Info Terkini

10/recent/ticker-posts

MENULIS SEBAGAI PASSION

IST

Oleh: Jannerson Girsang

Beragam kenikmatan berbeda mungkin dirasakan setiap orang ketika mereka menulis, atau mengapa mereka mau terus menulis. "Writing is like breathing for me. It’s essential for my well-being. The joy I get from my words “moving” someone is immeasurable," kata Christy Mossburg.

Menyelesaikan baris terakhir, dari sekian bab, sebelum masuk ke percetakan, itulah kenikmatan tertinggi menulis sebuah buku bagiku, setelah berbulan-bulan melalui fase yang kadang penuh konflik dan menegangkan.

Proses menulis artikel dan membaca kembali artikel berkali-kali sebelum dikirim ke media, membaca berulang-ulang dan mencium koran yang menerbitkan artikel kita adalah kegiatan yang sangat mengasyikkan. 

Ketenaran atau honor yang tinggi hanya bagian kecil memotivasi dan tidak mampu mempertahankan orang untuk terus menulis. Sekali lagi, hanya trigger kecil!.

Jalannya proses itulah yang selalu ingin diulangi, dan diulangi lagi, ingin lebih baik lagi, lebih baik lagi. Kadang saya tidak peduli waktu, lupa segalanya kecuali menekan tust komputer menambah, mengurangi kata. Passion, mungkin itulah dia.

Saya terus menulis walau tidak kunjung menjadi penulis terkenal seperti Albertiene Endah, seorang penulis biografi terkenal Indonesia, dan salah seorang role model saya menulis buku biografi dan otobiografi.

Kerja keras tidak selalu menghasilkan ketenaran dan kekayaan yang sama dengan yang lain, Tentu lain cerita kalau kita berbicara soal kebahagiaan menulis. Tidak bisa ditakar antara yang satu dengan yang lain. .
Bak mengukur tingginya langit, setiap menulis, muncul rasa yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. "Immeasureable", kata Christy Mossburg.

Selesai menulis rasanya plong!. Lega rasanya setelah berkali-kali menghapus, mengedit, memindahkan kata, membalikkan lagi kata yang sudah dipindahkan, kemudian membaca apa yang kita tuliskan. Lebih-lebih kalau ada yang mau membacanya. Banyak orang mengatakan hati yang riang adalah obat. Tetapi tidak mudah membuat hati riang, suka cita.

Bukankah banyak orang harus membayar mahal supaya hatinya terhibur?. Saya hanya meluangkan waktu menulis dan tidak harus membeli hiburan yang mengeluarkan duit.

Meski tidak memperoleh uang, tetapi menulis bagiku merupakan pemasukan, karena saya tidak perlu membayar mahal untuk menghibur diri.

Setiap hari dan sudah ratusan artikel yang muncul di FB ini, tidak mendapat apa-apa secara material. Hanya sharing untuk teman-teman, dan saya belajar topik yang banyak mendapat sambutan pembaca, terus berlatih membaca keinginan pembaca. Berlatih mengekspresikan sesuatu dalam tulisan!.

Saya yakin, hanya dengan menulislah orang bisa menulis!. Hanya dengan berenanglah orang bisa atau mampu berenang. Orang bisa berenang, bukan karena pintar teori berenang. Hanya dengan mempublikasikan tulisanlah kita bisa menilai nilai tulisan kita di mata orang lain.

Menulis adalah melayani dengan tulus. Ketika kita menulis sesuatu dengan suka cita, dan orang lain menikmati hasil pekerjaan kita, walau hanya dengan ucapan terima kasih, karena mereka.merasa mendapat pencerahan. Bukankah itu sebuah hubungan manusia yang tulus dan bernilai paling tinggi!

Sebuah tulisan, menurut F Rahardi, dianggap memberi azas manfaat kalau bisa menghibur, memberi tambahan pengetahuan, mendidik, memberi ketrampilan, mendatangkan pencerahan, memberi arahan, memecahkan masalah, mendatangkan prestise dan lain-lain.

Hal yang menyenangkan lainnya adalah kalau teman-teman tertarik menyebar luaskan karya kita, sehingga dinikmati lebih banyak orang. 

Terima kasih untuk mediaonline Berita Simalungun www.beritasimalungun.com dan Siantanews rwww.siantarnews.com, Metro Siantar, serta berbagai media lokal yang suka mengutip artikel dari FBku.

Banyak orang mengatakan tulisan kita tidak dikenal, tidak mantap. Itu bukan penilaian semua orang. Masih ada yang tetap merindukannya. Selama ada rasa yang mendorong dari dalam, saya akan tetap menulis, dan terus memperbaiki kualitas tulisan agar lebih baik lagi.Enak dibaca dan Perlu, seperti motto Majalah Tempo. 

Tentu harus mengelus dada, karena sudah sekian tahun menulis dalam kenyataannya belumlah menciptakan karya yang spektakuler, dalam bahasa tulis menulis, belum mencapai "best seller".

Terima kasih teman-teman yang selalu singgah di FBku ini. Anda adalah inspirasi sekaligus memotivasiku menulis.

Menulis artikel, karya tulis tanpa pembaca tentu ibarat mencat langit, pekerjaan yang sia-sia!.

Semoga renunganku sore ini membuat Anda tidak takut menulis, tidak takut tulisannya dinilai orang tidak bermutu.

Aku adalah aku, Anda adalah Anda. Kita berbeda, bukan untuk direndahkan atau ditinggikan. Hanya soal jam terbang dan menunggu nasib masing-masing.

Last but not least!. Saya tidak dikenal orang sebanyak sekarang, seandainya saya tidak menulis! Salam! Medan 17 Nopember 2015(St Jannerson Girsang)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments