Wartawan senior Nico Sompotan (kiri) berfoto bersama mantan Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Cosmas Batubara (tengah). ( Foto: Istimewa ) |
Beritasimalungun, Jakarta- Kabar duka datang dari Cosmas Batubara. Pak Cosmas, demikian sapaan akrab almarhum, menghadap Sang Ilahi saat dalam perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Ruang Kencana, Jakarta Pusat, Kamis (8/8/2019), sekitar pukul 03.27 WIB.
Sejak setahun terakhir, Cosmas intensif menjalani perawatan di RSCM. Sebelumnya, Cosmas juga melakukan pengobatan selama lebih kurang dua tahun di Jepang. Banyak kenangan yang ditinggalkan Cosmas semasa hidupnya. Politisi Partai Golkar yang lahir di Dusun Purbasaribu, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, pada 19 September 1938, itu dikenal sebagai pribadi bersahaja yang gigih memperjuangkan prinsip.
Wartawan senior Nico Sompotan mengenang Cosmas sebagai figur yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai persahabatan, persaudaraan, dan persatuan. Nico bertutur, pada awal 2019, dalam suatu acara di rumah almarhum di Jalan Cidurian Nomor 3, Menteng, Jakarta Pusat, berkumpul para sahabat Cosmas yang tergabung dalam Aleale Golf Club. Aleale berasal dari Bahasa Batak, yang berarti kawan atau sahabat sejati.
Hadir pada saat itu, antara lain mantan Irjen Kementerian ESDM Haposan Silalahi, mantan Kepala Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Bacellius Ruru, mantan Sekretaris Menteri BUMN WMP Simanjuntak, mantan direktur utama PT PGN, dan sejumlah mantan pejabat pada era Soeharto.
Saat itu, Cosmas bercerita panjang lebar tentang karier politiknya hingga menjadi menteri pada era pemerintahan Presiden Soeharto. “Berawal sebagai seorang guru, Pak Cosmas meniti karier politiknya yang bukan merupakan cita-citanya,” tutur Nico.
Nico yang memiliki kedekatan pribadi dengan Cosmas, menuturkan bahwa cikal bakal karier politik Cosmas bermula pada 15 Januari 1966. Saat itu, Cosmas bersama mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi, termasuk kelompok mahasiswa yang dipimpin Soe Hok Gie, berkumpul di Jalan Sam Ratulangi membicarakan tentang situasi politik di dalam negeri.
Diskusi itu bertujuan untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI). Pertemuan 15 Januari itu berlanjut hingga Cosmas tampil sebagai Ketua Presidium Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Pusat, dan Pelopor Gerakan Mahasiswa Angkatan 66.“Pada 1967, kami ditawarkan pemerintah untuk ikut bergabung mengisi beberapa pos di pemerintahan. Dalam kelompok kami, ada juga kelompok Soe Hok Gie, yang menolak bergabung dengan pemerintah,” kata Nico meniru ucapan Cosmas.
Dengan penuh semangat, lanjut Nico, Cosmas berceritera tentang masa awal perjuangan Angkatan 66. Saat itu, Cosmas sempat berselisih paham dengan tokoh Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) Roeslan Abdulgani. “Saya pegang kerah bajunya, karena postur tubuh beliau lebih pendek dari saya. Pasalnya, beliau menganggap CGMI 28 september 1966 kontra revolusi,” kata Nico.
Pada April 1978, Presiden Soeharto memanggil Cosmas dan meminta kesediaannya untuk menjadi menteri perumahan rakyat. “Permintaan itu saya tolak. Sebab, saya bukan insinyur atau orang yang mengerti teknik. Kemudian, jawab Pak Harto, itu bukan soal latar belakang pendidikan, tetapi bagaimana Anda mengoordinasikan orang-orang yang ahli teknik di dalam kementerian,” kata Nico meniru ucapan Cosmas.
Akhirnya, tawaran itu diterima Cosmas. Pada periode 1978-1988, Cosmas dipercayakan sebagai menteri tenaga kerja. Hingga akhir hayatnya, Cosmas tetap bergelut di dunia kerja. Tercatat sejumlah posisi penting dipercayakan kepadanya, antara lain Presiden Direktur PT Agung Podomoro Tbk, Rektor Universitas Podomoro, Komisaris Utama PT Intiland, dan Presiden Komisaris PT Multi Bintang.
Di bidang olah raga, Cosmas juga tercatat pernah menjabat sebagai Ketua Umum PB Pelti, Ketua Jakarta Golf Club, dan pengurus berbagai organisasi olah raga.
Cosmas menikah dengan Cypriana Pudyati dari Yogyakarta. Perkawinan Cosmas-Cypriana dikarunia dua putra dan dua putri, yang terdiri atas Cypriana Pudyati Hadiwidjana, Artur dan Rika Batubara, Robert dan Prisca Andriessen, Heber dan Elfrida Sijabat, serta Hendra Batubara. Sementara, cucunya adalah Dika, Arya, Anin, Nathan, Lauren, dan Breeana.
“Kini, gaya bertutur Pak Cosmas yang penuh semangat tidak akan terdengar lagi. Pak Cosmas telah menyelesaikan tugasnya di dunia untuk memenuhi panggilan Sang Pemberi Kehidupan,” kata Nico.
Jenazah Cosmas disemayamkan di rumahnya, Jalan Cidurian Nomor 3, Jakarta Pusat. Rencananya, jenazah Cosmas akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Sabtu (10/8/2019). Selamat Jalan, Pak Cosmas!.
Sumber: BeritaSatu.com
0 Comments