Oleh: J Bachtiar Sihaloho
Jadi teringat tulisan jurnalis senior salah satu media cetak kesohor yang lahir di kota Medan, 30 tahun silam, dia abangnda Jenda Bangun. Head linenya ditulis, seperti yang saya tuliskan pagi ini.
Lungun do memang, (sedih memang), bagaimana bisa, sekelas event yang diselenggarakan Pemkab Simalungun, dengan tajuk PESTA RAKYAT HAROAN BOLON, (Pesta Rakyat Sukacita Besar) dan mengumandangkan kesenian etnis Simalungun, akan tetapi tanpa melibatkan pelaku seni Simalungun itu sendiri.
Bagaimana bisa? Pemkab yang terdiri dari Bupati, Asisten, Kepala Dinas, bisa meloloskan ide EO sebagai penyelenggara, tanpa melibatkan pelaku seni dari etnis Simalungun itu sendiri?
Apakah Pemkab tidak mengganggap ada pelaku seni di daerahnya sendiri? Ataukah mereka selama ini, tidak memperhatikan para pelaku seni yang ada di daerahnya, dan ini sebagai salah satu buktinya dan jawabannya?
Lihatlah player awal, photo disebelah kiri dari awal dipromosikan, jelas tidak ada mereka disana. Kalaupun di injury time ada player kedua dengan menampilkan para seniman Simalungun, setelah viral dan banyak kritikan, sepertinya hanya pengobat luka.
Dan sebagai bukti, bahwa Pemkab Simalungun juga lemah dalam membina, melestarikan budayanya sendiri, sehingga menambah KELUNGUNAN (SEDIH) para pelaku seni yang ada di Simalungun.
Pelajaran berharga ini, hendaknya menjadi pemacu kepada kawan kawan pelaku seni Simalungun untuk tetap berkarya, terus mengumandangkan Seni Simalungun. Terimakasih dan tetap berkarya, kawan kawan seperjuangan, Lamser Girsang, Jhon Elyaman Saragih, Intan Saragih Cbm, Noah Sumbayak, Gobel Sabar Tondang, Franto Purba, Sion Damanik, Damma Silalahi, Yanchi Sinaga II pakon nalegan. (BS-Penulis Adaah Pemerhati Seni Budaya Simalungun)
0 Comments