SIANTAR- Potensi banjir
atau meluap Bah Bolon selalu tinggi setiap saat disebabkan hujan turun
secara tak merata di Siantar dan Simalungun saat ini. Kondisi ini kian
parah disebabkan hulu Bah Bolon juga sudah rusak dan bukan kawasan hutan
lagi. Ketua Program Pasca Sarjana Perencanaan Wilayah Kota Universitas
Simalungun Anggiat Sinurat, kepada METRO, Kamis (12/7) menyebutkan,
potensi banjir Bah Bolon tetap tinggi setiap saat disebabkan hujan yang
tidak merata yang terjadi di Siantar dan Simalungun saat ini. “Potensi
Bah Bolon banjir setiap saat tetap tinggi.
Hujan sebentar saja, Bah Bolon sudah
meluap. Curah hujan sudah tidak merata lagi, sebentar hujan deras,
sebentar berhenti,” ungkap Anggiat. Disebutkan Anggiat, selain hujan
yang tidak merata, hal lain yang memudahkan Bah Bolon meluap atau banjir
disebabkan kerusakan lingkungan yang terjadi di hulu dan Daerah Aliran
Sungai (DAS) Bah Bolon.
Saat ini hulu dan DAS Bah Bolon bukan lagi
hutan, tetapi sudah berubah fungsi sebagai kawasan perkebunan teh,
kelapa sawit dan kawasan perladangan penduduk. “Hulu Bah Bolon ada di
Sidamanik dan Marjandi. Saat ini ada lahan teh yang sedang direplanting
di Sidamanik untuk diganti menjadi tanaman baru, kita minta ini supaya
secepatnya ditanami PTPN 4. Ini juga berpengaruh terhadap penyerapan air
ke tanah,” jelasnya.
Selanjutnya, kebun Marjandi, Anggiat
meminta agar pemerintah pusat meneliti kembali kawasan ini. Anggiat
menduga, beberapa hektare kawasan di kebun ini masih termasuk kawasan
hutan sesuai dengan SK 44. Jika hal ini benar, agar kawasan seperti ini
dijadikan kembali sebagai kawasan hutan, bukan ditanami kelapa sawit.
“Kalau saya pribadi, kelapa sawit di Marjandi itu dikembalikan lagi
menjadi perkebunan teh. Itu kan terbukti, sejak kebun itu menjadi kelapa
sawit, sering terjadi banjir di Panei Tongah dan juga ke Kota Siantar,”
ujarnya lagi.
Disebutkannya, dengan kondisi rawan
bencana saat ini, seharusnya Pemko Siantar harus merencanakan relokasi
penduduk dari pinggiran sungai. Relokasi ini harus dijalankan dengan
sistim win-win solution atau saling menguntungkan. Pemko jangan
melakukan pemindahan dengan sistim frontal. “Kalau ada IMB dari bangunan
tersebut, pemko harus menjalankan tanggungjawabnya. Bolehlah pemko
dikatakan memberikan ganti rugi atas bangunan atau tanah itu,” jelasnya.
Dikatakan, dana ganti rugi bangunan di
Bah Bolon, bisa saja diambil dari dana bantuan sosial (Bansos) milik
Pemko Siantar atau Bansos Propinsi Sumut. Peruntukan dana ini juga bisa
dialokasikan untuk menyiapkan lahan bagi masyarakat jika dipindahkan ke
tempat lain. Kabag Humas Pemko Siantar Daniel Siregar ditemui di
seputaran Jalan Vihara kemarin belum bersedia menanggapi terkait rencana
relokasi warga di bantaran Bah Bolon.
Dia mengatakan, situasi belum
memungkinkan untuk membahas masalah tersebut. “Jangan dibicarakan ke
arah sana dulu. Kita ingin suasana tetap kondusif dengan situasi saat
ini.
Memang ada aturan dalam RTRW kita
tentang tata ruang di Kota Siantar, termasuk pinggiran sungai, ”
jelasnya. Disinggung rencana pengerukan Bah Bolon sebagai antisipasi
banjir kedepan, Daniel terkesan tidak mau memberikan penjelasan. Dia
malah menjawab saat ini mereka sedang melakukan koordinasi dengan BPBD
Propinsi Sumatera Utara.
205 Jiwa Korban Banjir
Pada kesempatan itu, Daniel menyebutkan, jumlah warga yang rumahnya terendam di sepanjang bantaran Bah Bolon sekitar 205 jiwa. Namun untuk jumlah warga yang mengungsi akibat luapan Bah Bolon, hingga kini mereka belum tahu. “Data dari kelurahan belum semua masuk. Kalau sudah masuk pasti akan saya beritahukan kepada kawan-kawan. Saat ini data yang sudah masuk dari Kelurahan Pamatang Simalungun, ada sembilan KK di sana yang sudah mengungsi ditenda yang kita sediakan,” ujarnya lagi.
Disebutkannya, dapur umum untuk warga
yang mengungsi akibat banjir ini ditempatkan di Jalan Vihara dekat RSUD
Djasamen Saragih. Di lokasi ini ada enam tenda tempat menginap, mobil
dapur umum, air bersih, truk serbaguna, perahu karet, selimut, makanan
tambahan untuk bayi dan berbagai kebutuhan lainnya.
Walikota Siantar
Hulman Sitorus, Kepala BPBD Reinward Simanjuntak dan beberapa staf BPBD
Propinsi juga terlihat di sekitar Jalan Vihara. Sementara beberapa
petugas dari BPBD Kota Siantar dan propinsi terlihat membersihkan Bah
Bolon dari kayu-kayu yang tumbang. (ral)
0 Comments