Jenazah almarhum Tumini saat dievakuasi petugas dan warga setempat dari rel kreta api, Kamis (2/8/2018) sekira pukul 06.00 WIB. |
Asahan, BS-Nasib tragis dialami Nenek Tumini (70) warga Lingkungan II, Kelurahan Binjai Sebrangan, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan. Wanita ini tewas mengenaskan usai ditabrak kereta api, Kamis (2/8/2018) sekira pukul 06.00 WIB.
Informasi dihimpun, Kereta Api dengan nomor Lok CC20378805 yang datang dari arah Kisaran menuju Tanjung Balai untuk menjemput gerbong dan penumpang melindas tubuh korban hingga hancur berserakan.
“Nenek itu tinggal sama aku, bang. Setiap pagi pukul lima Nenek sering keluar rumah untuk berolahraga. Saat itu saya tidak punya firasat apapun, karena Nenek sudah biasa ke luar rumah,” kata Deni Satria (21) cucu korban.
Hanya saja, sekira pukul 06.00 WIB, Deni melihat warga banyak di rel perlintasan kereta api. Warga kemudian berteriak manggil Deni.
“Begitu dipanggil, aku langsung lari ke arah rel kreta api. Begitu di sana, aku syok melihat tubuh Nenek sudah berserakan dengan kondisi kepala remuk dan seluruh tubuhnya hancur,” beber Deni.
Kanit Laka Polres Asahan Iptu Rusdi membenarkan kejadian tersebut. “Benar, ada seorang nenek-nenek berusia 70 tahun tewas diperlintasan kereta api,” kata Iptu Rusdi.
Menurut warga setempat, selama ini almarhum ternyata sudah sering tidur-tiduran di rel kereta api khususnya saat matahari mulai muncul.
“Nenek itu sudah sering berjemur di rel kreta api. Mungkin Nenek itu ngak dengar kreta api datang. Apalagi pendengaran Nenek itu sudah berkurang (pikun, red),” kata seorang warga.
Jarak antara perlintasan kereta api dengan rumah korban sekitar 150 meter. Pada hari itu juga, jenazah almarhum langsung dibawa ke rumah duka untuk disemayamkan.(*)
Informasi dihimpun, Kereta Api dengan nomor Lok CC20378805 yang datang dari arah Kisaran menuju Tanjung Balai untuk menjemput gerbong dan penumpang melindas tubuh korban hingga hancur berserakan.
“Nenek itu tinggal sama aku, bang. Setiap pagi pukul lima Nenek sering keluar rumah untuk berolahraga. Saat itu saya tidak punya firasat apapun, karena Nenek sudah biasa ke luar rumah,” kata Deni Satria (21) cucu korban.
Hanya saja, sekira pukul 06.00 WIB, Deni melihat warga banyak di rel perlintasan kereta api. Warga kemudian berteriak manggil Deni.
“Begitu dipanggil, aku langsung lari ke arah rel kreta api. Begitu di sana, aku syok melihat tubuh Nenek sudah berserakan dengan kondisi kepala remuk dan seluruh tubuhnya hancur,” beber Deni.
Kanit Laka Polres Asahan Iptu Rusdi membenarkan kejadian tersebut. “Benar, ada seorang nenek-nenek berusia 70 tahun tewas diperlintasan kereta api,” kata Iptu Rusdi.
Menurut warga setempat, selama ini almarhum ternyata sudah sering tidur-tiduran di rel kereta api khususnya saat matahari mulai muncul.
“Nenek itu sudah sering berjemur di rel kreta api. Mungkin Nenek itu ngak dengar kreta api datang. Apalagi pendengaran Nenek itu sudah berkurang (pikun, red),” kata seorang warga.
Jarak antara perlintasan kereta api dengan rumah korban sekitar 150 meter. Pada hari itu juga, jenazah almarhum langsung dibawa ke rumah duka untuk disemayamkan.(*)
Sumber: Metrosiantar.com
0 Comments