Oleh: Birgaldo Sinaga
ILUSTRASI-Kembang Merah. Foto diabadikan di Tugu Toga Sinaga, Urat Samosir Oktober 2018. Foto Asenk Lee Saragih |
Beritasimalungun-Life begin at forty. Kehidupan dimulai saat berumur 40 tahun. Kita sering mendengar kata2 itu. Kita amini karena menikmati kehidupan itu biasanya dimulai saat usia empat puluh tahun.
Indeks umur hidup orang Indonesia berkisar 60 - 70 tahun. Mencapai umur 70 kita sebut bonus. Rata rata memiliki usia hidup berkisar umur 60 tahun.
Life begin at forty berarti sebuah fase hidup kedua dari manusia. Fase dimana kematangan berpikir, emosi yang stabil dan memiliki kemapanan ekonomi. Saat karir kita sedang menanjak, ekonomi meningkat. Idealnya seperti itu.
Namun tidak semua merasakan life begin at forty. Banyak juga yang mengatakan life end at forty, hidup berakhir diumur 40. Ada yang bilang fase umur 40 tahun penderitaan bermula.
Penderitaan ketika ambisi karir yang dibangun sejak tamat sekolah mati, tidak berkembang. Impian memiliki kekayaan tidak tercapai. Akibatnya timbul rasa kurang percaya diri. Terlempar dari pergaulan. Ujungnya menutup diri dan sering berakhir dengan depresi.
So..sebenarnya apa sih yang ingin kita raih di fase kedua hidup ini? Fase life begin at forty? Idealnya seperti pencapaian impian kita. Karir bagus, usaha lancar, keluarga bahagia, sahabat banyak dan hidup bermanfaat bagi sesama.
Sayangnya impian ideal itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Sulit bukan karena tidak bisa terwujud, namun seringkali karena kita tidak pernah puas atas raihan kita. Kita sering membandingkan kehidupan kita dengan orang lain.
Fase life begin at forty juga menjadi catatan waktu dimulainya satu persatu orang yang kita kenal meninggal dunia. Satu persatu sahabat kita dipanggil Tuhan.
Ada yang karena sakit, ada yang karena kecelakaan. Kebanyakan disebabkan sakit seperti terkena kanker, stroke, diabetes, liver. Kita mencatat nama nama orang yang kita kenal itu. Pagi hari masih bercakap bercanda, sore sudah tiada.
Dalam rentang beberapa bulan ini ada beberapa sahabat masa sekolah saya sudah dipanggil Tuhan. Meninggal karena sakit. Sakit yang datang karena kehidupannya yang berat. Memakan pikirannya. Memakan emosi perasaannya. Akibatnya seiring waktu organ2 bagian dalam fisiknya melemah.
Begitulah kehidupan. Cest le a vie. Thats a life.
Empat bulan belakangan ini tanpa terasa perlahan hidup kita berubah drastis. Kita merasakan ada sesuatu yang hilang dari kita. Mungkin pekerjaan. Bisa juga perusahaan yang kita rintis susah payah terjerembab akhirnya. Mungkin usaha dagang kita tutup tidak ada pembeli lagi.
Di masa pandemi Covid 19 ini, hampir semua lini usaha dan pekerjaan terpukul. Hampir semua tersapu badai. Kita kelimpungan. Kita oyong. Yang paling menakutkan adalah kita bingung menatap masa depan seperti apa. Bagaimana nasib anak2 kita?
Tulisan Bryan Dison, Mantan CEO Coca Cola mungkin bisa merefresh pikiran kita kembali tentang apa itu hidup dan untuk apa kita hidup.
"Bayangkan hidup itu seperti pemain akrobat dengan 5 bola di udara.
Kita bisa menamai bola-bola itu dengan sebutan:
1- Pekerjaan
2- Keluarga
3- Kesehatan
4- Sahabat
5- Semangat
Kita harus menjaga semua bola itu tetap di udara dan jangan sampai ada yang terjatuh.
Kalaupun situasi mengharuskan kita melepaskan salah satu di antara 5 bola tersebut, lepaskanlah "Pekerjaan" karena pekerjaan adalah BOLA KARET.
Pada saat kita menjatuhkannya, suatu saat ia akan melambung kembali.
Namun 4 bola lain spt Keluarga, Kesehatan, Sahabat, dan Semangat adalah BOLA KACA.
Jika kita menjatuhkannya, akibatnya bisa sangat fatal.
Kemudian, Dyson mencoba mengajak kita hidup secara seimbang.
Pada kenyataannya, kita terlalu menjaga pekerjaan (bola karet).
Bahkan kita mengorbankan keluarga, kesehatan, sahabat, dan semangat demi menyelamatkan bola karet tersebut.
Contohnya.
- Demi uang atau pekerjaan, kita mengabaikan keluarga. Kita abai pada protokol keselamatan Corona Virus 19.
- Demi meraih sukses dalam pekerjaan, kita tidak memperhatikan protokol kesehatan Covid 19.
- Demi uang atau pekerjaan, kita rela menghancurkan hubungan dengan sahabat baik.
Bukan berarti pekerjaan tidak penting! Tapi jgn sampai uang atau pekerjaan membuat kita kehilangan arah hidup. Kita kehilangan orientasi hidup. Kita menggali ruang kegelapan baru dalam hidup kita.
Ingat, kalaupun kita kehilangan, uang selalu bisa dicari lagi.
Tapi jika kita kehilangan kesehatan dan nyawa ke mana kita bisa membelinya lagi ?
Apakah kita bisa membeli kesehatan?
Teman2 seperjuangan... pandangan ini tentu ini bukanlah pandangan paling benar. Bisa juga keliru.
Tapi saya meyakini dari pengalaman hidup yang sudah saya jalani apa yang dikatakan Dison itu sangat tepat sekali.
Life begin in 2020. Kehidupan di mulai tahun 2020. Ya kita semua memasuki hidup baru yang benar2 baru. Seperti bayi yang memasuki dunia baru. Dunia yang semakin keras dan tidak ramah.
Saya meyakini dalam kehidupan baru ini berusalah menjadikan hidup kita lebih berwarna. Cari apa saja yang bisa menghasilkan sesuatu. Tetaplah nilai yang baik harus kita pegang.
Kita memang akan menua dalam badai hidup yang baru, atau new normal ini. Tetapi berusahalah kita tetap menjadi remaja kembali. Seperti anak remaja yang punya energi berlimpah berjuang meraih mimpi2nya. Berusaha kita menjadi lebih sehat kembali. Dan berusaha kita menjadi rendah hati kembali.
Pada tahun 2020 ini, kita semua sama. Sama2 memulai hidup baru. Pilihannya adalah apakah kita berhenti melangkah. Atau kita terus mengayunkan langkah sekalipun telapak kaki kita menginjak onak duri.
Kehidupan di mulai tahun 2020. Maka berjalanlah. Salam perjuangan penuh cinta. (FB-Birgaldo Sinaga)
0 Comments