Ketum PSI Grace Natalie dalam pidato politik berjudul “Beda Kami, PSI dengan Partai Lain” di Festival 11 di Medan, Sumatra Utara, Senin (11/3/2019). ( Foto: istimewa ) |
Hendri menilai isu yang dibawa PSI terkait kesetaraan bukan menjadi permasalahan pokok yang diperhatikan masyarakat Indonesia berdasarkan hasil survei. Isu yang diperhatikan masyarakat merupakan ekonomi dan lapangan pekerjaan.
Jakarta, BS- Serangan yang dilancarkan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) terhadap partai berbasis nasionalis terkait peraturan daerah (Perda) syariah yang diskriminatif dinilai dapat mengganggu elektabilitas calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi). Hal ini lantaran serangan PSI juga menyasar sejumlah partai nasionalis yang berada di barisan pendukung Jokowi.
"Apakah akan menganggu Jokowi ya bisa saja, tetapi yang banyak komentar partai koalisi Jokowi sendiri kan,” kata pengamat Politik dari Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi), Hendri B Satrio kepada wartawan, Rabu (13/3/2019).
Hendri mengatakan, serangan PSI mengkritisi partai nasionalis termasuk partai koalisi Jokowi sebenarnya untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitas serta mendorong sebagai partai pembeda. Meski strategi dan tujuan PSI bagus, Hendri menilai isu yang dibawa PSI terkait kesetaraan bukan menjadi permasalahan pokok yang diperhatikan masyarakat Indonesia berdasarkan hasil survei.
Saat ini, kata Hendri, isu yang diperhatikan masyarakat merupakan ekonomi dan lapangan pekerjaan. Untuk itu, PSI seharusnya berani masuk ke ranah isu premier ekonomi yakni bagaimana cara mengentaskan kemiskinan dan partai ini membuka lapangan kerja lebih banyak.
Hendri mengakui, isu ekonomi terdengar lebih eksekutif, namun PSI yang mengusung kadernya sebagai calon anggota legislatif seharusnya mampu menawarkan solusi untuk memperbaiki permasalahan ekonomi.
“Kenapa sih lebih fokus permasalahan di Medan itu dan bangga sekali? Kenapa tidak bahas Tolikara misalnya. Menurut saya, lebih tepat dilaksanakan karena akhirnya orang-orang akan terfokus apa yang disampaikan PSI ternyata bolongnya banyak,” katanya.
Di sisi lain, Hendri mengatakan, Pemilu serentak 2019 membuat partai politik memiliki dua kepentingan yakni bagaimana meloloskan wakilnya di DPR dengan ambang batas 4 persen termasuk meloloskan wakilnya ke DPRD dan memenangkan presiden yang diusungnya.
Namun, Hendri menyatakan, strategi yang dipilih PSI cukup egois dengan menyerang partai lain, termasuk partai yang sama-sama mendukung Jokowi-Ma'ruf.
“PSI mau tidak mau harus konsentrasi untuk menyelamatkan partai lolos ke parlemen dari 4 persen ambang batas. Makanya apa yang dilakukan kemarin itu, dia sangat individualis, dia berjuang sendiri untuk partainya. Ingin publik tahu PSI beda, tapi pakai cara omong kasar ke parpol lain,” katanya.
Diketahui, pidato Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia atau PSI Grace Natalie dalam acara Festival 11 di Medan, Senin 11 Maret 2019 menyerang sikap partai yang berlabel nasionalis di Indonesia. Dalam pidatonya, Grace menyinggung banyak partai yang mengaku nasionalis namun justru mendukung perda syariah yang diskriminatif.(*)
Sumber: Suara Pembaruan
Jakarta, BS- Serangan yang dilancarkan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) terhadap partai berbasis nasionalis terkait peraturan daerah (Perda) syariah yang diskriminatif dinilai dapat mengganggu elektabilitas calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi). Hal ini lantaran serangan PSI juga menyasar sejumlah partai nasionalis yang berada di barisan pendukung Jokowi.
"Apakah akan menganggu Jokowi ya bisa saja, tetapi yang banyak komentar partai koalisi Jokowi sendiri kan,” kata pengamat Politik dari Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi), Hendri B Satrio kepada wartawan, Rabu (13/3/2019).
Hendri mengatakan, serangan PSI mengkritisi partai nasionalis termasuk partai koalisi Jokowi sebenarnya untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitas serta mendorong sebagai partai pembeda. Meski strategi dan tujuan PSI bagus, Hendri menilai isu yang dibawa PSI terkait kesetaraan bukan menjadi permasalahan pokok yang diperhatikan masyarakat Indonesia berdasarkan hasil survei.
Saat ini, kata Hendri, isu yang diperhatikan masyarakat merupakan ekonomi dan lapangan pekerjaan. Untuk itu, PSI seharusnya berani masuk ke ranah isu premier ekonomi yakni bagaimana cara mengentaskan kemiskinan dan partai ini membuka lapangan kerja lebih banyak.
Hendri mengakui, isu ekonomi terdengar lebih eksekutif, namun PSI yang mengusung kadernya sebagai calon anggota legislatif seharusnya mampu menawarkan solusi untuk memperbaiki permasalahan ekonomi.
“Kenapa sih lebih fokus permasalahan di Medan itu dan bangga sekali? Kenapa tidak bahas Tolikara misalnya. Menurut saya, lebih tepat dilaksanakan karena akhirnya orang-orang akan terfokus apa yang disampaikan PSI ternyata bolongnya banyak,” katanya.
Di sisi lain, Hendri mengatakan, Pemilu serentak 2019 membuat partai politik memiliki dua kepentingan yakni bagaimana meloloskan wakilnya di DPR dengan ambang batas 4 persen termasuk meloloskan wakilnya ke DPRD dan memenangkan presiden yang diusungnya.
Namun, Hendri menyatakan, strategi yang dipilih PSI cukup egois dengan menyerang partai lain, termasuk partai yang sama-sama mendukung Jokowi-Ma'ruf.
“PSI mau tidak mau harus konsentrasi untuk menyelamatkan partai lolos ke parlemen dari 4 persen ambang batas. Makanya apa yang dilakukan kemarin itu, dia sangat individualis, dia berjuang sendiri untuk partainya. Ingin publik tahu PSI beda, tapi pakai cara omong kasar ke parpol lain,” katanya.
Diketahui, pidato Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia atau PSI Grace Natalie dalam acara Festival 11 di Medan, Senin 11 Maret 2019 menyerang sikap partai yang berlabel nasionalis di Indonesia. Dalam pidatonya, Grace menyinggung banyak partai yang mengaku nasionalis namun justru mendukung perda syariah yang diskriminatif.(*)
Sumber: Suara Pembaruan
0 Comments