Aloysius Bayu Rendra Wardhana ( Foto: Facebook ) |
Bayu adalah orang yang mengadang sepeda motor Yusuf Fadhil (18) dan Firman Hakim (16) yang memangku bom rakitan. Bayu mampu menyelamatkan sekitar 500 jemaat Gereja SMTB yang sedang mengikuti akhir dari misa atau kebaktian rutin.
BeritaSimalungun, Surabaya - Nama almarhum Aloysius Bayu Rendra Wardhana, mendadak viral berkat kenekatannya, mengadang laju sepeda motor yang tiba-tiba nyelonong hendak masuk ke Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB), di Jalan Ngagel Madya, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018) pagi.
Atas tindakannya yang menghentikan sepeda motor yang dikendarai Yusuf Fadhil (18) beserta membonceng adik kandungnya Firman Hakim (16) sambil memangku bom rakitan, Bayu mampu menyelamatkan sekitar 500 jemaat Gereja SMTB yang sedang mengikuti akhir dari misa atau kebaktian rutin.
Begitu Bayu, demikian Aloysius Bayu Rendra Wardhana, penghobi fotografi yang mengabdikan diri pula sebagai dirijen puji-pujian dan sekaligus sekuriti Gereja SMTB, berhasil membuat laju motor Yusuf Fadhil terhenti dan langsung meledak di halaman gereja.
Seketika itu pula, tubuh Bayu yang tinggi itu hancur bersama kedua pengendara dan pembonceng motor yang menabraknya. Sementara kepulan asap terlihat membubung tinggi.
“Bunyi ledakan keras itulah suara dari ledakan bom bunuh diri yang semula dipangku di antara kedua remaja kakak-beradik itu. Bahkan ada dugaan, di masing-masing pinggangnya juga dililitkan bom yang mengakibatkan bagian perut dan pinggang keduanya "lenyap".
Misa pertama dari pukul 06.30 WIB. hingga pukul 07.30 WIB itu sendiri baru akan berakhir. Setelah bom meledak, seketika itu pula jemaat menjadi gempar, terkejut, dan panik.
Aloysius Bayu, Pahlawan di Gereja Santa Maria di Surabaya-FB |
Majelis Gereja yang kebetulan sudah bersiap-siap memberikan salam kepada para jemaat yang hendak kembali pulang, berusaha menenangkan jemaat melalui pengeras suara. Sebagian jemaat yang semula sudah berada di luar pintu, berhamburan balik masuk dan ada pula yang keluar pagar halaman gereja.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Mas Bayu, sekaligus sedih karena ia gugur dan telah kembali kepangkuan Allah Bapa,” ujar Suhadi, salah seorang jemaat Gereja SMTB Ngagel ketika menceritakan kejadian yang sangat mengerikan itu.
Hal senada juga diungkapkan sejumlah pimpinan gereja yang menyatakan sangat amat berterima kasih dengan langkah Bayu yang dengan sigap menghadang motor pelaku teror.
Jika tidak, maka gereja beserta tabernakel dan ratusan umat satu gereja dipastikan akan terkapar hancur. Karenanya, mereka mengusulkan kepada Uskup Surabaya untuk mengabadikan nama Aloysius Bayu Rendra Wardhana menjadi nama salah satu gereja di Kota Surabaya.
Bersamaan dengan gugurnya dan kedua pelaku bom bunuh diri, ikut menghembuskan nafas terakhir pula di tempat kejadian perkara (TKP), bocah tak berdosa Vinsensius Evan (11) dan kemudian disusul Nathanael (8) yang sebelumnya sempat diamputasi kakinya karena luka sangat parah, akibat terkena ledakan bom rakitan teroris.
Nathanael dilaporkan meninggal, Senin (14/5) dini hari. Sementara puluhan korban yang mengalami luka serius dan ringan, yang saat itu akan mengikuti missa kedua, masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit di Surabaya.
Dahlia (32), salah seorang saksi jemaat gereja itu mengungkapkan, pengendara motor yang membawa bom bunuh diri itu, memasuki halaman gereja dengan laju yang kencang tanpa direm saat menabrak Bayu.
Semula Bayu hendak mengarahkan pelaku agar memarkir kendaraannya di tempat parkir yang ada. Namun pengendara tetap melajukan motornya hendak mengarah ke pintu gereja. Bayu spontan menghadang dan kemudian terjadi ledakan keras ketika motor pelaku menabrak Bayu.
Para pimpinan gereja dan ratusan jemaat tidak bisa membayangkan, apa yang bakal terjadi, jika motor kedua teroris remaja itu benar-benar menerobos masuk pintu gereja yang di dalamnya penuh umat yang sedang mengikuti mengikuti misa pertama. Pimpinan gereja sempat mengajak berdoa sebentar sebelum kemudian meminta para jemaat kembali pulang.
Pelaku Bercadar
Kepanikan lain juga terjadi di Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro Surabaya. Waktunya hampir bersamaan dengan kejadian di Gereja SMTB. Para jemaat yang sedang mengikuti misa pertama pukul 06.00-07.30, dikejutkan suara ledakan sangat keras di halaman gereja.
Majelis meminta jemaat untuk tidak ke luar gereja dan meminta tetap berada di dalam gereja agar tidak menjadi korban ledakan yang sebelumnya tidak pernah diduga berasal dari ledakan bom bunuh diri.
Saksi mata Dianto (47) menuturkan, ia melihat tiga perempuan seorang ibu dan anak-anak, diturunkan dari sebuah kendaraan mobil. Yang perempuan mengenakan pakaian syar’i dengan cadar hitam dan menggandeng dua anak-anak memasuki dengan cepat halaman gereja.
Melihat wanita bercadar masuk Gereja GKI, salah seorang Satpam Gereja, Yesaya menghampiri wanita bercadar yang belakangan diketahui bernama Puji Kuswati (47) dan kedua anaknya, Famela Rizkita (9) dan Fadila Sari (12) agar kembali karena misa sudah akan berakhir.
Namun saksi mata melihat, ketiga tamu tak diundang itu justru memaksa dan kemudian yang perempuan dewasa itu menabrakkan diri ke tubuh Yesaya dan terjadilah ledakan hebat. Wanita dewasa dan anak yang digandengnya Fadila Sari itu tewas seketika dengan bagian tengah tubuhnya hancur ketika dua kali ledakan terjadi.
Sedangkan Yesaya mengalami luka parah akibat ledakan ketiga dari tubuh Famela. Namun kemudian Famela dikabarkan meninggal di rumah sakit. Sekitar lima menit dari ledakan pertama, terdengar ledakan kedua.
Salah seorang saksi lainnya dari jemaat Gereja GKI, Wiryo (51), yang saat itu mengikuti misa pertama di GKI, mendengar suara ledakan sangat keras. Seketika itu, umat panik. Pihak majelis meminta agar jemaat yang ada di dalam gereja, untuk tetap bertahan di dalam.
Sementara ada jemaat yang diutus untuk ke luar ke halaman gereja, melihat kejadian apa yang sebenarnya terjadi. Setelah aparat kepolisian datang, umat diminta untuk segera meninggalkan gereja, karena masih ada satu bom bunuh diri yang masih belum meledak. Wiryo melihat, tubuh korban pembawa bom maut itu hancur.
Lain lagi kejadian di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), di Jalan Arjuno, Surabaya. Pelaku bom bunuh diri seorang diri. Ia yang bernama Dita Oeprianto, membawa bom dalam mobil. Dita menabrakkan mobilnya ke bagian parkir motor. Suara ledakan keras terdengar sampai radius satu kilometer. Dita tewas seketika.
Ternyata pelaku bom bunuh diri di tiga gereja di Kota Surabaya itu merupakan satu keluarga. Yusuf dan Firman, bertugas melakukan aksinya di SMTB Ngagel Madya, istrinya Puji yang membawa kedua anaknya Fadila dan Famela beraksi di GKI Jalan Diponegoro. Sedangkan Dita Oeprianto sendiri, seusai menurunkan istri dan kedua anaknya di depan Gereja SMTB, justru melakukan meledakkan bom bunuh diri di Gereja GPPS Jalan Arjuno.(BS)
Sumber: Suara Pembaruan
0 Comments