Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Walhi Sumut Desak Polres Simalungun Usut Tuntas Penyebab Longsor di Parapat

Wagubsu Musa Rajekshah Tinjau Tinjau Longsor Jembatan Sidua-dua Parapat, Minggu (13/1/2019). FB
Parapat, BS-Terkait bencana longsor yang terjadi di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, yang kerab terjadi hingga 8 kali selama 2 bulan terakhir, yang berakibat tertutupnya Jembatan Kembar Sidua-dua sehingga menimbulkan terputusnya arus lalu lintas dari Pematangsiantar menuju Kawasan Destinasi Wisata Danau toba atau Parapat.

Para penggiat lingkungan menuding bahwa terjadinya bencana longsor yang menimpa Jembatan Kembar Sidua– Dua tersebut tidak terlepas dari ulah manusia atau ulah dari para perambah hutan, Senin (14/1/2019).

Sebelumnya Kepala dinas Kehutan Provinsi Sumatera Utara  mengatakan longsor yang kerap menimbun jembatan tersebut karena lahan milik masyarakat dibiarkan kosong atau gundul.

“Sudah dicek ke lapangan, itu bukan karena kawasan hutan rusak. Itu karena ladang masyarakat kosong. Kawasan hutan masih jauh 3 km dari situ,” kata Halen pada Senin (7/1/2019) Senin yang lalu.

Semetara itu Direktur Eksekutif Walhi Sumut Dana Prima Tarigan menyebutkan bahwa Pendirian perkebunan di kawasan hutan lindung itu tidak diperbolehkan dan jelas melanggar Undang-undang, serta pelakunya dapat dipidana.

Lanjut Dana menambahkan bahwa pihaknya mensinyalir, penyebab longsor yang menutupi jembatan Sidua-dua, Desa Sibanganding, Parapat, Kabupaten Simalungun, dikarenakan adanya alih fungsi hutan lindung.

“Hal itu, tidak boleh dibiarkan, harus diproses secara hukum untuk memberikan efek jera terhadap pelaku,” tegas Dana.

Lanjuntya menambahkan, bahwa  masyarakat maupun pihak perusahaan swasta, yang menjadikan kawasan hutan sebagai kawasan perkebunan, adalah pelaku pelanggaran hukum yang sangat berat. Pelakunya, harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, yang telah merusak lingkungan tersebut.

“Polres Simalungun diharapkan agar secepatnya menemukan pelaku yang membuka perkebunan di pegunungan Parapat,” tandasnya.

Dana menyebut, Walhi sangat memprihatinkan, peristiwa longsor yang terjadi secara berulang-ulang. Tercatat, sudah delapan kali longsor terjadi, dan menutupi badan Jalan Pematang Siantar-Simalungun. 

Sementara jalan tersebut, menjadi sarana mobilitas utama warga setempat. Hal tersebut, meresahkan warga maupun pengguna jalan lintas Sumatera (Jalinsum), karena merasa tidak nyaman saat melintas karena takut tertimbun longsor.

Sebelumnya Pelaksana Harian (Plh) Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) II, Bambang Pardede, meyakini longsor akan kembali terjadi ketika hujan deras. Sebab berdasarkan pemantauan lewat drone, hasilnya menunjukkan tanah pada bagian hulu sungai mengalami kerusakan, Minggu (6/1/2019).

“Di hulu jembatan itu memang sudah longsor. Jadi kalau nanti hujan deras lagi, ya (diprediksi) akan longsor lagi,” ujarnya.(BS-Net) 

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments