* Dari Tradisi Itulah Taralamsyah Berkembang
“Horas Oppung, aha ma hira-hira na lahou sihatahonon mu,” demikian pertanyaan Raja Gomok kepada seorang medium yang sedang kesurupan. Kurang lebih artinya, apa gerangan yang hendak disampaikan.
“Janami, lao roh musuh han sabolah on, sabolah an,” demikian medium menjawab Raja.
Janami, adalah sebutan bagi Raja Nami (Raja Kami).
Semua yang disebutkan memang akhirnya nyata. Kerajaan Raya dapat tantangan dari kini dan kanan. Menna Purba Sigumonrong (87) menjadi salah satu yang pernah menyaksikan percakapan seperti itu saat masih muda belia di kediaman Kerajaan Raya.
Memang kejadian kesurupan seperti itu menjadi salah satu kebiasaan zaman dulu bahkan menjadi andalan untuk mengetahui apa kira-kira kejadian yang menimpa sebuah kerajaan. Ini pada dasarnya bukan unik milik Simalungun tetapi lazim terjadi di mana saja di Nusantara ini pada zaman dulu.
Bukan soal faktor kesurupan itu yang hendak menjadi inti cerita. Menna hanya hendak mengatakan bahwa percakapan dengan medium seperti ini biasanya terjadi saat musik gonrang berdentum. “Jika musiknya dianggap pas dan cocok, peristiwa kerusupan sangat mudah terjadi.”
Inilah mungkin yang dimaksudkan juga dengan musik gonrang sebagai sebuah sarana komunikasi, yang sudah langka sekarang ini. Inilah juga salah satu alasan mengapa kesenian tradisional menjadi satu kebiasaan yang muncul di lingkungan Kerajaan Raya. “Kadang pemain sarune harus diganti agar musiknya pas. Jika sudah demikian makan akan khusus dipanggil pemain sarune dari Raya Bayu yang memainkan sarune dengan pas,” kata Menna.
Tradisi seperti itu sudah tiada lagi seiring dengan lenyapnya kerajaan Raya, karena gerakan revolusi dan aksi bumi hangus. Hal itu juga sudah semakin terkikis setelah agama masuk. “Walau saya tidak sepenuhnya setuju hal itu ditiadakan. Akan tetapi sudahlah…”
Hanya saja saat masih eksis, sebuah kesenian yang bagus menjadi tuntutan kerajaan. Musik tradisional harus bisa dimainkan secara piawai oleh para keturunannya.
Kesenian bukan hanya untuk sarana kesurupan. Kesenian juga merupakan hiburan dan juga sarana adat.
Menna menyatakan gonrang sebagai sarana komunikasi dengan roh boleh saja dihilangkan. Namun saya tidak setuju dengan ungkapan bahwa ritus seperti sudah pasti merupakan tindakan berhala. “Ada banyak pesan yang pas dan baik.”
Namun demikian, “Jika tidak semua setuju setidaknya tradisi musik gonrang jangan pernah hilang. Sebaiknya berkembanglah agama diikuti dengan perkembangan tradisi Simalungun, dan tentunya tradisi musikal,” kata Menna. “Agama diutamakan tetapi tradisi jangan disingkirkan, khususnya musik”.
Dari tradisi seperti itulah hadir seorang komponis kaliber Taralamsyah. “Saya sendiri pun yakin darah seni di diri saya muncul dari garis Saragih Garingging,” kata Menna, yang lahir dari Ibu marga Saragih Garinggging, saudari kandung lain ibu dari Raja Gomok.
Ibundanya Menna juga merupakan saudari kandung lain ibu dengan Tuan Taralamsyah. Menna memang salah satu yang paling dekat dengan Taralamsyah dan terus berkembang bersama Taralamsyah karena seni.
Itulah antara lain yang menjadi latar belakang tradisi musik dalam diri mereka, anggota keluarga Kerajaan Raya, yang menghasilkan banyak pentolan musik, termasuk almarhum Bill Saragih.
****
0 Comments