Dipecat dari Sekolah Erwin Tidak Ikut UN
SIMALUNGUN– Erwin
Pandiri Nadapdap (15), terdakwa perkara percobaan pemerkosaan dan
penganiayaan terhadap inang Pdt Melati Butar-butar, yang saat ini
ditahan di Lapas Kelas II B Pematangsiantar, mengaku tidak ikut
melaksanakan Ujian Nasional (UN). Pelajar kelas III SMP itu sudah
dipecat dari SMPN 2 Hutabayu Raja.
“Nggak ada tadi ujian di Lapas karena saya sudah dipecat dari sekolah. Saya dipecat sejak kasus saya di tangani di Polsek,” ujarnya saat ditemui di ruang tahanan Pengadilan Negeri Simalungun, Senin (23/4).
Warga Jalan Huta Panambean II, Nagori Silakkidir, Kecamatan Hutabayu
Raja, itu mengatakan, ia sangat kecewa karena sudah tidak bisa
bersekolah lagi. “Tapi biarlah, mau bagaimana lagi. Biarlah kasus ini
kujalani dulu,” ungkap Erwin didampingi ibunya, Romlah Butar-butar. yang
kemarin membawa dan menyuruh Erwin makan.
Ayah Erwin, Jannur Nadapdap (36),
membenarkan anaknya telah dipecat dari sekolah. “Memang anakku sudah
dipecat sejak kasus yang menimpanya. Surat pemecatan itu diberikan saat
pihak Polsek Tanah Jawa meminta surat dari sekolah apakah benar anak
saya sekolah di SMPN 2 Hutabayu Raja,” terangnya.
Dia mengatakan, saat diperiksa, pihak kepolisian tidak percaya bahwa anaknya masih berusia 15 tahun dan duduk di bangku SMP. Selanjutnya pihak kepolisian menyarankan agar ia datang ke sekolah meminta surat rekomendasi bahwa anaknya memang benar sekolah di sana. Akan tetapi, setibanya di sekolah, bukan surat rekomendasi yang didapat, melainkan surat pemecatan.
“Waktu datang ke sekolah bukan
rekomendasi yang diberi, tapi surat pemecatan. Tapi karena memang benar
anak saya bersalah, saya mendatangani surat pemecatan itu. Saat ini
Erwin sudah putus sekolah, belum lagi menjalani hukuman,” katanya.
Nadapdap mengatakan, Erwin termasuk anak yang rajin bekerja. Kalau di rumah, ia sering cerita bahwa cita-citanya ingin menjadi polisi. Tapi sekarang, tidak tahulah apakah cita-cita itu bisa digapainya.
“Memang beginilah kalau sudah sialnya.
Pada 11 April 2012 lalu, adek Erwin yang berusia 7 tahun baru saja
meninggal dunia. Adiknya Erwin rencananya akan masuk SD, dan meninggal
karena penyakit. Penyakitnya pun nggak tahu, hanya demam sehari dan
esoknya meninggal dunia. Tapi kami tetap yakin rencana Tuhan indah pada
waktunya,” ungkapnya.
Kepala SMPN 2 Hutabayu Raja Jhonny Simatupang
membenarkan, Erwin adalah mantan siswanya. “Dia memang pernah sekolah di
sini. Tapi ia dipecat karena melanggar disiplin sekolah,” ujarnya.
Menurutnya, pihaknya memecat Erwin
karena memiliki absen banyak dan sering terlambat masuk sekolah. Sesuai
peraturan sekolah, jika enam kali terlambat, harus dipecat. Pihaknya
juga telah melayangkan surat panggilan kepada orangtua, tapi tidak
dipenuhi.
16 Liang Di Tubuh Inang Pendeta
Foto diambil dari Facebook/groups/BBC
Biodata Pdt Melati br Butarbutar :
Menurut tersangka, malam itu dia tidak punya alat penerangan, sehingga timbul niatnya memasuki rumah dinas Pendeta yang kebetulan tidak jauh dari tempat kerbaunya ditambatkan. Tersangka beranggapan bahwa Pendeta masih berada di Jakarta, sebab setahunya ibu pendeta sedang ke Jakarta mengikuti acara adat martuppol menjelang pernikahannya. Tersangka lalu memanjat dan membongkar dinding dapur yang terbuat dari papan. Setelah membuka dua lembar papan, dia masuk.
Menurut sumber di kepolisian berdasarkan keterangan tersangka, malam itu terjadi pergumulan di kamar tidur pendeta. Pada saat kritis itu, pendeta berhasil merampas pisau dari tangan kanan tersangka. Tak mau kalah, tersangka nekat merampas pisau hingga telapak tangan kirinya mengalami luka sayat.
Biodata Pdt Melati br Butarbutar :
- 2009, Tamat STT HKBP Pematangsiantar
- 2009, praktik pendeta di HKBP Silaban Dolok Sanggul
- Juni 2010, bertugas di HKBP Panambean Silakkidir
- April 2011 ditahbiskan di HKBP Dolok Sanggul
Simalungun, Rabu (15/2) sekira pukul
23.30 WIB. Panambean I Resor Raja Maligas, Nagori Silakkidir, Kecamatan
Hutabayu Raja, Kabupaten Simalungun Tiba-tiba digegerkan atas penikaman
16 liang terhadap seorang pendeta yaitu Pdt Melati br Butarbutar.
Sebelum
melakukan Penikaman, pelaku diduga ingin memperkosa Pdt Melati br
Butarbutar..
Sadis, setelah gagal melakukan pemerkosaan, Erwin Pandiri
Divisi Nadapdap malah menganiaya korban secara membabibuta. Korban
ditikami hingga 16 liang, sehingga dilarikan dan dirawat intensif di RS
Vita Insani Siantar.
Sementara
tersangka Erwin Pandiri Divisi Nadapdap mengalami luka parah pada bagian
kepala dan tangan kiri karena sempat diamuk massa. Pelaki kini dirawat
di RS dr Sudung Sinaga, Simpang Tangsi Balimbingan, Tanah Jawa.
Kapolsekta Tanah Jawa Kompol B
Siallagan SH ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya membenarkan
terjadinya kasus penganiayaan yang dilakukan tersangka kepada Ibu
Pendeta. Kata Kapolsek, motif penganiayaan itu diduga ada niat tersangka
melakukan pemerkosaan.
Namun
saat ditemui di RS Sudung Sinaga, tersangka membantah hendak memperkosa.
Dia memasuki rumah pendeta tersebut untuk mencari senter. Dia mengaku,
malam itu dia sedang melintas di depan Gereja HKBP Panambean. Dia
berencana mengikatkan tali kerbau miliknya pada tambatan. Kebetulan dari
tiga kerbau miliknya, ada satu talinya putus.
Menurut tersangka, malam itu dia tidak punya alat penerangan, sehingga timbul niatnya memasuki rumah dinas Pendeta yang kebetulan tidak jauh dari tempat kerbaunya ditambatkan. Tersangka beranggapan bahwa Pendeta masih berada di Jakarta, sebab setahunya ibu pendeta sedang ke Jakarta mengikuti acara adat martuppol menjelang pernikahannya. Tersangka lalu memanjat dan membongkar dinding dapur yang terbuat dari papan. Setelah membuka dua lembar papan, dia masuk.
Tersangka
kemudian bergerak ke ruang tamu untuk mencari siapa tahu di rumah itu
ada senter. Tapi di atas meja yang ada televisi, tersangka justru
melihat pisau dapur dan mengambilnya. Sementara senter tidak ditemukan.
Korban lalu masuk ke kamar yang malam itu ditempati ibu pendeta.
Saat
tersangka masuk ke kamar, Ibu Pendeta terbangun dari tidurnya. Dengan
perasaan takut, Ibu Pendeta mengatakan, “Kenapa kamu masuk ke rumah
tanpa permisi?” Tersangka menjawab bahwa ia ingin mencari senter. Ibu
pendeta lalu menyarankan untuk tidak mengganggunya. “Jangan kamu ganggu
saya. Kalau kamu menginginkan emas dan uang di sana tempatnya,” ujar
pendeta sambil menunjuk lemari.
Kemudian
pendeta mencabut perhiasan emas dari lehernya sambil menyerahkan kepada
tersangka. Tapi tak berapa lama, pendeta berteriak minta tolong.
Teriakan itu membuat tersangka ketakutan dan langsung menyumpal mulut
pendeta dengan kaos yang dipakainya.
Menurut sumber di kepolisian berdasarkan keterangan tersangka, malam itu terjadi pergumulan di kamar tidur pendeta. Pada saat kritis itu, pendeta berhasil merampas pisau dari tangan kanan tersangka. Tak mau kalah, tersangka nekat merampas pisau hingga telapak tangan kirinya mengalami luka sayat.
Juga terjadi tarik-menarik pisau di kamar tidur.
Pada satu kesempatan, tersangka berhasil merampas pisau dari tangan
Pendeta. Saat merampas itu, ujung pisau menembus perut pendeta. Darah
segar menggenang di atas sprei tempat tidur, hingga tembus ke tilam. Ibu
pendeta yang sudah terluka berusaha berteriak sekuat tenaga.
Teriakan
Ibu Pendeta didengar oleh Simon Butarbutar (51), warga setempat.
Tersangka yang sudah kalap langsung menusukkan ujung pisaunya ke tubuh
pendeta sebanyak 11 liang. Dalam keadaan kritis, korban masih berusaha
minta tolong dengan berjalan menuju pintu belakang. Sesampainya di dapur
dekat pintu kamar mandi, korban terjatuh dengan tubuh telentang.
Saat
tersangka hendak menusukkan kembali pisau ke tubuh pendeta, tiba –tiba
muncul Simon Butabutar dari belakang sambil mengatakan, “Jangan kau
tikamI!” Menyadari seseorang datang, tersangka bersembunyi di tembok
dekat kamar mandi.
Simon bersama
seorang anaknya mengevakuasi korban dan membawanya ke bidan terdekat.
Tapi akibat pendarahan hebat yang dialami korban, ia dilarikan ke RS
Vita Insani Pematangsiantar.
Sementara
itu, tersangka yang tubuhnya berlumuran darah ditangkap warga dari
balik tembok kamar mandi. Warga yang sudah mulai ramai langsung
menghajar tersangka hingga babak belur.
Setelah
mendapat informasi tersebut, Kanit Reskrim Polsekta Tanah Jawa AKP
Liston Siregar bersama anggota langsung meluncur ke TKP. Korban yang
sempat jadi bulan-bulanan massa dapat diselamatkan. Tapi massa yang
sudah beringas nekat menerobos petugas untuk menghakimi tersangka. Namun
berkat pendekatan yang dilakukan petugas, massa bisa menerima dan malam
itu tersangka dilarikan ke RS dr Sudung Sinaga.
Rencana Pindah ke Tobasa
Praeses
Distrik XXIV Tanah Jawa Pdt SP Sirait ketika dikonfirmasi METRO
mengatakan, Pdt Melati br Butarbutar adalah alumni STT HKBP
Pematangsiantar tahun 2009. Setelah tamat, korban praktek pendeta di
HKBP Silaban Dolok Sanggul Distrik Humbang.
Usai
praktek dari Dolok Sanggul, korban melanjutkan praktek kedua di Gereja
HKBP Panambean I Resort Raja Maligas Nagori Silakkidir Kecamatan
Hutabayuraja. Bulan April tahun lalu, korban ditahbiskan di HKBP Dolok
Sanggul. Setelah itu korban resmi menyandang predikat pendeta dan
bertugas di HKBP Panambean Silakkidir.
Pdt
SP Sirait menambahkan, korban sebetulnya sudah punya rencana pindah ke
HKBP Pangambusan Distrik IV Toba Kabupaten Tobasa. Namun karena pendeta
setempat belum pindah, terpaksa ditunda. Realisasi perpindahan
direncanakan setelah korban menikah.
Pesta
perkawinan ibu pendeta direncanakan dilangsungkan Kamis (23/2) di
Pematangsiantar. Padahal awal Februari, pendeta sudah melaksanakan acara
Martumpol di tempat calon mertuanya di Jakarta. Calon suami korban
disebut seorang pendeta yang bertugas di Bengkulu.
Pangulu
Sillakidir Marulak Sitinjak mengatakan, warga Panambean I sangat sedih
atas kejadian yang menimpa pendeta itu. Selama bertugas hampir 1,5
tahun, jemaat menyenanginya. Pendeta ini sering disebut dengan panggilan
Inang. Pendeta juga rajin mengunjungi rumah jemaatnya. Anak-anak juga
sangat simpati kepada pendeta.
Di
tempat terpisah, orangtua tersangka Jannus Nadapdap (36) dan Romlah br
Butarbutar yang ditemui METRO di kedimannya di Huta Panambean II mengaku
sangat terpukul atas kejadian yang dilakukan anak sulungnya.
Jannus
Nadapdap menambahkan, Kamis (16/2) pagi sekira pukul 06.00 WIB, ia
pergi menemui tersangka di rumah ompungnya di Huta Panambean I yang
jaraknya sekitar 200 meter. Ia berencana mengajak anaknya itu pergi ke
sekolah. Namun betapa terkejutnya ketika melihat kerumunan orang di
Panambean II.
Warga menceritakan
perbuatan anaknya yang telah menganiaya Pendeta. Dengan perasaan hancur,
Jannus pulang ke rumah dan menceritakan kejadian tersebut kepada istri
dan anak-anaknya. Mendengar cerita itu, ibu tersangka Romlah br
Butarbutar jatuh pingsan.
Jannus
mengatakan, tersangka yang merupakan anak paling besar dari 5
bersaudara, memiliki sifat pemalu dan pendiam. Tersangka selama ini tak
pernah punya hp dan selalu rajin sekolah.
Tersangka
tinggal di rumah ompungya selama 4 hari sejak Minggu (12/2) untuk
menjaga rumah, sebab ompungnya pergi menghadiri pesta keluarga di daerah
Perawang Pekan Baru dan baru pulang, Kamis (16/2) siang. Selama
ompungnya berada di Pekanbaru, tersangka mengembalakan ketiga kerbau
milik orang tuanya.
Atas kejadian
ini, Jannus Nadapdap minta maaf kepada keluarga korban. “Saya sangat
minta maaf kepada korban dan keluarganya. Biarlah proses hukum yang
berjalan atas kasus ini,” katanya pasrah. (mua)(metrosiantar.com)(iwa)(metrosiantar.com)
0 Comments