BeritaSimalungun.com, Jakarta-Hal ini sudah cukup
membuktikan bahwa ‘kesantunan’ menjadi sebuah topeng bagi Sandiaga Uno dan
kawan-kawan. Ternyata ia memiliki seorang pembantu atau staff khusus yang tidak
santun. Beredar sebuah foto yang menjadi viral karena ucapan syukur yang
dilakukan oleh seseorang yang tidak dikenal. Namun ternyata netizen berhasil
menguak siapa orang-orang yang ada di balik itu. Namun saya ingin menekankan
kepada satu orang staff, bernama Charlie Simarmata.
Apa yang dilakukannya bukanlah hal yang pantas,mengapa?
Karena Charlie dan teman-temannya merayakan kekalahan Pak Ahok, bukan hanya di
Pilkada. Di dalam vonis hakim selama dua tahun, yang menurut banyak orang,
vonis tersebut cacat secara hukum, mereka merayakan dengan melakukan tumpeng.
Setelah berpesta di Bar dengan wine, mereka berpesta dengan
melakukan makan bersama dan tumpeng. Tidak lupa ada kertas bertuliskan “Selamat
Ahok Dipenjara” menghiasi tumpeng tersebut. Restoran makan yang tidak diketahui
lokasinya, menjadi tempat mereka merayakan kekalahan Pak Ahok dan tim kuasa
hukumnya di persidangan. Ini adalah potret yang menjijikkan. Bukan hanya
menjijikkan, namun membuat emosi para pendukung Ahok berkecamuk.
Menurut status Facebooknya, Charlie Simarmata merupakan
Komisaris dari Konsultan Properti di Jakarta dan sekitarnya. Ia adalah lulusan
dari Ilmu Komunikasi Universitas Sisingamangararaja Medan. Ia juga belajar
marketing di SIMS Jakata, dan Teknik Komputer. Pria ini juga merupakan lulusan
SMA Negeri Labuhan Deli Medan. Pria ini sudah menikah.
Status terakhirnya yang dicuitkan pada hari ini, 11 Mei
2017 sekitar pukul 7 pagi berbunyi
demikian. “Sori Ya Bro, Jangan Paksakan Saya Harus Respec dan Berempati. Karena
Saya Lagi Bahagia-Bahagianya. Morning All,” Chalie Simarmata.
Di satu sisi saya cukup salut dengan orang ini karena profile
Facebooknya terbuka untuk umum, dan terbuka untuk dikomentari. Banyak sekali
foto-fotonya sekarang mulai dikomentari oleh para netizen. Ketimbang hal yang
positif, ternyata komentar negatif menghiasi Facebooknya.
Di satu sisi saya cukup salut dengan orang ini karena
profile Facebooknya terbuka untuk umum, dan terbuka untuk dikomentari. Banyak
sekali foto-fotonya sekarang mulai dikomentari oleh para netizen. Ketimbang hal
yang positif, ternyata komentar negatif menghiasi Facebooknya.
Ini merupakan tekanan yang diberikan oleh rakyat. Tekanan
mental dan moral sedang diberikan. Saya tidak tahu seberapa tahannya Charlie
Simarmata dapat menahan setiap tekanan ini. Pria ini sepertinya bukan pria
kere, melainkan pria mapan yang cukup berhasil. Terlihat dari pekerjaannya
sebagai konsultan properti dan pemain properti juga tentunya.
Komentar pedaspun sering dimunculkan oleh Charlie,
khususnya kepada para pendukung Ahok. Karangan bungapun dikomentari secara
tidak jelas oleh orang ini. Begini isinya “Biasa Aja Bro, Tak Perlu Dengan Air
Mata, Apalagi Karangan Bunga. Dahh Gitu Aja Tok...Tok...Tok...” Charlie
Simarmata.
Kemungkinan besar ia memiliki masalah dengan karakternya di
dalam menerima fakta, bahwa Ahok yang kalah justru memenangkan hati rakyat. Ini
merupakan potret umum dari para pendukung Anies Sandi yang menyatakan iri hati
dan dengki. Bagaimana mungkin Ahok yang kalah, mendapatkan karangan bunga lebih
banyak dari Anies Sandi?
Pria beranak tiga dan beristri satu terlihat seperti
keluarga pada umumnya, namun mengapa kebencian masih ada di dalam dirinya?
Bukankah seharusnya keluarga itu sudah membahagiakannya?
Setahu saya, ia adalah
orang Kristen. Hal ini membuktikan mau Anda Kristen, Islam atau agama apapun,
di dalam status ekonomi apapun tidak jaminan. Jika kebencian melanda kalian,
kalian sejatinya tidak berbeda dengan kaum bumi datar. Agama hanyalah tempelan,
status ekonomi hanyalah topeng, sejatinya kalian adalah bumi datar.
Seringkali saya mendapatkan e-mail bahwa para penulis
Seword mengintimidasi agama tertentu, khususnya agama Islam. Namun sekali lagi
saya sebagai salah satu penulisnya, ingin menyatakan hal itu salah besar.
Kami
disini memiliki beban untuk membela orang baik dan membongkar setiap kedok yang
ada dari orang-orang yang menganggap dirinya santun dan agamis, padahal tidak
jauh dari kelaliman dan kefasikan. Jadi izinkan saya sebagai penulis untuk
menepis tudingan tersebut dengan pemberitaan yang memang jelas arahnya untuk
membela orang baik. Jadi semua ini adalah masalah keberpihakan. – Anies
Baswedan. Betul kan yang saya katakan? (Hysebastian*)
Sumber: (https://seword.com)
0 Comments