Doa "Pangelekan" Untuk Korban KM Sinar Bangun di Pulo Malau dan Perairan Danau Toba.(Video Lihat di Facebook Ini) |
BeritaSimalungun, Tigaras-Berbagai upaya sedang dilakukan dalam pencarian korban tenggelamnya KM Sinar Bangun, dan belum membuahkan hasil. Penduduk Samosir, khususnya Keturunan Marga "Silau Raja" pun turut menggelar Doa/ ritual "Pangelekan" di Perairan Danau Toba, dan juga Pulo Malau, Samosir Jumat (22/6/2018).
"Kami Malau punya hubungan emosional kepada Namboru kami Nantinjo yang memiliki kekuatan di Danau Toba ini. Dengan kejadian ini kami prihatin dan tentu berupaya dalam doa. Mudah-mudahan melalyi acara ritual ini, Tuhan yang maha kuasa dan juga Namboru kami memberi kemudahan dalam pencarian korban, serta membantu orang-orang yang melakukan pencarian,"ujar Krimson Malau (Oppu Yandra).
Ritual itu dipimpin Oppu Martupa Malau dari Huta Salaon, Samosir. Dari pelabuhan Simanindo, mereka berangkat menuju Pulo Malau menggunakan kapal. Mereka yang ada pada ritual itu adalah Marga Malau dan boru Malau sebagaimana turunan dari kelompok marga "Silau Raja" yang menyebut "Nantinjo" namborunya, atau bibi dari leluhurnya.
Oppu Martupa mengenakan olos, tiba di Pulo Malau memanjatkan doa-doa dengan cara kepercayaan Batak Purba. Sirih "napuran" beserta jeruk purut dijadikan mediabkomunikasi terhadap Sang Pencipta, dan khususnya leluhur mereka yang dikenal dengan sebutan "Namboru Nantinjo".
Ritual tersebut bertujuan "mangelek" atau berdoa kepada "Namboru Nantinjo" yang diyakini menjaga Danau itu. Dalam doanya, terlebih dahulu mereka memohon maaf atas keusilan manusia yang mengotori danau.
Setelah itu memanjatkan doa-doa permohonan di Pulo Malau, Rombongan Marga Malau itu pergi ke tengah danau membawa sebuah piring berisi beras, sirih dan telur ayam kampung. Usai ritual di Danau, kemudian mereka kembali ke daratan. Dalam hajatan itu, fokus pada doa agar Timsar, relawan dan semua pihal yang melakukan pencarian juga dimudahkan.(*)
Sumber: Tribunews.com
0 Comments