AKHIR-akhir ini (dulu tak ada saya lihat), di pesta pernikahan Simalungun, sudah mulai biasa pengantin ngamen. Bentuknya, kedua mempelai nyanyi berduet atau menari bersama.
Apa sih motifnya?
1) Kalau sekadar sebuah bentuk ekspresi (karena kedua mempelai kebetulan hobi atau bertalenta nyanyi atau menari), bisa-bisa aja sih.
2) Lebih jauh daripada itu, ada istilah: "Lumayan.., uang kibot (keyboard) dan video shooting bisa lepaslah..!"
Acara ngamen ini didukung adanya kibot dalam pesta-pesta. Dulu waktu kibot belum ada dan umumnya masih pakai gonrang saja, nggak ada tuh pengantin (di) minta nyanyi inggou-inggou Simalungun di pesta.
Jadi, tampaknya motif ke dua-lah yang lebih kuat dibandingkan dengan motif pertama tadi. Kok kita jadi matre gini sih?
Di acara 'Paroh Parumaen' (pesta dilakukan di/oleh pihak pengantin laki-laki) atau "Palaho Boru' (pesta dilakukan di/oleh pihak pengantin perempuan, istilahnya "Rambu Pinudun"), ketika pengantin ngamen, disediakanlah kardus mie instan untuk menampung saweran dari --umumnya pihak 'Parboru' ('Tondong')-- yang diselipkan ke tangan kedua mempelai. Karena kepenuhan, baik di tangan maupun di kantong jas pengantin laki-laki, saweran itu dimasukkan ke kardus mie instan.
Setelah acara ngamen selesai, saweran dihitung dan diumumkan oleh protokoler. Di situlah keluar ungkapan tadi: "Lumayan.., uang kibot (keyboard) dan video shooting bisa lepaslah..!" Aih lo lakan ei..!
Yang gelagapan adalah yang tidak cukup persiapan dari rumah. Tak diperkirakannya bakal ada acara ngamen, tapi karena dia di pihak pengantin perempuan ('Tondong'), terpaksa juga maju ke depan pengantin utk (ikut) nyawer.
Setelah menyediakan 'Hiou', uang yang ada di dompet tinggal selembar pecahan Rp 50.000. Karena ada acara ngamen yang tidak diprediksinya, perasaannya campur aduk.
Uang yang Rp 50.000 itu pun terpaksalah (di) keluar (kan). Ikhlas atau tak ikhlas, dia sendiri bersama Tuhan-lah yang tahu.
Kalau acara ini dilaksanakan di/oleh pihak pengantin laki-laki, saweran tadi "DIANGGAP" membantu/nambah-nambah dana penyelenggaraan pesta, karena pihak laki-laki tentu sudah pula menyediakan 'Partadingan'/'Boli ni Boru' untuk orangtua pengantin perempuan.
* * *
Tapi, apa sih sebenarnya HAKEKAT SEJATI pesta? 'Kan mestinya MEMBAHAGIAKAN pengantin dan para undangan, baik dari pihak pengantin laki-laki, pihak pengantin perempuan, kolega, dan masyarakat setempat (STM)?
Bikinlah pesta bukan dengan hitungan untung-rugi, melainkan benar-benar dalam rangka membagi kebahagiaan. Ini gampang diomongkan, tapi motif kedua tadi agak-agak sulit juga diabaikan. Oh.., zaman ini ya?
BTW.., yang sisa uangnya tinggal selembar Rp 50.000-an tadi AGAK TERENGGUT jugalah kebahagiaannya. Aih..!
#SalamBiusCantik
#RJP_RakyatJadiPrioritas
0 Comments