Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Menjerat Pelaku Penganiayaan Salamat Sianipar, Pasien Covid-19 di Desa Sianipar Bulu Silape, Toba

Salamat Sianipar (45) saat ditemukan di semak-semak usai dipukuli warga karena mengidap Covid-19. (Foto: Facebook/Letare Florist)

Toba, BS-Tidak ada pembenaran kepada siapapun mereka yang melakukan penganiayaan yang “membinatangkan” Manusia sebagai ciptaan Tuhan sebagai mahluk hidup yang paling Mulia. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Pelaku pelanggar hukum harus dihukum. Ada sekelompok warga yang melakukan penganiayaan terhadap seorang pria dewasa diduga terpapar covid-19. Kejadian penganiayaan direkam oleh warga dan viral di media sosial. Kini peristiwa penganiayaan itu sudah diproses polisi setempat.

Dalam video viral menunjukkan seorang pria ditahan sejumlah warga dengan kayu lalu diikat viral dengan narasi penganiayaan terhadap pasien Corona atau COVID-19. Setelah diusut, peristiwa itu rupanya dipicu si pasien Covid-19 yang coba menularkan virus ke warga.

Video viral itu diunggah oleh akun Instagram @jhosua_lubis. Dia menyebut pria yang ditahan dengan kayu lalu diikat itu adalah pamannya. Dia menyebut peristiwa dalam video itu adalah kejadian miris.

Peristiwa itu disebut terjadi di Desa Sianipar Bulu Silape, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba, Sumatera Utara (Sumut), pada Kamis (22/7/2021). Pria yang menjadi korban dalam video tersebut adalah Salamat Sianipar (45).

Kepala Desa Sianipar Bulu Silape, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba, Sumatera Utara harus bertanggungjawab terhadap penganiayaan ini. Bahkan Kades Sianipar Bulu Silape, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba disebut-sebut melakukan pembiaran penganiayaan Salamat Sianipar.

“Lihatlah bu Videonya. Seperti binatang diperlakukan suami saya. Dipukuli, ditendang, diikat. Kamipun mau diusir dari kampung kami. Meski suami saya covid-19, tapi kok tega memperlakukan demikian. Kami sudah melaporkan kejadian itu kepada polisi,” demikian ucap Ibu Lisbet Br Sitorus dalam wawancara virtual dengan Jurnalis TVOne, Senin (26/7/2021). 

Berbagai reaksi wargapun bermunculan melihat video penganiayaan dan pemberitaan media soal penganiayaan warga kepada Salamat Sianipar.

“Pak Gubernur Edi Rahmayadi harus turun tangan urusin penganiayaan biadab ini. Pasien covid itu manusia bukan binatang. Kepala desa dan perangkat desa yang terlibat harus dipecat sehingga bisa ditangkap dan proses secara hukum. Warga yang terlibat penganiayaan harus ditangkap dan diproses secara hukum,” tulis Abu AiRi di kolom komentar Video “VIRAL! Pasien Positif Covid-19 Dianiaya Warga di Toba Sumut | AKI Malam tvOne Channel YouTube tvOneNews.

Tanggapan wargapun ramai di Group Facebook “Kabupaten Toba Unggul & Bersinar” soal peristiwa penganiayaan Selamat Sianipar yang disebut terpapar covid-19 di Desa Sianipar Bulu Silape, Kecamatan Silaen, Tobasa.

“Ini namanya kejahatan collaborative. Saksikan vidionya dan dengarkan kalimatnya jangan karena mayoritas melakukan kesalahan dianggab menjadi kebenaran. Pemerintah Toba mana tugas dan tanggungjawabnya menyediakan fasilitas karantinanya?,” tulis Nikson Sitorus.

“Apapun itu, jika diamati dari keterangan Kepdes dan Istri korban, semua bermula dari kurang paham nya Kades pengawasan dari satgas Covid-19 kabupaten. SOP mana jika isoman ditempatkan di tempat yang tidak ada air dan listrik? Untuk darurat apapun bisa dipakai. Sekolah, tempat ibadah bahkan hotel penginapan jika sudah betul-betul darurat. Di awal pun sudah salah penanganan. Terlepas dari apapun itu, termasuk ada orang yang bilang korban mengganggu dll. Seperti yang terlihat sekarang ini, korban mengalami depresi berat,” tulis Albert Siagian.

“Mengaku saja memang salah di awal. Dan satu lagi, dipastikan betul-betul korban ini dikatakan positif dari hasil pengecekan dengan metode apa? Seperti keterangan istri dia awalnya pergi ke Puskesmas untuk periksa dan tidak lama dinyatakan positif covid. Ada hasil lab nya gak ya? Metode apa yang dipakai? Antigen atau Swab PCR? Di Toba memangnya sudah ada Swab PCR yang cepat diketahui hasil nya? Pengalaman saya Swab PCR memakan waktu paling tidak 6 jam. Sebetulnya reaktif apa positif? Saya 2 kali reaktif karna flu dan demam. Setelah menjalani swab yang hasilnya keluar 9 jam ternyata negative,” kata Albert Siagian.

U Tampubolon: Kepala desa harus bertanggung jawab masalah ini. Kelalaian dan tidak paham isolasi mandiri (ISOMAN). Tangkap dan penjarakan dia. Dia tidak pantas kepala desa.

Prengki Silitonga: Ketika beberapa awak media mempertanyakan pada Bupati Toba tentang angggaran penanganan Covid-19 di Toba sebesar Rp 53 miliar dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Toba senilai Rp 34 miliar, justru jawaban mengambang dalam bahasa Batak “lari api tupelak” dan tidak bisa menerangkannya.

Dolok Martin Siahaan: Terkait viralnya Selamat Sianipar merupakan sesuatu hal momok yang menakutkan kepada masyarakyat terkait covid. Namun hal itu akan menjadi jadi jika ketua gugus covid di daerahnya masing masing tidak memberikan pengajaran terkait penyakit tersebut.

Berarti anggaran tersebut kurang pas pemanfaatannya dan para pengawas anggaran tersebut tidak bekerja dengan baik walaupun akhirnya nanti dibuatkan laporan pertanggung jawaban.

Sudah jelas sesuai bukti yang kita lihat jika Selamat Sianipar tersebut dilakukan cek antigen dan di bawah masih dibuat tulisan untuk memastikan silahkan melakukan cek PCR yang bisa memastikan 80% covid. Cek antigen tersebut sudah pernah kita temukan positif di sebuah Rumah Sakit Latersia Binjai dengan bukti pemberitaan media.

Dippu Tua Sitorus: Lebih banyak pencitraan daripada kinerja nyata kepada masyarakat. Kalau benar dijalankan tidak akan mungkin terjadi seperti ini. Besarnya anggaran, tetapi sang kepala desa memaksa isolasi di harangan (hutan). Dan ini bukan isolasi namanya, tepatnya menyingkirkan.

Simanjuntak Maruli: Anggaran covid hanya untuk biaya perjalanan dinas / tim gugus Toba (ngecek sana sini) ya sudah aman dapat honor. Sementara Pak Jokowi bila rumah sakit penuh dibuat bisa dibuat rumah sakit darurat dan cadangan. Kenapa pasien covid Toba isoman digubuk (harangan)? di Kecamatan Uluan isoman dirumah? Mau dirujuk ke rumah sakit jawab mereka penuh. 

Kemana anggaran dana covid Toba, kenapa tidak tepat sasaran, kenapa APD tidak lengkap, kenapa hanya vitamin doang dikasih. Perlu tim indenpenden, LSM (yang jujur), melakukan audit di Dinas Kesehatan Toba (disini banyak anggaran covid) hanya perjalan perjalan dinas yang gak porlu sementara mereka itukan sudah digaji Negara.

Bupati Toba Pantas Dipersalahkan

Wakil Ketua Komisi II DPR, DR Junimart Girsang SH MH menegur keras Bupati Kabupaten Toba, Poltak Sitorus atas video viral yang memperlihatkan seorang warga pasien isolasi mandiri (Isoman) Covid-19, diduga dianiaya sejumlah warga di Desa Sianipar Bulu Silape, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba, Sumatera Utara (Sumut).
Junimart Girsang Minta Kapoldasu dalam suatu pertemuan di Kota Medan belum lama ini. 

Junimart Girsang menegaskan, Bupati Poltak Sitorus selaku Kepala Satuan Tugas (Kasatgas) Covid-19 adalah sosok yang pantas dipersalahkan dan bertanggung jawab atas penganiayaan yang dialami Salamat Sianipar.

“Ini kesalahan Kasatgas-nya. Kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi apabila Kasatgas Covid-19 Kabupaten Toba dan perangkatnya menjalankan perintah Presiden dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri (Mendagri), tentang penanganan Covid-19 dan penerapan cara penanganan masyarakat yang terkonfirmasi Covid-19," kata Junimart meneruskan catatannya, Minggu, 25 Juli 2021.

Lantas politisi PDI Perjuangan ini meminta aparat kepolisian segera ambil sikap menyoal peristiwa tersebut agar tidak menjadi preseden buruk.

“Aparat penegak hukum harus segera turun menyikapi aksi kelompok ini, terlepas dari benar tidaknya perilaku SS. Supaya tidak menjadi preseden buruk, dan ini jelas-jelas perbuatan kejahatan yang tidak bisa ditolerir," ujarnya.

Selain itu, Junimart Girsang juga menegur sikap sebahagian pemerintah daerah di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) yang terkesan tidak punya rasa empati.

"Banyak pemerintah daerah khususnya di Sumut itu seperti tidak ada rasa empatinya kepada pasien. Kemarin seorang tenaga THL DPRD Kabupaten Dairi juga sama, usai dinyatakan reaktif Covid-19 tidak ada upaya dari pihak pemerintah atau lembaga tempatnya bekerja untuk menindaklanjuti melalui PCR," tuturnya.

"Pasien itu hanya disuruh menjalani isoman tanpa mendapat perhatian dari instansi yang berwenang di Dairi. Demikian juga dengan beberapa masyarakat yang isoman lainnya," katanya menambahkan.
Menurutnya, tidak ada alasan bagi Satgas Covid-19 daerah untuk menelantarkan pasien Covid-19. Sekalipun pasien yang ditetapkan menjalani isolasi mandiri (Isoman), harus tetap mendapatkan pemantauan.

“Apa yang terjadi di Toba ini, berdasarkan informasi yang beredar jelas kesannya pasien tersebut telah diterlantarkan. Karena tidak ada pemantauan dan pendampingan yang diberikan kepadanya. Mengapa hal itu sampai terjadi? karena toh anggarannya ada untuk itu diberikan pemerintah," jelasnya.

Junimart Girsang berharap pemerintah pusat membentuk tim khusus yang bertugas mengawasi pelaksanaan perintah Presiden dan Mendagri di setiap kabupaten/kota.

"Itu merupakan upaya dalam rangka pencegahan, penularan Covid-19. Begitu juga halnya terkait pengawasan penggunaan anggaran penanganan Pandemi Covid-19 ini," kata Junimart Girsang.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Pos Perjuangan Rakyat atau Pospera Kabupaten Toba, Jefri Siahaan.(Istimewa) 

Tangkap Pelaku

Sementara Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Pos Perjuangan Rakyat atau Pospera Kabupaten Toba mendesak Kepolisian Republik Indonesia atau Polri segera menangkap pelaku pemukulan, menyeret dan mengikat warga bernama Salamat Sianipar seorang penderita Covid-19 yang sudah viral saat ini.

"Saya sebagai ketua Pospera Kabupaten Toba dimana pelindung kami adalah Presiden Joko Widodo dan pembina kami adalah Adian Napitupulu dengan ini mendesak pihak kepolisian mulai dari Kapolri, Kapolda, dan Kapolres Toba untuk mengusut tuntas kejadian ini," kata Jefri Siahaan diwawancara di Balige pada Minggu,  25 Juli 2021.

Jefri mengungkap bahwa kejadian ini sudah resmi dilaporkan ke pihak berwajib oleh Lisbet Sitorus ke Polres Toba dengan nomor laporan polisi : LP/B/270/VII/2021/SPKT/Polres Toba/Polda Sumut.

"Lisbet Sitorus sudah melaporkan tindak penganiayaan secara bersama-sama atas terlapor ES, 50 tahun, yang memiliki jabatan sebagai perangkat Desa Sianipar Bulu Silape kepada korban saudara Salamat Sianipar," kata Jefri.

Demikian juga kepada Kapolres Toba AKBP Akala Fikta Jaya, Pospera Toba menyarankan agar segera membuat konfrensi pers resmi seputar tindak lanjut laporan Lisbet Sitorus.

“Nah, terkait STPL dimana Erik Sianipar yang mengaku sebagai keluarga korban sudah dilaporkan, ada apa pihak Polres tidak buka suara kepada media massa?, Kenapa belum ada pernyataan resmi dari Polres Toba," katanya.

Perihal klarifikasi kepala desa, bidan desa dan Erik Sianipar yang mengaku dari pihak keluarga dekat, bukan berarti melepaskan kejadian itu dan segala permasalahan telah selesai begitu saja.

Dia berpendapat bahwa perlakuan yang harus diterima Salamat Sianipar harus lebih manusiawi dari perangkat desa dan Satuan Gugus Tugas Covid-19 daerah itu.

“Terlepas jika benar si korban memiliki gangguan kejiwaan, harusnya ada pendekatan yang manusiawi, bukan jadi malah diikat, diseret, dan dipukuli seperti binatang," katanya.

“Justru jika si korban memang memiliki gangguan kejiwaan, kenapa tidak ada pengawalan dan pemantauan melekat sejak dia diperiksa ke klinik IT Del yang ternyata dinyatakan positif Covid, sebenarnya dimana fungsi Gugus Tugas Toba dan pemerintah desanya,” kata Jefri Siahaan bertanya.

Bahkan Jefri Siahaan bisa memastikan bahwa Salamat Sianipar saat ini menderita memar-memar di sekujur tubuh sesuai foto-foto beredar di media sosial. “Ada dalam Facebook kita lihat sekarang korban alami memar di beberapa bagian tubuh. Ini harus didalami Polisi ," kata dia menunjukkan foto dalam Facebook.
Slogan Isoman Covid-19.

Tindaklanjuti Laporan

Dihubungi secara terpisah Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) Polda Sumatera Utara Kombes Pol Hadi Wahyudi memastikan setiap laporan pasti ditindaklajuti.

“Setiap laporan apapun itu kita akan dalami," kata Hadi Wahyudi dihubungi melalui WhatsApp pada Minggu, 25 Juli 2021, seperti dikutip dari Kureta.id.

Demikian juga keterangan tegas Kepala Polres Toba AKBP Akala Fikta Jaya. Dia memastikan terlapor atas nama Erik Sianipar yang diketahui seorang pejabat desa tempat kejadian dugaan pemukulan kepada Salamat Sianipar seperti dalam video yang diunggah di Instagram Jhosua Lubis akan diproses secara tuntas.

“Benar setiap laporan apapun itu kita dalami ya. Begitu lae," jawab Kapolres Akala melalui Kasubbag Humas melalui WhatsApp pada Minggu, 25 Juli 2021.

Disinggung apakah terlapor bernama Erik Sianipar umur 50 tahun yang berjabatan sebagai pejabat Desa Desa Sianipar Bulu Silape sudah dipanggil dan kapan akan diperiksa penyidik Polres Toba, pihaknya belum memberikan keterangan secara pasti.

Klarifikasi Tidak Ada Pemukulan

Seperti diberitakan Kureta.id sebelumnya, untuk meluruskan berita viralnya sebaran video dugaan pemukulan, diseret dan diikatnya Salamat Sianipar 45 tahun seorang pria penderita Covid-19 di Toba, pihak keluarga, kepala desa, bidan dan Kapolda Sumatera Utara beri klarifikasi resmi perihal kronologis kejadian itu.

Dihubungi pada Sabtu 24 Juli 2021 malam, Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara Irjen Pol RZ Panca Putra Simanjuntak memastikan penderita Covid-19 Selamat Sianipar dalam kondisi tenang jalankan isolasi di salah satu rumah sakit di Toba.

"Tolong diluruskan berita yang ada. Yang bersangkutan saat ini sehat dan dirawat isolasi di RSU Porsea. Salam," kata Irjen Panca Putra Simanjutak pada Sabtu 24 Juli 2021 malam.

Dia sepakat dengan keterangan Sekretaris Daerah Audi Murphy Sitorus bahwa tidak ada pemukulan kepada Salamat Sianipar.

Sebagai bukti, lulusan lulusan Akpol tahun 1990 itu mengirimkan 4 konten video klarifikasi pihak keluarga dekat, bidan desa dan keterangan resmi Kepala Desa Desa Sianipar Bulu Silape, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba, Sumatera Utara kepada Kureta.

Dalam konten video klarifikasi itu memuat kesaksian Erik Sianipar salah satu keluarga dekat Salamat Sianipar, bidan desa Pardomuan bernama Lusi Napitupulu dan Kades Pardomuan Timbang Sianipar.

Erik mengatakan kehadiran warga membawa kayu di tempat kejadian seperti video viral baru-baru ini tidak lain digunakan hanya sebagai alat pelindung diri dan jaga jarak dari Salamat Sianipar.

“Kayu itu sebagai APD. Dan adapun warga mengamankan Salamat Sianipar adalah untuk membantu saya dalam rangka mengurangi penyebaran virus Covid-19," kata Erik Sianipar.

Pernyataan serupa diungkapkan Lusi Napitupulu selaku bidan yang bertugas di desa tersebut. Lusi mengapresiasi keterlibatan warganya mengamankan memakai APD kayu untuk jaga jarak dari Salamat Sianipar yang diketahui tidak taat sama sekali prosedur protokol kesehatan apalagi sudah diketahui positif terpapar virus Covid-19.

"Saya sendiri saja mengalami itu. Dia menyalam dan memeluk saya waktu itu, "kata Lusi Napitupulu dalam video.

Sedangkan Kepala Desa Pardomuan, Timbang Sianipar, angkat bicara mengenai video viral di media sosial tentang pasien Covid-19 yang dianiaya warga di daerah Sigoti, Desa Pardomuan, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba. 

Timbang mengungkapkan, aksi warga desa itu bukan melakukan tindak pengianiayaan. “Karena takut tertular Covid-19 warga dengan segala keterbatasan terpaksa menggunakan kayu dan bambu saat mengamankan pasien Covid-19 tersebut, tidak ada niat kami menganiaya," ungkapnya dalam video.

Timbang menjelaskan, Selamat Sianipar sempat menjalani isolasi mandiri setelah dinyatakan terpapar Covid-19 dan pihak desa pun memberikannya bantuan paket sembako selama menjalani isolasi mandiri pada Rabu 21 Juli lalu.

"Tetapi Selamat Sianipar malah kabur dari tempat isolasi dan kembali pulang ke rumahnya. Karena depresi pasien Covid-19 ini pun mencoba menularkan penyakit kepada warga yang berada didekatnya," jelasnya.

Karena takut tertular, Timbang mengungkapkan, warga dan keluarga mencoba mengamankan Selamat Sianipar agar tidak langsung bersentuhan dengan pasien Covid-19.

Dihubungi terpisah Kapolres Toba melalui Kasubbag Humas Inspektur Satu polisi B Samosir mengatakan bahwa Salamat Sianipar saat ini sudah menjalani isolasi dibawah pengawasan pihak medis di rumah sakit.

“Saat ini Selamat Sianipar sudah dibawa ke Rumah Sakit Porsea untuk menjalani perawatan Covid-19," kata B Samosir, Minggu (25/7/2021). (Berbagaisumber/Asenk Lee Saragih)

Berita Lainnya

Post a Comment

1 Comments

  1. Seolah kita yang menyaksikan video awal, adalah buta dan tak paham gerak dalam video. Sangat jelas dipukul dan diseret, bahkan seperti menyeret binatang. Ada apa dengan. BUPATI YANG JUSTRU MEMBANTAH PENGANIAYAAN. APA ANDA SUDAH TIDAK WARAS?...

    ReplyDelete