Ekonom senior INDEF, Faisal Basri. ( Foto: Beritasatu Photo / Herman ) |
Jakarta, BS– Ekonom Senior Institute for Development of Economins and Finance (Indef), Faisal Basri menilai keputusan karantina wilayah atau lockdown harus segera diambil pemerintah. Pasalnya, penyebaran virus corona (Covid-19) di Indonesia sudah semakin meluas dengan grafik kurva pertumbuhan kasus yang semakin tinggi.
Meskipun keputusan lockdown bisa menurunkan perekonomian Indonesia, Faisal meyakini dengan melakukan lockdown lebih cepat, maka penyebaran Covid-19 menjadi lebih terbatas, sehingga nantinya upaya pemulihan atau recovery yang dilakukan menjadi lebih mudah.
"Bila keputusan lockdown diambil, mau tidak mau kita akan mengalami kemerosotan ekonomi atau pahitnya resesi. Tetapi percayalah, rebound-nya akan lebih cepat. Tetapi kalau polanya masih seperti ini, yang semakin lama dalam ketidakpastian, ketika nantinya negara lain sudah rebound, maka kita akan lebih lama dari mereka,” kata Faisal Basri di acara Indef Talks, Jumat (27/3/2020).
Faisal Basri mengibaratkan penyebaran virus corona seperti berperang dengan 'hantu', sehingga menjadi lebih sulit untuk dikalahkan. Bila penangannya lamban, maka ongkos yang harus dibayar akan jauh lebih besar, bukan hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga nyawa manusia.
"Saat ini kita seperti sedang berperang melawan hantu, tidak tahu mereka di mana dan berapa besar kekuatannya. Jangan-jangan sudah ada di depan rumah kita, di jantung pertahanan kita. Inilah perlunya dilakukan pembatasan atau lockdown, sehingga kita bisa melakukan pemeriksaan satu per satu, dari rumah ke rumah. Kalau seperti sekarang dengan mobilitas yang masih tinggi, apapun yang dilakukan akan menjadi terbatas. Berapa pun rapid test yang dilakukan akan menjadi sulit,” kata Faisal Basri.
Karena yang dihadapi adalah virus, menurut Faisal, yang harus menjadi pemimpin dalam menghadapi ancaman ini haruslah ahli-ahli virus atau ahli kesehatan masyarakat. Sehingga setiap keputusan yang diambil harus berdasarkan kajian ilmiah.
Faisal juga mengingatkan keterbatasan tenaga dokter yang dimiliki Indonesia, sehingga kondisinya bisa menjadi berbahaya apabila masyarakat yang terjangkit Covid-19 sudah semakin banyak. Jumlah dokter per 1.000 penduduk di Indonesia hanya 0,4. Sehingga fokus utama yang harus dilakukan pemerintah adalah menghentikan penyebaran Covid-19 agar tidak semakin meluas.
"Kelihatannya pemerintah terlalu bias untuk menjaga ekonomi, seolah-olah ekonomi itu jadi panglimanya. Ini juga sejalah dengan upaya untuk mengakselerasikan pertumbuhan, dengan Undang-undang Cipta Kerja dan sebagainya. Jadi kelihatannya lebih mengutamakan untuk menjaga ekonomi. Padahal, kalau kondisinya dibiarkan seperti sekarang, maka tidak ada yang bisa untuk menghambat terjadinya resesinya di dunia dan kemungikinan juga di Indonesia. Yang harus kita lakukan adalah bagaimana untuk meredam agar resesi itu selunak mungkin dan kita bisa recovery cepat,” ujar Faisal.(*)
Sumber: BeritaSatu.com
0 Comments