Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Infrastruktur ke Toba Penuh Jebakan Maut



(Foto:Eko) Warga dan keluarga mengantarkan jenazah korban kecelakaan  Sibaganding ke pemakaman.(Foto:Eko) Warga dan keluarga mengantarkan jenazah korban kecelakaan Sibaganding ke pemakaman.
PARAPAT- Kecelakaan minibus ke jurang Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Simalungun, harus membuka mata setiap pihak terutaman pemerintah untuk melihat betapa buruknya kinerja mereka dalam perbaikan infrastruktur menuju obyek wisata Danau Toba.

Pasalnya, banyak jebakan maut di sepanjang jalan yang memungkinkan menyebabkan kecelakaan seperti yang terjadi pada Kamis (28/6). Sepanjang jalan Siantar-Parapat mulai dari Nagori Pondok Bulu, Kecamatan Dolok Panribuan hingga ke Parapat, merupakan jalur rawan kecelakaan. Bahkan jika sudah memasuki km 24-45, kondisinya sangat memprihatinkan mengingat adanya longsor dan sempitnya jalan. Pengemudi pun harus ekstra hati-hati jika berpapasan dengan kendaraan dari arah berlawanan.

Kaposlantas Parapat Aipda H Nainggolan saat ditemui di Mapolsek Parapat memastikan penyebab kecelakaan minibus itu adalah karena menabrak gundukan tanah dan pasir bekas material perbaikan beram jalan di km 40. Timbunan material itu menyebabkan penyempitan jalan, ditambah lagi kurang tingginya pengaman jalan atau pembatas jalan dari jurang .

“Jika pengaman jalan itu agak tinggi, mobil tidak akan terjun ke jurang dan korban bisa lebih cepat diselamatkan. Untuk itu, beram jalan harus diperbaiki agar kendaraan tidak terperosok dan terjunggal. Kemudian sepanjang jalan mulai dari Sualan sampai ke jembatan dekat Marsuse harus dibuat pengaman jalan,” jelasnya.

Sementara pengusaha angkutan jurusan Tarutung-Medan, Parapat PB Bakara meminta pemerintah segera mengambil tindakan dengan memperbaiki setiap jalan berlubang, salah satunya dengan membuat marka jalan dan memperbaiki lampu penerang jalan. ”Jika ada marka jalan paling tidak setiap pengemudi tahu di mana ada tikungan dan mengurangi kecepatannya. Apalagi jenis angkutan yang saya miliki adalah minibus yang menempuh perjalan jauh,” ucapnya.

Marno, warga Sualan, yang sehari-hari membawa hasil tanggkapan ikan ke Pematangsiantar juga mengkhawatirkan kondisi jalan yang tidak ada lampu penerang. Katanya, rata-rata warga di kampungnya adalah petani dan nelayan yang sering berjalan kaki di Jalan Siantar-Parapat. Para pejalan kaki ini pun dikhawatirkan bisa menjadi korban kecelakaan.

Porsea-Balige-Siborongborong Rawan

Para pengendara baik mobil maupun sepedamotor yang melintas dari daerah Kota Porsea-Balige dan Siborongborong diminta untuk waspada. Sejumlah titik pada ruas Jalan Lintas Sumatera (jalinsum) ketiga kota di Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara tersebut rawan kecelakaan. Di Desa Tambunan, Lumban Pea Simpang Gok, Kecamatan Balige, Toba Samosir misalnya.

Di lokasi tersebut, kini terdapat proyek pembangunan gorong-gorong yang hingga kini belum rampung dan terkesan dibiarkan begitu saja. Terlihat di lokasi, pengerjaan masih setengah badan, sementara tumpukan batu tampak dibiarkan begitu saja. Menurut warga setempat, sepanjang tahun ini saja, puluhan pengendara sepedamotor mengalami kecelakaan di jalan tersebut.

”Tahun ini saja, setelah jalan itu rusak, sudah puluhan pengendara sepedamotor yang kecelakaan tepat di lokasi itu. Pada umumnya kecelakaan terjadi malam hari,” ujar Enjelina Manullang (46) warga Desa Tambunan, Jumat (29/6). Dijelaskan, gorong gorong tersebut mulai diperbaiki tahun ini. Namun, pengerjaan terkesan diperlambat. Bahkan, sejumlah batu padas dibiarkan begitu saja bertumpuk di badan jalan. Sehingga, kerap pengendara sepedamotor menjadi korban kecelakaan akibat kondisi gorong-gorong yang tak kunjung selesai diperbaiki.

Ia menjelaskan, warga di sekitar lokasi sudah kesal karena jalan tersebut tak kunjung selesai diperbaiki. ”Warga sempat berencana melakukan aksi demo dengan menutup jalan penghubung antar kabupaten ini,” tandasnya. Ia menambahkan, guna mengantisipasi banyaknya korban kecelakaan, warga sudah pernah secara swadaya menyediakan lampu penerangan di lokasi jalan rusak tersebut.

”Namun entah kenapa, lampu yang disediakan itu dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Terpaksa, pemuda setempat melibatkan diri setiap malam berjaga jaga di lokasi,” paparnya. Kondisi yang sama juga terdapat di Jalinsum Siborongborong-Tarutung. Tepatnya sekitar 10 meter dari tikungan Jalan Masjid Al Taqwa, Siborongborong. Pada lokasi tersebut, proyek pembangunan gorong-gorong baru selesai dikerjakan. Namun, gundukan tanah masih dibiarkan begitu saja tanpa ada tanda peringatan.

Selanjutnya, Jalinsum di Taput yang rawan kecelakaan juga terdapat di Desa Huta Raja, Kecamatan Sipoholon tepatnya di tikungan tajam dua kilometer sebelum Kampus Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN). Di lokasi tersebut, hampir setiap minggu terjadi kecelakaan, khususnya pada saat turun hujan.

Dana Dicicil untuk Tarutung-Sibolga

Sementara, dengan alasan beban keuangan pemerintah pusat yang cukup berat, dana yang dikucurkan untuk pembangunan ruas jalan Sibolga-Taput tidak diberikan sekaligus dalam satu tahun anggaran. Setelah tahun anggaran 2012 ini sudah mendapatkan sedikit dari pusat, tahun depan diharapkan jumlahnya lebih besar lagi.

Demikian diungkapkan anggota Komisi V DPR Ali Wongso Sinaga kepada koran ini di Jakarta, kemarin (29/6). Satu-satunya anggota DPR asal Sumut yang duduk di komisi yang membidangi infrastruktur itu menyebutkan, dia sudah mewanti-wanti menteri Pekerjaan Umum dan Dirjen Bina Marga agar di tahun anggaran 2013, ada anggaran yang lebih besar lagi untuk perbaikan ruas jalan Sibolga-Tarutung.

”Untuk tahun ini kan sudah ada. Saya lupa besarnya berapa. Yang jelas itu tak cukup. Nah, ini akan dilanjutkan lagi tahun 2013. Saya sudah berkali-kali mengingatkan menteri PU dan Dirjen Bina Marga agar di tahun 2013 ada anggaran lebih besar lagi untuk jalan Sibolga-Tarutung itu,” ujar politisi dari Partai Golkar itu. Wakil Wali Kota Sibolga, Marudut Situmorang AP MSP, sebelumnya mengaku mendapat informasi  TA 2012 ini pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk perbaikan Jalan Sibolga-Tarutung sebesar Rp25 miliar lebih dari APBN.

Jika benar hanya Rp25 miliar dana kucuran dari pusat, berarti hanya bisa untuk membangun jalan sepanjang sekitar 8 kilometer saja. Pasalnya, menurut Ali Wongso, setiap satu kilometer, dibutuhkan dana pada kisaran Rp2,5 miliar hingga Rp3 miliar. Jelas sekali bahwa dana kucuran pusat masih minim. Menurut data yang didapat koran ini, panjang jalan Sibolga-Tarutung adalah 66 kilometer. Dengan asumsi setiap satu kilometer perlu anggaran Rp3 miliar, berarti dibutuhkan dana Rp198 miliar.

Karena ruas jalan yang di musim hujan cocok untuk kolam lele itu merupakan jalan nasional, maka APBN lah yang harus menanggungnya. Tidak mungkin salam dekali tahun anggaran APBN menggelontorkan Rp198 miliar untuk jalan Sibolga-Tarutung itu. ”Berat beban APBN, karena jalan nasional seluruhnya yang perlu segera dilakukan perbaikan adalah 38.500 kilometer. Jadi pasti bertahap, tak mungkin sekaligus,” beber Ali Wongso.

Pemda, baik pemprov maupun pemkab/pemko, lanjut Ali, tidak punya tanggung jawab mengalokasikan dana di APBD-nya untuk perbaikan jalan Sibolga-Tarutung itu. Paling banter, lanjutnya, pemda membantu menciptakan kondisi agar saat dilakukan pembangunan jalan, situasinya bisa kondusif. ”Misalnya, saat pengerjaan, bagaimana agar lalulintas tetap bisa jalan, tidak terganggu. Intinya, karena itu jalan nasional, anggarannya harus dari pusat,” pungkasnya.

Sementara, dari pihak Kementerian PU belum bisa dimintai keterangan terkait masalah ini. Staf Ahli Menteri PU, Hedyanto Husaini, yang menguasai masalah perbaikan jalan, tidak mengangkat ponselnya saat dihubungi. Begitu pun, saat pertanyaan diajukan lewat SMS, mantan Direktur Jalan dan Jembatan KemenPU itu juga tak membalas. (MSC)

Berita Lainnya

There is no other posts in this category.

Post a Comment

0 Comments