di tingkat kabupaten/kota yang menang rata-rata menghabiskan uang kurang dari Rp 20 miliar. Untuk itu PDIP menyampaikan kepada aparat penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan dan KPK agar ikut mendidik rakyat.
"Rakyat tidak
ingin pemimpin yang korup tapi pada saat pemimpin itu ingin mengambil kekuasaan
itu para calon pemimpin itu "digalang" oleh rakyat juga.
Kita bersyukur Pemilu Pilkada 2017, penegakan hukum sudah mulai ada, KPK bisa
meminimalisir upaya-upaya politik uang,"ungkapnya.
Tentang Pilgub DKI Jakarta, Trimedya mengemukakan seluruh kader "keroyokan" untuk memenangkan Ahok-Djarot. Sebanyak 139 kepala daerah dari PDIP, seluruh pimpinan dewan, anggota dewan Fraksi PDIP DPR RI, DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota diperintahkan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri untuk masuk ke kecamatan, kelurahan sampai RW dan TPS-TPS.
Tentang Pilgub DKI Jakarta, Trimedya mengemukakan seluruh kader "keroyokan" untuk memenangkan Ahok-Djarot. Sebanyak 139 kepala daerah dari PDIP, seluruh pimpinan dewan, anggota dewan Fraksi PDIP DPR RI, DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota diperintahkan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri untuk masuk ke kecamatan, kelurahan sampai RW dan TPS-TPS.
"Karena pertarungan Pilgub DKI adalah pertarungan ideologi, bukan sekedar
Ahok jadi Gubernur lagi atau tidak. Mengenai Pileg dan Pilpres, PDIP sedang
berjuang agar Pileg dan Pilpres tidak serentak dilaksanakan. Karena
khawatir dari sisi pengamanan, Megawati khawatir terjadi chaos disatu
daerah padahal pasukan TNI-Polri sudah dibagi habis untuk pengamanan.
Panglima TNI, Kepala BIN dan Kapolri kata Trimedya juga khawatir kalau satu hari itu serentak dilakukan Pileg dan Pilpres. Dari sisi biayanya juga kata lebih besar terutama segi pengamanan.
Panglima TNI, Kepala BIN dan Kapolri kata Trimedya juga khawatir kalau satu hari itu serentak dilakukan Pileg dan Pilpres. Dari sisi biayanya juga kata lebih besar terutama segi pengamanan.
"Caleg-caleg juga sulit kita
harapkan mau bekerja untuk Pilpres, para caleg dari Pusat sampai Kabupaten/Kota
tentu memikirkan nasibnya duduk lagi atau tidak. Sehingga sulit kita
harapkan para caleg mengusung capres secara total. Kami berharap dua minggu
atau tiga minggu ada jeda antara Pileg dengan Pilpres," paparnya. (SIB)
0 Comments