St Radiapoh Hasiholan Sinaga SH |
Oleh: Birgaldo Sinaga
Jakarta, BS-Sebagai sebuah bangsa, kita sudah melewati begitu banyak ujian dan bencana musibah. Bencana alam Tsunami Aceh misalnya, ada ratusan ribu jiwa tewas diterjang badai tsunami pada penghujung tahun 2004.
Sebagai sebuah bangsa, kita langsung bergerak membantu menolong saudara2 kita di Aceh. Walhasil, Aceh dalam hitungan satu tahun cepat pulih recovery.
Awal Maret 2020, bencana non alam berupa pandemi Covid 19 menyerang negeri kita. Kita gagap. Kita bingung. Kita tidak tahu mau berbuat apa.
Ancaman wabah Covid 19 bukan saja mengancam keselamatan nyawa, lebih besar dari itu adalah dampak ekonomi yang terjun bebas. Harga saham rontok. Mata uang rupiah jatuh.
Menteri Keuangan sudah memberi sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi kita bisa nol persen tahun ini. Sebagian pengamat ekonomi mengatakan bisa lebih berat lagi. Bisa kontraksi minus 1 persen.
Kelompok menengah atas secara ekonomi juga terpukul bisnis dan incomenya. Seiring matinya produksi pabrik, mangkraknya pekerjaan proyek juga rendahnya permintaan barang dan jasa dari masyarakat. Yang paling parah tentu bisnis pariwisata dan turunannya.
Kelompok masyarakat bawah menjadi kelompok yang paling menjerit dari dampak wabah ini. Kelompok ini berada pada rantai paling hilir dari mata rantai ekonomi. Mereka pekerja informal.
Kemarin, Ketua PPTSB Kepri (Perkumpulan Marga Sinaga) Radiapoh Hasiholan Sinaga menghubungi saya. Kami berdiskusi panjang tentang kondisi ekonomi anggota perkumpulan PPTSB yang sebagian besar terkena dampak ekonomi.
Seorang teman semarga, curhat keadaan ekonominya yang lumpuh. Ia punya anak 3 masih kecil. Topangan ekonomi selama ini dari berjualan pakaian bekas. Rumah masih ngontrak. Sekarang dagangannya gak ada pembeli. Laku satu saja sudah sukur. Sementara kios harus dibayar sewanya setiap bulan. Rumah harus bayar sewa.
Saya membaca banyak jeritan yang sama dengan teman saya ini. Intinya pemasukan tidak ada lagi. Bahkan untuk membeli beras sudah tidak ada. Kelompok bawah tidak punya tabungan. Mereka berada dalam siklus pagi kerja, sore makan.
Tapi hidup harus jalan terus. Life must go on. Apapun yang terjadi. Radiapo Sinaga yang juga kandidat Calon Bupati Simalungun mengajak saya memikirkan persoalan ini.
"Kita harus bergandengan tangan sebagai sebuah keluarga. Kita harus membantu secara bergotong royong. Yang kuat menolong yang lemah. Jangan kita biarkan air menyentuh hidung anggota kita", ujar Radiapoh di telepon.
"Bagaimana caranya Bang", tanya saya. Radiapoh punya cara. Cara sederhana sebenarnya. Cara yang sudah dilakukan turun temurun oleh nenek moyang kita. Saat masa paceklik gagal panen karena diserang hama, para petani yang punya padi di lumbung membantu petani yang gagal. Mereka diberi gabah untuk bisa bertahan dulu.
Radiapoh lalu membuat rencana. Ada 2500 kepala keluarga anggota PPTSB. Populasi terbesar berada di lapisan bawah piramida ekonomi.
Radiapoh berencana membuat gerakan solidaritas untuk korban dampak ekonomi. Apa itu?
Gerakan bersama menyisihkan sebagian donasi untuk menolong anggota yang dalam status sekarat. Untuk anggota yang membeli beras saja sudah tidak mampu.
Tentu tidak mudah memang menjalani hari-hari ke depan. Dampak wabah Covid 19 ini begitu memukul. Kita seperti berada dalam lingkaran hidup segan mati tak mau. Ambang batas pertahanan ekonomi kelompok masyarakat bawah sudah level merah.
Apa yang dipikirkan Ketua PPTSB Kepri Radiapoh Hasiholan Sinaga ini tentu tidak akan memenuhi semua kebutuhan keluarga seperti susu untuk bayi anggota.
Tapi setidaknya dengan memberi sembako bagi anggota yang sekarat ekonominya bisa memperpanjang nafas mereka untuk bertahan. Sampai keadaan negara kita normal kembali.
Saya pikir, gerakan solidaritas berbasis komunitas yang dipikirkannya bisa menjadi model saling tolong menolong masyarakat Indonesia.
Jejaring pengaman sosial dalam klaster terkecil ini bisa seperti jejaring laba-laba jika semua komunitas masyarakat bergerak dan bersolidaritas.
Yang terpenting yang kuat harus ikut menolong yang lemah. Solidaritas berbasis komunitas akan banyak menolong orang yang sudah buntu dan menyerah. Ini ide brilyan Bang Radiapoh Hasiholan Sinaga. Terimakasih. Semoga Tuhan menolong kita. Salam perjuangan penuh cinta. (Penulis Adalah Pegiat Sosmed)
Editor: Asenk Lee Saragih
Editor: Asenk Lee Saragih
0 Comments