Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Air Mata Radiapoh H Sinaga Melepas Indrayani si Boru Panggoaran Tersayang

Airmatanya jatuh. Saat Indrayani memeluknya usai cincin dimasukkan ke jari oleh pendeta.(Istimewa)
Oleh: Birgaldo Sinaga

Beritasimalungun-Pertengahan Mei 1995, langit di atas kota Indrapura terik sekali. Indrapura kota kecil sekitar 100 km sebelah tenggara Medan tampak ramai orang hilir mudik. Beberapa abang becak mengantar penumpangnya membelah pasar Indrapura yang sedikit becek.

Di pojokan kantor milik pengusaha DL Sitorus, seorang lelaki muda terlihat sedang serius menulis laporan harian. Ia mengecek satu persatu laporan nasabah. Laki-laki muda itu Radiapo Hasiolan Sinaga.

"Tulang ... nantulang sudah mau melahirkan..cepat tulang ke rumah..", ujar keponakan Radiapoh dari balik pintu.

Radiapo bergegas. Ia segera menghidupkan motor bututnya. Melaju kencang menuju rumah sangat sederhananya di pinggiran kota Indrapura.

Di dalam rumah itu bidan Selly Panjaitan dengan cekatan membantu proses persalinan. Sudah 1 jam di sana.

Radiapo mondar mandir di ruang tengah. Ia clingak clinguk membuka horden kamar. Melihat apa bayinya sudah lahir. Wajahnya tegang. Setegang saat ia melamar pujaan hatinya Ratnawati Sidabutar pada 1993.

"Amang..silahkan masuk. Sudah lahir anakmu. Perempuan", ujar bidan Selly dari dalam kamar.

Radiapoh melangkah. Kakinya serasa mau terbang. Tidak sabar menggendong buah hatinya. Anak pertama. Si Boru panggoaran.

Radiapoh berdiri di samping ranjang. Ia mengecup kening istrinya.

"Terimakasih sayang untuk anak kita", bisiknya lembut di telinga istrinya.

Radiapo menantap lekat bayi mungilnya. Kecil sekali. Bayi mungil itu hanya 2.1 kg. Kecil dan ringkih.

Radiapo mengelus kening bayinya. Dengan ujung jari telunjuknya. Mulutnya bergetar komat kamit. Air matanya menetes. Ia menangis haru bahagia. Ia menjadi seorang ayah.

"Anakku Indrayani..papa janji akan bekerja keras untukmu. Memberikan yang terbaik untukmu. Kamu penyemangat papa. Papa janji", batin Radiapo saat menggendong bayi mungilnya.

Masa 90an itu Radiapoh baru memulai hidup. Sebelumnya ia selalu gagal. Setelah tamat Sekolah Menengah Teknologi Pertanian, ia mencoba bertani tomat. Tomatnya berbuah lebat. Sukses panen besar. Tapi sayangnya harga tomat jatuh. Radiapo buntung.

Tidak patah arang. Radiapoh lalu merantau ke Kandis, Riau. Di sana ia mencoba peruntungan dengan membuka lahan yang masih berupa hutan lebat.

Bermodal uang 13 ribu rupiah, ia nekad ke hutan belantara itu. Mencoba mengadu nasib. Menanam sawit.

Malang tak dapat ditolak. Radiapoh terkena malaria. Ia demam tinggi. Bibirnya biru. Gemetar. Nafasnya satu2. Antara hidup dan mati.
Pernikahan Indrayani Sinaga dengan Christopher Saint June Manurung di Batam, Sabtu (23/11/2019). (Foto Istimewa)
Teman2nya mengantar balik Radiapoh ke kampung halaman. Naik bus. 10 jam perjalanan. Dengan tubuh yang masih mengigil.

Tuhan masih sayang. Radiapoh tiba selamat di kampungnya di Tiga Runggu Simalungun. Ia perlu 4 bulan untuk pulih. Tekadnya kembali membara. Bangkit lagi.

Radiapoh melamar ke perusahaan Torganda milik DL Sitorus. Ia diterima pada 1990. Ia bekerja sangat tekun. Bekerja sangat keras. Temannya bekerja 8 jam, Radiapo bisa 18 jam sehari.

Pada 1993, Radiapoh melamar Ratnawati Sidabutar. Gadis pujaan hatinya itu kini memberinya 4 orang anak. 3 putri dan 1 orang putra.

"Kamu tahu Bir..Indrayani adalah penyemangatku bekerja. Ia lahir saat ekonomi kami sangat memprihatinkan. Susu saja tidak bisa saya beli", ujar Radiapo lirih.

Saya bertemu dengannya kemarin di Gedung Mulia Raja Kebon Nanas. Kebetulan sedang hadir di pesta pernikahan seorang kerabat.

Radiapo bercerita, setahun putrinya diberikan ASI. Tapi hanya setahun karena air susu istrinya tidak berproduksi lagi. Uang membeli susu bubuk tidak punya. Untuk mensiasatinya Radiapo membuat air tajin. Air dari rebusan beras.

"Ohhh jadi Abang membuat pesta pernikahan besar buat Indrayani untuk membalas kehidupan susah dulu ya", ucap saya spontan.

Indrayani si Boru panggoaran Radiapoh seminggu lalu menikah. Pesta pernikahannya megah sekali. Dua hari. Ribuan orang hadir. Dari pejabat pusat, daerah hingga orang kecil.

Untuk membahagiakan putrinya itu, Radiapoh mengundang 25 artis Batak asal Ibukota. Ada Rita Butar butar, Trio Ambisi, Trio Elexis, Rani Simbolon dlsb.

Sabtu, 23 November 2019, menjadi hari kebahagiaan Radiapoh. Boru panggoarannya yang lahir dengan berat 2.1 kg dilepasnya dengan kemegahan seperti layaknya seorang putri raja.

Airmatanya jatuh. Saat Indrayani memeluknya usai cincin dimasukkan ke jari oleh pendeta.


Dadanya bergemuruh. Air matanya menetes. Ia memeluk erat anak penyemangat hidupnya itu. Ia tidak sanggup melihat borunya itu. Ia menutup matanya. Hanya air mata jatuh di pipinya.

Pelukan pelepasan status lajang putrinya itu benar2 mengharukan. Radiapoh melepas putrinya itu kepada seorang lelaki muda tinggi gagah. Christopher Manurung.

"Saya bahagia sekali. Dulu boruku menangis kencang saat lahir ke dunia. Kini ia bisa tersenyum bahagia bersama orang yang dicintainya", ujar Radiapoh sambil memperlihatkan foto pernikahan borunya itu.

Radiapo pantas bangga. Ia memulai dari nol. Ia memulai dari merangkak. Saat awal membentuk rumah tangga hidupnya sangat berat. Bahkan susu saja tidak sanggup ia beli. Rumah juga ngontrak. Beratapkan seng di tanah kosong himpitan.

Kini, kerja kerasnya membuahkan buah manis. Indrayani yang artinya cahaya nan lembut bak dewa itu berhasil disekolahkan di Singapura. Lulus dari Diploma Manajemen Singapura.

Jika dulu ayahnya tidak sanggup memberikan rumah buatnya, kini Radiapoh memberikan hadiah rumah terbaik untuk boru panggoarannya. Sebuah mobil juga terisi di garasi.
Kedua Orang Tua dari Mempelai Wanita St Radiapoh Hasiholan Sinaga (RHS) SH/ Ratnawati br Sidabutar pada Resepsi Nasional Pernikahkan putri mereka yang bernama Indrayani Sinaga DM dengan Christopher Saint June Manurung di  Hotel Planet Nagoya Batam, Minggu (24/11/2019). (FB-Birgaldo Sinaga) 
"Hidup ini hanya sementara anggia. Membahagiakan keluarga itu yang utama. Kemudian bagaimana selanjutnya memberikan kebahagiaan bagi sesama kita", ucap Radiapo dengan yakin.

Malam di pesta resepsi pernikahan anaknya itu, saya melihat rona kebahagiaan memancar dari Radiapo dan istrinya.

Suami istri yang memulai rumah tangga bermodalkan cinta itu telah memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.

Setelah itu mereka berjanji akan memberikan yang terbaik buat tanah kelahirannya. Simalungun.

Sebuah janji yang tulus tanpa syahwat kekuasaan. Semata karena ikhtiar untuk membawa Simalungun lebih sejahtera lagi. Karena hidup miskin itu tidak enak. Dan menyedihkan. Salam perjuangan penuh cinta. Birgaldo Sinaga. (***/ Asenk Lee)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments