Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Ketika Doa Pendeta Jadi Bahan "Kampanye" Terselubung Calon Kepala Daerah

FOTO REPRO MEDIA
BERITASIMALUNGUN.COM-Memasuki tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 9 Desember 2015 mendatang, sejumlah pasangan calon (Paslon) memanfaatkan "Doa Pendeta" sebagai alat kampanye terselubung diacara gereja. Kini Paslon mulai gencar memanfaatkan Pendeta sebagai alat kampanye lewat "Doa-Doa" di tengah jemaat saat acara tertentu.

Sementara Gereja bukanlah sebuah organisasi politik atau lembaga politik; Gereja tetaplah gereja. Hal ini begitu penting sehingga jika ada pelayan gereja/pendeta ingin berpolitik atau ‘bermain politik’ jangan digereja – sama seperti jangan anda bermain basket di lapangan golf. 

Meskipun begitu, gereja tetap memiliki tanggungjawab politik; dalam artian gereja”berpolitik” tetapi tindakan politisnya dilakukan dengan kesadaran penuh dalam fungsinya sebagai gereja. (Eka Darmaputera).

Sadar atau tidak, kini Pendeta masuk sebagai "alat peraga kampanye" Paslon tertentu. Bahkan pendeta pun kerap dijadikan alat politik praktis untuk mengelabui jemaat agar memilih paslon yang di doakan tersebut. 

Kini yang lagi marak dibicarakan di media jejaring sosial adalah Ephorus GKPS Pdt Martin Rumanja dan sejumlah Pendeta GKPS yang secara terang-terangan dipublikasikan di media saat "Mamonting dan Mendoakan JR Saragih untuk berjuang di Pilkada Simalungun. (Berita Terkait: Pendeta GKPS Doakan JR Saragih Berjuang Dipilkada Bupati Simalungun, Pro Kontra Merebak di Media Sosial)    

"Terseretnya" Ephorus GKPS Pdt Martin Rumanja Purba ke dunia politik praktis saat ikut menghantarkan Paslon JR Saragih-A Sinaga mendaftar ke KPUD Simalungun Senin 27 Juli 2015 lalu. (Baca Berita Terkait: Ketika Ephorus GKPS Pdt Martin Rumanja Purba "Terseret" Ikut Mengantar JR Saragih-Amran Sinaga MSi Daftar ke KPUD Simalungun)

Dua kejadian itu dinilai banyak kalangan, khususnya Jemaat GKPS bagha Ephorus GKPS sudah melukai hati jemaat. Karena Jemaat GKPS belum tentu ikut dan mau mendukung Paslon-paslon tertentu. 

Kejadian ini juga sudah terjadi oleh Ephorus GKPS sebelumnya (Periode 2010-2015). Ajang mendoakan kerap dijadikan sebagai obat mujarab olah calon saat jelang Pilkada. 

Seharusnya Para Rohaniawan, khususnya Pendeta di GKPS menghindari cara-cara undangan dari Paslon untuk mendoakan saat jelang Pilkada. Sebaiknya seluruh Paslon didoakan secara bersama-sama, bukan hanya pada Paslon tertentu saja.

Para pendeta di GKPS sebaiknya menghormati jabatan atai gelar jabatan yang melekat padanya (Pendeta-Rohaniawan) dan  jauh dari praktik politik praktis.

Banyak dugaan menyeruak, "terseretnya" Ephorus GKPS Pdt Martin R Purba apada ajakan atau undangan JR Saragih, karena keterlibatan saudara kandung Ephorus GKPS (Gideon Purba) yang kini menjabat sebagai Sekda Kabupaten Simalungun.

Dugaan ini juga diperkuat karena ikut andilnya JR Saragih dan Gideon Purba "mensukseskan" Pdt Martin R Purba merebut Ephorus GKPS Periode 2015-2020 pada Synode Bolon Juni 2015 lalu.

Bahkan kampanye dengan mengumpulkan peserta Synode Bolon dilakukan oleh Tim Sukses Pdt Martin R Purba saat itu dengan dukungan penuh Gideon Purba. Sebagai balas budi, kini JR Saragih kerap "memanfaatkan" Ephorus GKPS dan Pendeta di GKPS ikut sebagai "alat kampanye" terselubung.

Sebaiknya Para Pendeta GKPS kembali kepada Panggilan Tugas yang sebenarnya di wilayah pelayanan masing-masing. Seharusnya jabatan Pendeta itu lebih mulia, dan tidak terkalahkan dengan jabatan apapun di dunia ini.

Pro kontra yang ada di media jejaring sosial, soal Ephorus GKPS Periode 2015-2020 yang dimanfaatkan dalam politik praktis sebaiknya disimak dengan lapang dada dan sebagai suara perubahan dari jemaat. 

Jabatan Ephorus GKPS adalah jabatan yang mulia yang cukup dihargai oleh ratusan ribu Jemaat GKPS di seluruh Indonesia. Ephorus GKPS adalah Jabatan Sakral yang tidak boleh dinodai oleh kepentingan-kepentingan duniawi. Semoga. (Asenk Lee Saragih)


Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments