Info Terkini

10/recent/ticker-posts

* R A N K I N G *

Ilustrasi-FB
BeritaSimalungun-Kalau mendengar kata ranking. Urutan teratas yg kita ingat adalah raport Setiap pembagian raport selain daripada nilai nilai ujian , ranking menjadi pertanyaan.

"Udah terima raport..? Renking berapa.?"Anak anak kecil kadang tidak mengerti apa itu ranking. Makanya ketika terima raport rankingnya turun. Dari ranking 8 ke ranking 12. Si anak malah ketawa-ketawa bahagia. Lalu masih di halaman saja dia udah treak pada mamaknya

" Mak...! Rankingku naik, aku dapat rankiing 12 ".Kagetlah mamaknya ya kan. Udah capek rasanya dia nyuruh belajar tiap hari.
Kok nilainya malah menurun. Ranking 8 kian jadi ranking 12.

"Naik kepala utak kau yang naik, memang dasar anak paoklah kau, makan aja yang kau tau , mintak jajan saban menit, Memang dasar anak bodoh, main gem aja kerja kau tiap hari, kucampakkan nanti gem kau itu".

Masih panjaaang lagi mamak si Anu merepet kudengar jelas teriakannya. Hehe.. Tetanggaku idolaku 😉

Aku teringat dulu waktu masih bersekolah di SMP Negeri sekian di kota Binjai. Hanya 6 bulan saja ( 1 semester) aku sekolah di SMP Negeri sekian itu. Dan "terpaksa" harus dipindahkan sekolah.

Karena nyaris dipecat. Akibat terlalu banyak "kasus". Mulai dari cabut sekolah , berantam (berkelahi), bikin onar, diantaranya pernah menyembunyikan lonceng sekolah. Sehingga saat tiba lonceng masuk, piket kebingungan mau mukul apa. Potongan besi berbentuk pipa itu raib .😁😂

Lumayanlah waktu jam istrirahatnya agak panjang hahaha....Lalu puncaknya saat aku melawan guru karena sesuatu hal. Itu lah itu.

Aku dipindahkan ke SMP Swasta di satu perkebunan di daerah Langkat. Tinggal bersama Bapak - mamak dan ke 3 adik laki-lakiku. Sedih juga aku berpisah dari opungku yang mengasuhku sejak balita. Dan terasa kaku dan kikuk aku di rumah orang tua kandungku sendiri.

Rasanya seperri tinggal di rumah sodara saja. Dan dari kota kecil yang ramai dan serba lengkap, bioskop aja di Binjai ada 4 dimasa itu. Bioskop Madya - Deli - Binjai - Ria.

Lalu aku pindah ke kebon, PTPN II hmmm...kacau. Apa yang ada..? Cuma pohon rambung (karet) dimana mana. Hari hariku ya bermain di bawah rambung itu. 

Mau cabut sekolah juga mau kemana? Lagian yang diajak cabut siapa? Anak anak di kebon itu baik baik semua. Taunya mereka sekolah, pulang sekolah ngangon kambing, ngangon lembu, cari kayu bakar.

Karena adikku dan temannya mainnya ke sungai. Aku lebih memilih ikut kaum laki daripada main sama anak perempuan yg hari harinya nyari sayur pakis, daun citet dll di bawah rindangnya pohon rambung.

Hiburan yang ada paling nonton bioskop Misbar (gerimis bubar) di tanah lapang. Itu juga sponsornya jualan dulu, jualan batre ABC atau produk lain. Itu juga tertentu waktunya. Biasanya saat gajian kecil dan gajian besar.

Beradaptasi bagiku saat itu sulit. Kenaikan kelas rapotku jeblok , dapat ranking 37 dari 41 siswa 🙄

Situasiku saat itu membuat ruang gerakku terbatas. Paling dari rumah dan sekolah , akhirnya aku menikmati juga karena terbiasa. Akibatnya aku belajar jadi lebih fokus.
 
Ditambah emang gw dasarnya pintar kok hehe..😉Saat terima raport di semester 3 nilaiku melambung naik. Aku dapat ranking 3
Lalu pada saat naik ke kelas 3 aku malah dapat ranking 2.

Disinilah awalnya aku merasa sangat sangat tidak mengenakkan. Ini perasaanku looo.. bukan kamu. Aku jadi orang yang serius. Belajar itu aku tertekan, gk nyantai seperri biasa.

Kalau ujian, sebelumnya aku keluar paling cepat, bukan asal asal. Tapi emang baca soal lalu jawab, sudah. Lha... selama gw megang ranking, Kalau ujian malah keluar paling belakang. Kurang percaya diri.

Soal yang sudah dijawab dibaca ulang kembali ,sampai keringat dingin. Jangan sampai ada kesilapan apa lagi kesalahan. Jangan sampai ada teman yg ngatasi nilaiku, rankingku.

Pokoknya stress beratlah. Belum lagi kalau pas jam belajar. Ada pertanyaan nih.. dari guru. Trus aku gk tunjuk tangan karena gk tahu. Eh.... malah yg gk ranking yang hunjuk tangan,, betul pulak jawabannya.

Wadduh malu ati rasanya, pulangnya bisa gk nafsu makan gw. Kepikiran. Intinya menjadi ranking itu tidak mengenakkan bagi aku. Itu sebabnya aku gk pernah mempertanyakan ranking pada anak anak.

Aku lebih fokus pada nilai pencapaiannya. Nilai harus maksimal sesuai kemampuannya. Tidak sama kemampuan Boy - Leo - Meon.
Jangan dibanding-bandingkan. Nilai itu murni, yang dia dapat , tidak akan berubah dimanapun dia ditempatkan. Tapi kalau masalah ranking bisa berubah sesuai tempat.

Bisa saja di sekolah A nilai 80 itu ranking 1. Karena emang imbangnya dibawah 80. Tapi di sekolah B nilai 80 itu ranking 12. Karena beserak nilai 80an, Ranking 1 aja nilainya 95.
 
Meskipun aku bebasin, begitupun anak anakku dapat ranking juga di sekolahnya. Seperti Boy misalnya selalu dapat 3 besar. Tapi gak jadi pembicaraan bagi kami, biasa aja. Gk pernah dibahas.

Jadi poinnya adalah. Terbaik menurut nilai adalah nilai itu sendiri. Terbaik ala ala ranking tergantung imbangmu siapa. Jadi jangan trus bangga kali kalok udah ranking. Bisa saja terbaik dari antara yg buruk. Berbahagialah yang jadi anak Mak Boy yang gk pernah ditanyai ranking.
 
Cita cita orang tua terhadap anak anaknya berbeda beda. Orang tua umumnya menginginkan anaknya nomer 1. Yang terbaik. Apakah itu salah? NO.., tidak ada yg salah, terserah loe pada. Anak juga anakmu, bukan anakku. Ya kan..? 😀 Santai aja eda.

Urus anak masing masing. Aku pribadi lebih peduli nilai nilai budi pekerti dari pada nilai raport. Aku lebih fokus pada mental dan karakter. Aku bahagia anakku hidup dengan nilai kejujuran.

Aku tidak pernah mau bayar apapun untuk dapat sekolah pavorit misalnya. Pokoknya aku tidak pernah mau memanipulasi apapun dengan alasan untuk kebaikan anak. Biarkan apa adanya.

Kalau emang anakku bisanya cuma di SMAN sekian karena nilainya sekian. Ya biar ajalah gk masalah. Tapi kalau di sekolah itu anak kita bisa tambah bodoh dan tambah bandal.

Makanya kupindahkan anakku, biarlah aku kena sekian juta. Asallah bisa pindah ke sekolah yang satu itu (katamu). Ya terserahmu hehe. Lalu ada lagi yang keluar uang biar bisa anaknya masuk jalur undangan. "cuci raport" istilahnya.

Adalagi yang memanipulasi data penghasilan (gaji) supaya dapat beasiswa. Itu juga terserahmu, hebas bebas sajalah. Kalau aku gk ambil pusing, aku malah suka anakku di situasi yang sulit.

Karena anak anakku akan belajar justru dari masalah. Kalau kamu berusaha keras untuk selalu jadi orang tua yang baik. Kamu selalu pasang badan untuk "mengambil" semua kesulitan anak anakmu. Selalu membuat nyaman anak anakmu.

Dengan alasan yang meng"haru"kan bahwa kamu tak ingin anakmu merasakan kesusahan seperri kamu dulu. Helooo. Kamu sadar gk, bahwa sekarang kamu itu hebat karena diperhadapkan dengan kesulitan-masalah-problem di masa lalu.

Dan ingatlah, tidak selamanya kamu bisa membela anakmu seumur hidupmu. Kamu semakin tua dan lemah. Namun anakmu tidak terbiasa menghadapi kesulitan. Jadi maklum sajalah kalau anakmu jadi seperti itu. Manja.

Kalau aku , keinginanku gk muluk-muluk. Anak anakku bisa menikmati hidup. Orang yang mensyukuri hidupnya yang bisa. bahagia. Ah... Mak Boy sebenarnya ngeles aja (katamu).

Karena gk bisa ngasi apa apa sama anaknya. Makanya attar kek gitu ngomongnya. Wkwkwk...😜

Terserah loe mau bilang apa, bebas-bebas sajalah. Yang penting Mak Boy Anita Martha Hutagalung. Boy Steven Luther John Damanik. Leo Leonardo Damanik dan menantuku Iyo Yohana Reanita Gultom, Di bungsu Meon Johan Simeon Damanik. Kami asek asek aja. *Hidup adalah nilai bukan ranking. Be happy.
Gudmoning sayang aku. (
Mak Boy Anita Martha Hutagalung) 

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments