Foto: Reno Hastukrisnapati Widarto |
Jakarta - Kisah Iyah (33), istri dari Andun dan juga ibu dari
tujuh anak yang memasak batu karena anaknya merengek kelaparan membuat
miris semua orang. Salah satunya Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Dia
segera mengirimkan bantuan untuk Andun dan keluarganya.
"Pagi
tadi saya kirim beras 1 kuintal, 100 kaleng sarden, mie 10 dus, dan 5
jerigen minyak goreng," jelas Dedi saat bertandang ke kantor detikcom,
Rabu (4/11/2015).
DETIK |
Dedi menguraikan, bantuan itu dia berikan dengan harapan bisa dimanfaatkan Andun dan keluarganya.
"Saya beri modal juga Rp 10 juta. Semua bantuan saya berikan lewat Pak Kapolres Cianjur," terang Dedi.
Dedi
menguraikan, dia juga heran mengapa di zaman sekarang masih bisa ada
peristiwa seperti itu, di mana ibu memasak batu sambil menunggu
anak-anaknya tertidur.
"Saya sedih mendengarnya, makanya pagi tadi langsung kirim bantuan," tutup dia.
Membandingkan Tindakan Kapolres Cianjur dan Kisah Khalifah Umar bin Khattab
Foto: Dok. Polres Cianjur |
Kapolres Cianjur AKBP Asep Guntur Rahayu patut diacungi jempol. Dia
tidak sekadar menjadi polisi penegak hukum tetapi benar-benar menjadi
pelayan masyarakat. Seperti langkahnya yang membantu pasangan keluarga
miskin Iyah (33) dan Andun Suherman (45), serta tujuh anak perempuannya
yang masih kecil-kecil.
Guntur turun tangan membantu karena
mendengar dari temannya, ada seorang ibu yang memasak batu di Cianjur
karena anaknya merengek kelaparan. Batu itu dimasak hanya untuk menunggu
putrinya tidur. Ibu itu Iyah dan anak-anaknya.
Guntur yang
dikenal agamis ini terenyuh hingga turun memberikan bantuan. Guntur tak
hanya memberikan bantuan urusan makanan, tetapi juga membangun rumah.
Selama ini keluarga Andun tinggal gubuk reyot di tanah milik orang lain.
Hingga akhirnya dengan pendekatan Guntur si pemilik tanah merelakan
tanahnya sebidang kecil bagi Andun.
Pemilik tanah mendapatkan
imbalan tanahnya disertifikat seluruhnya oleh Guntur. Dalam bekerja ini,
Guntur dibantu Kepala BPN Cianjur beserta sejumlah donatur yang dengan
ikhlas mengulurkan bantuan.
Apa yang dilakukan Guntur mirip
dengan kisah Umar bin Khattab, khalifah yang membawa gandum untuk ibu
yang memasak batu untuk anaknya yang kelaparan.
Kisah Umar itu
amat terkenal, dan banyak menjadi panutan bagi para pemimpin sesudahnya.
Umar memang dikenal sebagai khalifah yang amat sangat memperhatikan
rakyat.
Di masa itu, tengah terjadi masa paceklik. Dan Umar tidak
tinggal diam, dia pantan makan makanan yang enak seperti daging dan
susu hingga ada rakyatnya yang tidak kelaparan.
Umar juga rajin
berkeliling melihat kondisi rakyatnya, apabila ada yang kekurangan
makanan dia segera mengirimkan bahan makanan dari gudang.
Hingga
pada suatu malam, Khalifah Umar dengan ditemani sahabatnya, kembali
melakukan penyamaran dan blusukan ke perkampungan warga. Di suatu tenda,
dia mendengar rengekan anak kecil dan seorang ibu yang sedang memasak.
Umar
bersama sahabatnya memperhatikan dari jauh. Si ibu masak lama sekali,
mengaduk-aduk panci. Tak lama si anak tertidur, rengekan pun hilang
dibawa lelap.
Umar kemudian menghampiri si ibu dan menanyakan
soal masakan yang dia masak. Si ibu bertutur, kalau dia memasak batu dan
hanya sebagai alasan menunggu anaknya yang kelaparan lelap tertidur.
"Ini
kejahatan Khalifah Umar bin Khattab. Ia tidak mau melihat ke bawah,
apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi belum. Lihatlah aku. Aku
seorang janda. Sejak dari pagi tadi, aku dan anakku belum makan apa-apa.
Jadi anakku pun kusuruh berpuasa, dengan harapan ketika waktu berbuka
kami mendapat rejeki. Namun ternyata tidak. Sesudah magrib tiba, makanan
belum ada juga. Anakku terpaksa tidur dengan perut yang kosong. Aku
mengumpulkan batu-batu kecil, memasukkannya ke dalam panci dan kuisi
air. Lalu batu-batu itu kumasak untuk membohongi anakku, dengan harapan
ia akan tertidur lelap sampai pagi. Ternyata tidak. Mungkin karena
lapar, sebentar-sebentar ia bangun dan menangis minta makan," tutur ibu
itu ke Umar. Si ibu tidak tahu yang di depannya Umar bin Khattab sang
khalifah.
Ibu itu kemudian mencaci Umar dan menganggapnya tak pantas menjadi pemimpin karena tak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya.
Mendengar
cerita ibu itu, sahabat Umar marah dan hendak menegur, namun Umar
mencegah. Air mata Umar berlinang dan kemudian mengajak sahabatnya
cepat-cepat pulang ke Madinah. Tanpa istirahat lagi, Umar segera memikul
gandum di punggungnya, untuk diberikan kepada janda tua yang sengsara
itu.
Sahabat Umar itu sempat meminta agar dia yang membawa karung
gandum karena melihat Umar keletihan. Umar menolak tawaran sahabatnya.
"Sahabatku
jangan jerumuskan aku ke dalam neraka. Engkau akan menggantikan aku
memikul beban ini, apakah kau kira engkau akan mau memikul beban di
pundakku ini di hari pembalasan kelak?" terang Umar.
Akhirnya,
sampailah Umar di tenda milik janda tua dan anaknya itu. Umar terus
masuk dan lalu memasakkan sebagian gandum yang dibawanya, dan menyuruh
ibu untuk membangunkan anak-anaknya. Si ibu menangis tak menyangka
seorang pria membantunya memberi makan untuk dia dan anak-anaknya.
Sambil
melihat mereka makan, Umar duduk tersenyum dalam hatinya. Hatinya
berasa sangat lega karena melihat anak-anak kecil itu kembali gembira.
Sejurus berikutnya, Umar berpesan agar esok harinya anak dan ibu datang
ke Baitul Mal menemui Umar untuk mendapatkan makanan dari negara. Ibu
itu pun mengucapkan terima kasih.
"Engkau lebih baik dibanding khalifah Umar," kata ibu itu kepada Umar.
Dan
pada keesokan hari itu, datanglah ibu itu ke Baitul Mal. Umar menyambut
dengan senyum bahagia. Ketika ibu itu melihat wajah Khalifah, dia
menyadari bahwa orang yang membantunya semalam adalah Umar sang Amirul
Muminin. Wajah ibu itu seketika pucat pasi dan tubuhnya gemetar, setelah
tahu bahwa lelaki di hadapannya adalah Khalifah Umar.
Si ibu itu
dengan gemetar ketakutan meminta maaf. Dia mengaku tidak tahu kalau
yang membantunya semalam adalah khalifah. Ibu itu siap dihukum atas
ucapannya yang mencaci Umar.
"Ibu tidak bersalah, akulah yang
bersalah selama ini. Aku berdosa membiarkan seorang ibu dan anak
kelaparan di wilayah kekuasaanku, bagaimana aku mempertanggungjawabkan
di hadapan Allah? Sudi kiranya Ibu memaafkan aku?" ucap Umar. (Detik.com)
0 Comments