Mereka bisa bekerja memberikan pertolongan di darat, air maupun udara. Tim elite Basarnas yang dikerahkan tidak mengenal cuaca buruk saat mencari korban.
BeritaSimalungun, Parapat - Kepala Basarnas Marsdya M Syaugi mengatakan, pihaknya menurunkan remote underwater vehicle untuk mendeteksi korban kapal KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba setelah berangkat dari Pelabuhan Simanindo di Samosir saat menuju Pelabuhan Tigaras di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumut.
"Alat canggih ini sudah kami datangkan dari Jakarta, dan langsung kita gunakan setibanya nanti di sini. Alat ini bisa melihat ke dalam air, bentuknya semacam skuter yang dapat menyelam dan mampu menarik objek seberat enam orang dewasa," ujar Syaugi di Pelabuhan Tigaras, Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Sumut), Selasa (19/6/2018).
Selainkan menurunkan alat canggih sambung Syaugi, pihaknya juga mengerahkan dua tim Basarnas Special Group dari pusat. Setiap tim terdiri dari 10 orang yang memiliki kemampuan tiga media. Mereka bisa bekerja memberikan pertolongan di darat, air maupun udara.
"Setiap personel elite ini dilengkapi mesin jet dan melesat sangat cepat saat menyelam di dalam air. Kami juga membutuhkan peran serta masyarakat untuk memberikan informasi. Secara prosedur, proses pencarian selama 7 hari ditambah 3 hari menjadi 10 hari," katanya.
Menurutnya, tim elite Basarnas yang dikerahkan tidak mengenal cuaca buruk saat mencari korban. Bahkan, ombak besar sekalipun tidak menjadi penghalang untuk melaksanakan evakuasi.
Turunkan Tim Peralatan Khusus
Pencarian korban tenggelam kapal kayu KM Sinar Bangun di perairan Danau Toba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara kembali dilanjutkan, Rabu (20/6/2018). Basarnas menurunkan tim dengan peralatan khusus guna mencari korban yang hilang.
"Kita siap melakukan pencarian sampai korban ketemu, bahkan seharian jika kondisi memungkinkan dan ada petunjuk," kata Kepala Basarnas M. Syaugi di posko utama tim SAR di Pelabuhan Tiga Ras Kabupaten Simalungun, Rabu.
Saat menerima informasi musibah itu pada 18 Juni 2018 kira-kira pukul 17.00 WIB, Basarnas langsung menurunkan tim yang disiagakan di Parapat dan melakukan pencarian sampai tengah malam.
Hasilnya, 18 korban selamat dievakuasi dan dirawat di puskesmas serta rumah sakit di Kabupaten Samosir dan Simalungun, sedangkan seorang lainnya, atas nama Tri Suci Wulandari meninggal.
Untuk lebih mengintensifkan pencarian, Basarnas mengerahkan tim penyelam yang berpengalaman dari Jakarta dan alat canggih pendekteksi di dalam air serta skuter air yang mampu mengangkut enam orang.
"Kita sudah dapatkan koordinat titik tenggelam dan memetakan kondisi alam untuk mengetahui sejauh mana dan ke mana korban tergeser dari posisi semula," katanya.
Syaugi memastikan, sesuai ketentuan, pencarian dilakukan dalam batas waktu tujuh hari dan bisa dilanjutkan tiga hari kemudian setelah evaluasi.
Dia tetap mengharapkan dukungan, partisipasi, dan doa dari masyarakat, serta pemangku kepentingan berupa informasi untuk lebih memudahkan dan mengefektifkan pencarian korban.(BS)
0 Comments