Gubernur Jambi H Hasan Basri Agus.Ist |
Oleh: Rosenman
Manihuruk
Masyarakat dan
Pemerintah Daerah Provinsi Jambi boleh berbangga memiliki Rumah Sakit Umum
Raden Mattaher Jambi yang kini bangunannya membanggakan. Ruangan yang bersih
dan fasilitas yang baru dan berkelas, sekejab memuaskan pandangan. Namun tak
begitu serasa bagi pasien yang rawat inap disana. Gedung dan sarana yang
mendukung, dinodai dengan pelayanan perawat yang asal-asalan atau tak tulus
serta administrasi yang lambat. Seminggu menjaga pasien rawat inap sungguh lebih
rasanya untuk menggambarkan buruknya Sumber Daya Manusia (SDM) di RS Raden
Mattaher Jambi itu.
Sebagai pasien
peserta BPJS, pada Senin 8 September 2014 pukul 02.00 saya membawa istri ke UGD
RS Raden Mattaher karena mengalami sakit
kepala berlebihan pasca operasi cesar (anak ketiga) Minggu 24 Agustus 2014 di
RS Mayang Medical Centre. Sakit kepala berlebihan yang dialami istri saya Lisbet
Sinaga (36) memaksa saya harus membawanya ke UGD RS Raden Mattaher.
Tiba di UGD,
istri saya langsung ditangani dokter dan perawat UGD. Sementara saya
mendaftarkan pasien dengan kartu BPJS. Dari hasil tensi darah, diketahui
mencapai 220/120. Dokter jaga UGD pun memberikan obat penurun tensi darurat.
Setelah 20 menit, sakit kepala istri saya reda, dan tensi turun menjadi
180/110.
Namun, saya
bersama istri harus menunggu hampir 2 jam di ruang UGD untuk menunggu proses
kamar rawat inap. Kemudian saya diminta menghadap informasi untuk menayakan
kamar inap. Dari ruang informasi sekitar pukul 04.00, di tujukan kepada kelas
3, padahal kartu BPJS istri saya kelas II.
Sikitar 30 menit
kemudian, istri saya dibawa ke ruang perawatan inap di Ruang Penyakit Dalam
bagian kanan gedung rawat inap RS Raden Mattaher Jambi. Dalam ruangan itu ada 6
tempat tidur dan saat itu sudah ada dua pasien yang dirawat yakni pasien sakit
gula dan sakit paru-paru.
Senin 8
September 2014 pagi, perawat melakukan tensi darah, dan kemudian siang harinya
memberikan resep dokter untuk ditebus. Namun perawat memberikan resep sekitar
pukul 2 siang, sehingga ke esokan harinya bisa mengurus surat pengantar resep
dari BPJS yang ada di rumah sakit tersebut.
Sejak Senin 8
September 2014 pagi, setidaknya saya menebus tiga lembar resep dengan berbagai
macam obat dan botol infuse. Obat itu hanya saya letakkan dimeja pasien di
kamar rawat ini. Tak ada petunjuk dari dokter atau perawat obat apa yang akan
dimakan dan kapan dikonsumsi.
Bahkan pasien
Lisbet Sinaga nyaris salah suntik oleh perawat yang lagi magang di rumah sakit
tersebut. Perawat ragu mana pasien yang mau dia suntuknya. “Ini yang mau
disuntik,” ujar perawat satu. Lahu perawat satu bilang “Bukan ibu Lisbet ini
yang disuntik, tapi ibu itu,” kata perawat lainnya.
Saat mendengar
percakapan kedua perawat itu, saya suruh cek ulang mana pasien yang seharusnya
disuntik obat. Tak hanya disitu, mahasiswa Akbid Stikes Prima Jambi yang lagi
magang di RS itu, juga mencoba-coba pasien dalam menyuntik untuk mengambil sampel
darah pasien.
Sementara saya selaku
penjaga pasien, juga bingung dan sempat kecapaian untuk mengurus administrasi
panjangnya rantai administrasi untuk menebuh resep bagi pasien BPJS. Tepat
Senin siang, dr Hanif SPoG yang menangani istri saya operasi di MMC Jambi
melihat pasien Lisbet Sinaga dirawat di ruang penyakit dalam. Dokter Hanif juga
menyuruh dokter jaga UGD lewat perawat untuk memindahkan pasien Lisbet Sinaga ke
Ruang Inap Kebidanan.
Selasa 9
September 2014 sekitar pukul 13.30, pasien Lisbet Sinaga dipindahkan ke Ruang
Kebidanan kelas 3. Satu ruangan ada 8 tempat tidur. Seluruh obat yang ada di
meja pasien Lisbet di ruang penyakit dalam disita seluruhnya oleh perawat di
Ruang Kebidanan. Sembilan botol infuse dan obat-obat lainnya tak tau
dikemanakan oleh perawat itu.
Nmaun saat berada
di Ruang Kebidanan, seluruh resep dokter ditebus sendiri oleh keluarga pasien
ke Apotek di RS Raden Mattaher yang telah ditentukan. Tak terbanyangkan jika
keluarga pasien tak ada yang jaga, pasti tak akan makan obat, karena tak ada
yang mau menebus. Perawat magang yang banyak tak difungsikan untuk membantu
pasien.
Di Ruang
Perawatan Kebidanan seluruh obat harus melalui perawat baru ke pasien. Jam konsumsi
obatpun diatur olah perawat. Namun ada juga perawat di Gedung Kebidanan RS Raden Mattaher Jambi kurang bersahabat.
Bahkan perawat
selalu menyuruh siswa perawat yang lagi magang secara rame-rame (5 hingga 8
orang) untuk mengecek kondisi pasien yang dirawat. Bahkan tak segan-segan
perawat mengucapkan kata yang nadanya tinggi terhadap pasien, bukan omongan
yang menentramkan jiwa pasien.
Selama seminggu
menjada pasien, banyak catatan burukya SDM perawat di RS Raden Mattaher Jambi
ini. Paling miris lagi, Jumat 12 September 2014 lalu. Pasien ibu yang baru
melahirkan tega dibiarkan dari pukul 12.30 hingga pukul 16.00 terbaring
sendirian di ruang persalinan. Baru pukul 16.40 dibawa ke ruang inap.
“Ayo ganti bajunya,
melahirkan normal juga. HBnya juga bagus. Ayo ganti balutannya di kamar mandi,
jangan manja. Silahkan ke kamar mandi,” ujar seorang perawat yang sudah senior
itu, disaksikan sekitar 8 orang siswa perawat magang di ruangan tersebut.
Baru hitungan
menit (sekira 2 menit), ibu bayi yang disuruh perawat itu ke kamar mandi
sendiri keluar dan mengaku lemas dengan wajah pucat pasi. Sontak saya tergerak
dan menyuruh siswa perawat magang itu untuk membantu ibu itu untuk duduk.
“Saya melahirkan
pukul 12.30 kak. Namun saya dibiarkan terbaring di ruang persalinan hingga 4
jam lebih. Baru ini juga saya dikasi makan, lapar kali saya kak. Suami saya
pergi jaga anak saya yang satu di rumah. Lemas kali saya kak,” ujar ibu bayi
yang menyapa pasien Lisbet Sinaga di sebelahnya.
Sesaat kemudian,
anak dari ibu itu, hanya dibiarkan diruang rawat inap itu bersama ibunya. Tak
ada perawatan sementara untuk anak bayi yang baru lahir. Kemudian siswa perawat
yang magang rame-rame mengambil cap telapak kaki bayi tersebut dengan cara
berulang-ulang. Kaki bayi itupun penuh dengan tinta.
Melihat ketidak
wajaran itu, hati terhenyak, begitu buruknya SDM perawat di RS Raden Mattaher
Jambi. Para perawat masih beranggapan kalau pasien BPJS itu adalah pasien orang
miskin dan gratisan. Padahal BPJS itu akan dibayar seumur hidup oleh peserta.
Seperti dilansir
detik.com baru-baru ini, sekitar Rp 1,8 triliun dana peserta BPJS masyarakat
terkumpul tertanggal 8 Agustus 2014 lalu dari sekitar 234 ribu peserta BPJS se
Indonesia. Pasien BPJS selayaknya dilayani dengan ketulusan dan ramah tamah.
Tidak
terkoneksinya system administrasi BPJS di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi,
membuat pasien atau keluarga pasien bingung dan pusing tujuh keliling. Bayangkan
saja, untuk mencari kamar inappun harus keluarga pasien dan juga menjemput obat
ke apotek.
Tak kurang dari
20 lembar fotokopi kartu BPJS yang harus diberikan saat menjadi pasien rawat
inap di RSU Raden Mattaher Jambi. Walaupun gratis biaya perawatan dan
pengobatan, tak semestinya pasien BPJS diberikan pelayanan dengan kualitas
pasien ala gratisan.
Membandingkan pelayanan
pasien BPJS di MMC Jambi dengan RSU Raden Mattaher Jambi, ibarat langit dan
bumi. Di MMC kami menginap 5 hari sebagai pasien BPJS karena operasi melahirkan
pasien Lisbet Sinaga.
Selaku suami
pasien Lisbet, saya hanya diminta fotokopi satu lembar kartu BPJS di UGD MMC.
Tak administrasi yang berbelit-belit. Sistem koneksi administrasi di MMC bagus
sehingga pasien dan keluarga hanya berurusan ke kasier Rumah Sakit saat pasien
diperbolehkan pulang. Saya hanya menambah kelebihan pembayaran BPJS karena naik
kelas dari kelas 2 BPJS ke kelas 1.
Menu pasien yang
disajikan rumah sakit Raden Mattaher Jambi dengan MMC jauh berbeda. Di Raden
Mattaher Jambi menu dikasih tanpa ada sendok dan minumnya. Sementara di MMC
menu pasien diberikan lengkap dengan sendok dan minumnya.
Yang paling aneh
lagi di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi, pedagang asongan bebas berjualan
hingga ke ruangan pasien, khususnya pada pagi hari. Kondisi buruk SDM Perawat
di RS Raden Mattaher Jambi harus dirubah.
Para perawat di
Raden Mattaher Jambi harus dibekali pembinaan mental social tentang
keperawatan. Perawat juga harus membuang pemikiran kalau pasien BPJS itu bukan
pasien gratisan atau pasien miskin. Semoga Pembenahan SDM Perawat dan
Administrasi di RS Raden Mattaher Jambi bisa berubah demi menuju pelayanan
kesehatan masyarakat yang maksimal dan tulus. Semoga. (Asenk Lee Saragih).
0 Comments