Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Pandemi Terjadi, Bagaimana Cara Single Parent Tetap Bertahan?

Foto Islustrasi. (Google)


Oleh: Andi Muhammad Alifikri, Muhammad Marsha A H, Siahaan Rafael, Stefanus Sirait, Syahrul Alam Putra

Beritasimalungun.com-Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang anggota-anggotanya saling memahami dan menjalankan hak maupun kewajiban sesuai dengan fungsi dan peranan masing-masing, serta berupaya saling memberi kedamaian, kasih sayang dan berbagi kebahagiaan. Namun, tidak semua orang dapat merasakan apa yang mereka dambakan. 

Sebuah perceraian merupakan kulminasi dari penyesuaian perkawinan yang buruk, dan terjadi bila antara suami dan istri sudah tidak mampu lagi mencari cara penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak. 

Seiring perkembangan zaman, posisi keluarga dalam struktur sebuah rumah tangga mengalami perubahan yang tajam. Perubahan posisi anggota keluarga sering terjadi karena perceraian dan kematian masing-masing pasangan dalam rumah tangga.

Salah satu fenomena sosial yang ada disekitar kita adalah keadaan keluarga dengan salah satu orang tua saja, bisa ayah, bisa juga ibu, keadaan keluarga seperti ini disebut dengan single parent. Single parent dapat terjadi karena perceraian, kematian salah satu pasangan yaitu ayah atau ibu, dan juga karena kehamilan di luar nikah, dan adopsi. 

Perceraian menjadi salah satu faktor penyebab banyaknya single parent di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (2015) menyatakan angka cerai dan talak tiap tahunnya semakin meningkat dan cukup tinggi. 

Data tersebut menunjukkan bahwa di Indonesia semakin banyak yang menjadi orangtua tunggal dalam menghidupi keluarganya. Di Indonesia, ibu sebagai orang tua tunggal memiliki persentase cukup besar yaitu 24 persen (BPS 2015). 

Sedangkan hanya 4 persen kepala keluarga laki-laki di Indonesia sebagai single parent. Merujuk pada data Badan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung, tingkat perceraian keluarga Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. 

Data tahun 2016, angka perceraian mencapai 19,9% dari 1,8 juta peristiwa. Sementara data 2017, mencapai 18,8% dari 1,9 juta peristiwa, maka ada lebih dari 357 ribu pasang keluarga yang bercerai pada tahun tersebut.

Berbagai temuan menunjukkan bahwa orang tua tunggal memiliki tugas yang sangat besar karena menanggung semua beban hidup tanpa adanya dukungan dari pasangan. Orang tua tunggal diharuskan memainkan peran ganda dalam melengkapi setiap peran gender orang tua. 

Kebanyakan orang tua tunggal yang bercerai atau meninggal dunia memiliki keadaan yang berat sewaktu mereka membesarkan anak dan mencari nafkah. Dalam hal ini, baik ibu tunggal maupun ayah mengalami hal yang sama yaitu memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk menyeimbangkan pekerjaan dan urusan rumah tangga.

Menjadi seorang ibu tunggal otomatis menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga. Seorang ibu tunggal yang awalnya tidak bekerja cenderung menjadi pekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. 

Menjadi ibu tunggal akan meningkatkan partisipasi perempuan dalam dunia kerja. Perempuan yang awalnya bergantung pada suami seumur hidup akan menjadi mandiri setelah perceraian, atau suaminya meninggal. 

Berbagai penelitian mengatakan bahwa ibu tunggal yang tidak mendapat dukungan ekonomi dari mantan suaminya mengalami penurunan kesejahteraan psikologis khususnya bagi ibu tunggal yang tidak pernah bekerja sebelum perceraian, berpendidikan rendah, atau tidak memiliki keterampilan dan keahlian yang unik.

Dalam hal ini, pendapatan yang menurun memaksa mereka untuk mengembangkan strategi bertahan hidup dan melakukan beberapa mekanisme bertahan hidup. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ibu tunggal memiliki ekspektasi yang lebih rendah terhadap kesejahteraan anak dibandingkan dengan ibu yang masih bersama dengan suami. 

Orang tua tunggal diliputi oleh keraguan tentang cara membesarkan anak-anak mereka sendiri karena hal itu sangat terkait dengan pendidikan anak-anak mereka. Studi sebelumnya juga menemukan bahwa anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua tunggal dengan ekonomi yang tidak stabil rentan terhadap kesulitan keuangan, kemiskinan dan bahkan resah pada kesejahteraan mereka di kemudian hari karena kendala keuangan.

Salah satu strategi bertahan hidup yang dapat dilakukan yaitu dengan mengatur keuangan keluarga kiranya dapat diterapkan oleh semua anggota keluarga. Upaya untuk melakukan pengelolaan keuangan dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai keluarga.

Nilai-nilai yang ada pada setiap keluarga dapat berbeda-beda, terbentuk sesuai konstruksi sosial keluarga. Nilai tersebut adalah nilai sosial yang merepresentasikan sikap saling mengingatkan dan saling menghargai sesama manusia. Beberapa sikap pengelolaan keuangan berbasis nilai-nilai keluarga menyebabkan pengelolaan keuangan menjadi lebih bijak. 

Keluarga yang memiliki keuangan untuk dana darurat dapat digunakan untuk keperluan taktis keluarga atau untuk membantu orang lain. Selain itu, diperlukannya coping strategy dimana keluarga harus berupaya untuk memecahkan masalah dengan mengubah perilaku, lingkungan serta pengendalian emosi. 

Contoh yang dapat dilakukan salah satunya yaitu dengan mengurangi pengeluaran pada hal yang tidak mendesak. Saat mengelola pengeluaran bulanan, 2,5%-10% dari pendapatan umum dapat digunakan untuk masyarakat dan amal. 

Cicilan KPR dan kartu kredit dapat menghabiskan hingga 30% dari pendapatan bulanan, dan biaya hidup setidaknya 40%-60% dari pendapatan bulanan. Tabungan dan investasi minimal 10%, dan tujuan hiburan minimal 10%. 

Seperti orang lain, single parent membutuhkan perlindungan diri dan keluarga, baik dalam bentuk asuransi dan dana darurat, atau berbagai sumber pendapatan untuk menopang kehidupan mereka. 

Dalam kehidupan sehari-hari, single parent harus pandai-pandai memilah kembali mana yang merupakan keinginan, kebutuhan, dan kewajiban. Jika sudah dapat membedakan masing-masing, maka dengan sendirinya juga akan dapat melakukan pengurangan anggaran.

Hal lain yang harus diperhatikan single parent adalah jangan hanya mengandalkan satu sumber pendapatan saja. Jika terjadi kecelakaan, orang tua tunggal masih bisa mengandalkan sumber pendapatan lain untuk bernafas. 

Untuk memperolehnya, perlu kreativitas guna mengasah potensi dalam diri yang terpendam. Bisnis online salah satu pilihan yang cocok dijalankan bagi laki-laki maupun perempuan yang adalah single parent. 

Solusi dalam mengatur keuangan single parent yaitu kurangi kebiasaan perilaku konsumtif dengan memperhatikan prioritas kebutuhan mendesak dan penting untuk keluarga, dan lakukan evaluasi terhadap sumber pendapatan dan pengeluaran dengan cara membagi anggaran rumah tangga menjadi tiga pos, yaitu living, saving dan playing. (Penulis Mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia, IPB University). Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Sc, Dr. Ir. Lilik Noor Yulianti, MFSA.

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments