Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Terima Kasih Saudaraku yang Beragama Kristen

Makam Albertus Slamet Sugiardi yang sebelumnya berbentuk kayu salib seperti pusara makam Katholik pada umumnya, dipotong bagian atas menjadi huruf "T". Kejadian ini di Pemakaman Umum di Jambon RT 53/13 Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta. (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Oleh: Denny Siregar*

Entah sudah yang ke berapa kali umat Kristen di negeri ini menghadapi ujian yang menyakitkan hati....

Stempel "minoritas" menjadi ujian berat dalam menghadapi tekanan dari kelompok yang mengaku dirinya "mayoritas". Mulai dari kasus Ahok, kasus Meiliana dan toa masjid, pemboman gereja di Surabaya, sampai yang baru saja terjadi di Yogya ketika ada penggergajian simbol mereka di pemakaman umum.

Tidak mudah menjadi umat Kristen pada masa sekarang ini, terutama ketika virus intoleransi berkembang biak dan merasuki sebagian umat Islam, imbas Arab Spring yang menghancurkan beberapa negara di Timur Tengah. Gerakan-gerakan mengatas-namakan agama datang bergelombang, menekan dari segala arah, menunjukkan dominasinya untuk menguasai wilayah.

Tidak mudah memang membasmi virus Intoleransi yang sudah berakar sejak lama itu. Virus itu menjangkiti banyak elemen mulai pejabat, pengadilan, dokter, bahkan masyarakat biasa. Wabah intoleransi ini adalah akibat dari pembiaran masa lalu, bahkan bagian dari sesuatu yang dipelihara untuk menjadi senjata yang akan digunakan di waktu tertentu.

Untunglah, Indonesia masih diberkati. Masih lebih banyak umat Islam dan Kristen moderat yang masih kuat menggenggam erat tangan mereka di masa sulit ini. Semakin digoyahkan dengan ujian intoleransi, semakin kuat genggaman dikaitkan. "Jangan terpisah, hancur nanti negara kita."

Kita harus berterima kasih pada umat Kristen di negeri ini yang masih sabar dan berpegang pada ajaran Kasih sebagai benteng kuat mereka. Saya tidak bisa membayangkan, jika nilai itu tidak mereka genggam erat, mungkin akan ada balas dendam di daerah di mana mereka mayoritas.

Mayoritas umat Kristen percaya, bahwa masih sangat banyak umat muslim moderat seperti dari Nahdlatul Ulama yang bisa menjaga persatuan Indonesia. Mereka sudah bisa memilah, mana yang radikal dan mana yang sedang terjangkit penyakit mabuk agama. Tanpa NU, mungkin sudah lepas tangan kita karena ada generalisasi terhadap agama.

Terima kasih saudara-saudaraku umat Kristiani. Terima kasih atas kesabaran tinggi yang kalian miliki.

Percayalah, memberantas sikap dan sifat intoleransi ini bukan hal yang mudah. Butuh waktu dan perjuangan yang lama. Setahap demi setahap, karena jika mereka dilawan dengan pukulan, gelombang panas akan kita rasakan.

Teruslah pegang ajaran Kasih itu. Berilah kami yang muslim ini waktu untuk membereskan barisan kami sendiri. Kami juga berjuang supaya agama ini tidak dikotori oleh perilaku-perilaku yang mengotori ajaran ini. Berat memang, karena kami pun dimusuhi. Tetapi sangat layak diperjuangkan untuk negeri yang indah ini.

Sebentar lagi Natal tiba. Dentang lonceng akan bergema di mana-mana. Mari kita jadikan Natal tahun ini sebagai Natal perjuangan bersama. Sebagai pengingat bahwa semua ujian-ujian yang datang, akan mengangkat derajat kita ke tempat yang lebih tinggi, sehingga kita kelak mampu menjadi seorang Kristen dan Muslim yang sejati.

Salam secangkir kopi....

Dari saudaramu yang bukan seiman, tetapi sama dalam kemanusiaan.

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi.

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments