Info Terkini

10/recent/ticker-posts

(Berita Tercecer)-“Mardatu” Atau Okultisme Masih Kuat di Kalangan Masyarakat Batak

KKR : Ephorus GKPS Pdt Jaharianson Saragih saat membawakan KKR di GOR Serunai Muarabungo, Sabtu (19/11/2011). KKR tersebut dihadiri ribuan warga GKPS dari Resort Muarabungo dan GKPS Jambi beserta undangan. Foto Asenk Lee Saragih.
BERITASIMALUNGUN.COM, Muarabungo-Berita ini sebenarnya sudah naik di Majalah Sauhur Simalungun tahun 2011. namun hemat saya, alangkah baiknya kalau berita ini juga dipublikasikan di media online, agar lebih banyak bisa membacanya. Kebetulan lagi-bongkar-bongkar data tulisan, ada tulisan ini. Berikut dipublikasikan kembali. Semoga bermanfaat.

"Mardatu” (ke dukun) Okultisme atau kenyakinan kepada hal-hal gaib di kalangan masyarakat Batak khususnya GKPS hingga kini masih kuat. Menonjolnya okultisme tersebut tercermin dari masih banyaknya warga masyarakat Batak tidak terkecuali warga Simalungun yang mencari penyelesaian masalah hidup secara mistik.

Kecenderungan hidup demikian, membuat warga masyarakat Batak mengalami kondisi kerohanian yang kosong dan mudah terjerumus pada pola pikir dan perilaku hidup yang destruktif atau merusak.

Demikian dikatakan Ephorus (Pimpinan Pusat) Pdt Jaharianson STh Msc PhD pada Kebaktian Kebangkitan Rohani (KKR) dalam rangka peresmian GKPS Resort (Wilayah Pelayanan) Muarobungo di Gedung Olah Raga (GOR) Serunai Muarabungo, Sabtu (19/11/2011) malam.

Menurut Jaharianson, masyarakat Batak, termasuk Simalungun masih banyak yang memegang Okultisme dalam kehidupannya. Berkembangnya okultisme di tengah masyarakat Batak, baik yang masih berada di daerah Batak maupun masyarakat Batak di perantauan sangat memprihatinkan.

Masalahnya daerah Batak cukup terkenal sebagai basis perkembangan agama Kristen dan masyarakat Batak terkenal sebagai masyarakat yang agamis. Ciri kuatnya okultisme itu sedikitnya tampak dari masih banyaknya orang Kristen hanya karena warisan. Mereka hanya menyandang identitas Kristen karena nenek moyang mereka menganut Kristen, namun mereka kurang memiliki iman.

Di Lingkungan GKPS

Pdt Jaharianson mengatakan, masyarakat etnis Batak Nasrani hingga kini masih banyak yang mempercayai Okultisme dalam kehidupannya. Dari kesaksian Ephorus GKPS, dari 100 orang yang meminta pertolongan doa kepadanya, hampir 90 orang mereka telah melakukan Okultisme.

Disebutkan, hal itu terjadi akibat tidak adanya kemurnian iman umat Nasrani itu sendiri. Mereka masih memegang ilmu “pardatuaon” dalam kehidupannya. Kemurnian iman umat Nasrani saat ini hanya sebagai iman warisan, bukan iman Kristen yang murni hanya mengandalkan Tuhan Yesus Kristus sebagai penolong dan pelindung dalam kehidupannya.

Salah satu kesaksian yang dialami Pdt Jaharianson, saat pelaksanaan Pesta Rondang Bintang Simalungun 2011 di Pematang Raya belum lama ini. Saat itu pada pelaksanaan datang hujan disertai angin puting beliung yang merusak arena acara dan sejumlah bangunan gedung perkantoran di Pemkab Simalungun.

“Saat itu saya berada di Jerman dan mendapat kabar akan hal itu dari salah seorang warga GKPS. Teliti punya teliti, ternyata dalam kepanitiaan ada panitia khusus yakni Seksi Langit (Dukun Hujan). Tujuh dukun melakukan ritual sebelum acara Pesta Rondang Bintang berlangsung. Bahkan ada “datu” dari Tanah Karo. Padahal ribuan masyarakat yang hadir pada kegiatan itu adalah warga GKPS,”katanya.

Menurut Pdt Jaharianson, dalam hal itu GKPS telah gagal memurnikan Iman jemaatnya sehingga masih mengandalkan kekuatan duniawi (gaib) dalam suatu acara. Tuhan Yesus Kristus telah dinomor duakan. Bahkan sudah 108 tahun Injil di Tanah Simalungun, hingga kini masih banyak warga GKPS yang memegang Okultisme tersebut.

“Bahkan yang lebih miris lagi, pengusaha sukses yang juga warga GKPS ada juga yang melakukan ritual penyembahan dengan jeruk purut dengan darah ayak segar sebagai sesajen. Ritual ini dilakukan pengusaha sukses ini setiap bulan, namun akhirnya keluarga berantakan. Dan pada akhirnya dating meminta bantuan Doa kepada saya,”kata Pdt Jaharianson.

Disebutkan, jika menjadi umat Kristen yang sukses tujuh keturunan, harus melakukan kemurnian Iman dalam kehidupannya. Saat ini orang Batak, termasuk GKPS atau Simalungun masih banyak yang memegang Okultisme dalam kehidupannya.

Pdt Jaharianson juga mengatakan agar jemaat GKPS sukses dengan tujuh keturunan yang mewujudkan kemurnian iman tanpa adanya pegangan kenyakinan duniawi (dukun-datu). Jika kemurnian Iman itu sudah ada, mujizad akan terjadi.

Kurang Perhatian Gereja

Berkembangnya okultisme di kalangan orang Kristen, karena kurangnya perhatian gereja terhadap perilaku dan tantangan hidup umatnya dalam waktu yang cukup lama. Karena itu, gereja memiliki peran penting mengikis okultisme di tengah kehidupan umat Kristen.

Pekabaran injil yang intensif akan mampu membangkitkan semangat umat Kristen agar selalu bersandar pada kuasa Tuhan menghadapi berbagai pergumulan hidup. Diharapkan mereka bisa lambat laun meninggalkan okultisme.

“Jika gereja atau para rohaniawan Kristen tidak proaktif memberikan pencerahan bagi umatnya, okultisme di kalangan orang Kristen akan terus berkembang seiring dengan semakin kompleksnya beban hidup masyarakat di era modern ini,”ujar Pdt Jaharianson.

Pendekatan Budaya dan Berdoa

Pendekatan budaya dan sosial serta berdoa merupakan solusi atau langkah awal untuk mengatasi sulitnya pembangunan rumah ibadah (gereja) serta ijin beribadah khususnya di luar Sumatera Utara. Selama ini umat Kristen masih minim dalam pendekatan budaya dan sosial terhadap lingkungannya, khususnya di perantauan.

Hal ini juga yang terjadi di Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) di Provinsi Jambi yang hingga kini masih kesulitan dalam memperoleh ijin beribadah dan pembangunan gereja. GKPS di Provinsi Jambi yang masih kesulitan dalam pengurusan ijin beribadah dan pembangunan gereja terjadi di Simpang TKA KM 44 Muarabungo, GKPS Sukamakmur Kabupaten Tebo, dan Pos PI Aurduri yang kini telah disahkan menjadi GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi.

Menurut Pdt Jaharianson STh Msc PhD didampingi Ketua Umum Panitia, St RK Purba Pakpak disela-sela peresmian GKPS Resort Muarobungo di GOR Serunai Muarabungo, Minggu (20/11) mengatakan, pendekatan budaya dan sosial oleh umat Kristen khususnya GKPS harus dilakukan guna mendapat dukungan dari warga sekitar gereja.

“Inilah yang menjadi tantangan pengurus resort, pendekatan budaya dan social harus dilakukan kepada masyarakat. Pendekatan yang baik serta ikut membaur dengan masyarakat sekitar adalah strategi bagi umat Kristen dalam melakukan langkah kemudahan pembangunan gereja dan ijin beribadah. Kalau pendekatan budaya dan social ini sudah ada pasti hal itu akan terwujud. Tidak lupa berdoa adalah kunci dalam segala hal untuk mewujudkannya,”katanya.

Menurut Jaharianson, selama ini berdoa dan pendekatan budaya masih kurang dilakukan oleh warga GKPS di Indonesia khususnya di luar Sumatera Utara dalam hal memperoleh kemudahan ijin beribadah dan membangun gereja.

“Selama juga ada yang berdoa, namun tidak ada pendekatan budaya dan social. Kalau keduanya berjalan seiring, pasti akan ada kemudahan. Saya kiri ini yang harus diperhatikan Jemaat GKPS dimanapun berada,”katanya.

 “Pimpinan GKPS juga tetap konsisten menjalin kerjasama dengan lembaga agama lain, khususnya dengan pendekatan social. Warga jemaat GKPS dimana pun bereda harus tetap mendoakan kendala tersebut, karena Doa merupakan upaya serta pendekatan lingkungan kepada masyarakat sekitar gereja. Pendekatan emosional dan social harus juga dilakukan warga GKPS terhadap lingkungannya, khususnya di luar Sumatera Utara,”katanya. (Asenk Lee Saragih)


Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments