Foto Ilustrasi. |
Hanya ada satu syarat di mana Anies menang, yaitu melalui polling. Itu pun polling dilakukan oleh orang-orang yang punya basis pendukung yang mengarah ke Anies.
Salah satu mantan menteri yang terkenal dengan pertanyaan fenomenal internet cepat buat apa, mengadakan polling untuk Anies.
Dengan embel-embel 'Independent Polling', Tifatul Sembiring bangga menunjukkan hasilnya ke publik. Anies menang telak dengan suara 82%, Ganjar dapat 9%, Prabowo 8% dan Airlangga Hartarto hanya 1%. Tifatul mengatakan polling ini independen dan tidak seperti survei-survei wanipiro. Tapi dia lupa mengatakan bahwasanya follower-nya mungkin kebanyakan pemuja Partai PKS sehingga mayoritas pasti mendukung Anies. Harusnya hasilnya Anies bisa mendapatkan minimal 99 persen.
Refly Harun juga tidak mau ketinggalan bikin polling. Pertanyaan pada polling tersebut berbunyi: Siapa capres yang paling berkomitmen mau dan mampu memberantas korupsi? Hasilnya Anies lagi-lagi menang telak dengan perolehan suara sebanyak 88%, Ganjar 5%, dan Prabowo 7%.
Sebelum itu ILC juga membuat polling mengenai siapa capres pilihan rakyat. Hasilnya juga sama, di mana Anies mendapatkan suara sebanyak 65%, sedangkan Prabowo 19% dan Ganjar 16%.
Dengan kondisi yang sama, kalau polling dilalukan oleh pendukung Ganjar, maka hasilnya adalah Ganjar yang menang. Kalau yang membuat survei misalnya Fadli Zon, maka Prabowo yang bakal menang telak. Kalau polling diadakan oleh petinggi ormas di Petamburan, sudah pasti pemenangnya adalah Rizieq.
Baru-baru ini Presiden Turki Erdogan memenangkan pilpres untuk ketiga kalinya. Kemenangan Erdogan lantas dijadikan sebagai kabar penghibur bagi Nasdem dan PKS. Erdogan diprediksi kalah di putaran pertama tapi berhasil jadi pemenang. Kondisi ini dicocok-cocokkan oleh Nasdem dan PKS di mana Anies tidak pernah diunggulkan seperti di Pilgub DKI 2017 tapi bisa saja menang pilpres.
Kemenangan Erdogan mau disamakan dengan kemenangan Anies di pilpres nanti, tentu saja ini adalah efek dari halu yang terlalu akut. Kalau Prabowo akhir-akhir ini sering menjual kedekatannya dengan Jokowi, maka kubu Anies menjual kemenangan Erdogan sebagai obat anti galau. Kubu Anies lupa kalau yang mereka lawan saat Pilgub DKI adalah seorang Ahok, yang menjadi sasaran empuk permainan politik identitas oleh kelompok pendukung Anies.
Kita semua tentu bertanya-tanya, apakah tidak ada lagi yang bisa dibanggakan dari Anies sehingga Anies harus dikaitkan dengan kemenangan Erdogan, atau bahkan harus memakai nama SBY untuk menyerang Jokowi soal pembangunan jalan? Mereka kelihatan sangat tidak percaya diri dengan kemampuan Anies. Bahkan Anies sendiri tidak yakin dengan peluangnya di pilpres.
Padahal Anies Baswedan punya banyak prestasi yang jarang dimiliki pemimpin lainnya, misalnya naturalisasi sungai yang sampai saat ini masih berupa angan-angan, rumah DP nol rupiah yang tidak ramah di kantong rakyat menengah ke bawah, sumur resapan yang bukan meresap air tapi lebih suka meresap anggaran, kali yang bau ditutupi dengan kain hitam, peresmian gardu listrik untuk MRT dibuat jadi seremonial, memasang toa peringatan banjir, mengubah istilah rumah sakit dan nama jalan, menjadi sosok yang dermawan dengan cara mengusung konsep kelebihan bayar. Hanya pemimpin yang punya nyali yang berani meniru apa yang dilalukan Anies. Bahkan saya yakin, Jokowi yang bernyali besar tidak akan berani seperti Anies. (BS)
0 Comments