Petugas gegana menyisir kawasan Sarimah di Jalan MH Thamrin. (CNN Indonesia/Safir Makki). |
BERITASIMALUNGUN.COM, Jakarta-Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan
Keamanan Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan bahwa serangan pengeboman
dan penembakan di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat sebenarnya telah
diwaspadai sejak Desember 2015 lalu.
"Kejadian ini sebenarnya
sudah sangat kami waspadai sejak Desember, karena kami sudah dapat
informasi dari intelijen dari Desember bahwa akan ada 'orkestra' di Asia
Tenggara ini," ujar Luhut dalam konferensi pers di Kantor Presiden,
Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (14/1).
Sejak adanya
informasi itu, papar Luhut, pihak kepolisian sangat bekerja keras dan
akhirnya berhasil melakukan penangkapan-penangkapan, termasuk sejumlah
pimpinan kelompok yang melakukan ancaman, selama Desember.Namun, Luhut menekankan bahwa pemerintah tidak pernah bisa menjamin
kapan dan di mana serangan teroris akan dilakukan. Ia bahkan
berpandangan, intelijen mana pun di dunia tidak akan bisa menebak hal
itu.
"Kita lihat di Amerika, Inggris, Paris kemarin, baru-baru
ini di Turki itu juga tidak bisa (diperkirakan kapan dan di mana
serangan dilakukan)," katanya.Oleh karena itu, Luhut menolak jika dikatakan pemerintah kecolongan
menghadang aksi teroris kali ini. "Saya ingin katakan, jangan ada
istilah kami kecolongan. Kami sudah waspadai dan Presiden sangat paham
dari waktu ke waktu kami lapori ada perkembangan itu," ujarnya.
Mantan
Kepala Kantor Staf Presiden itu mengapresiasi kerjasama antara Polri
dan TNI yang berhasil meminimalisasi terjadinya serangan yang bisa saja
lebih besar. Ia pun mengaku telah bekerjasama dengan badan intelijen di
dalam negeri dan unsur-unsur teritorial.
"Tadi kan sebenarnya
kita kalau tidak oleh pengamanan tadi dihambat itu bawa bom kan bisa
lebih banyak yang cedera, berarti SOP yang kita punya sudah jalan. Dan
sekarang dengan pengalaman ini, kami antisipasi dan membuat
langkah-langkah supaya meminimalkan kemungkinan kemungkinan," katanya.
Bahrun Naim, Dugaan Satu Nama Pengendali Teror Jakarta
Petugas kepolisian berlari menuju ke arah gedung Sarinah untuk
melakukan pengejaran terhadap pelaku penyerangan yang dilakukan sejumlah
teroris ke beberapa gedung dan pos polisi di Jakarta, Kamis, 14 Januari
2016. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
“Sangat besar kemungkinan (itu ISIS)"
|
Kalimat
itu meluncur dari Bos Intelijen Indonesia, Sutiyoso, di Kompleks Istana
Kepresidenan, Kamis, tak lama berselang setelah sebuah serangan teror
menghentak kawasan MH Thamrin, Jakarta.
Menurut Sutiyoso,
kelompok yang hingga saat ini diyakini berjumlah lima orang itu
terafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Ucapan
Sutiyoso lantas diamini oleh Kepala Kepolisian Daerah Metro DKI Jakarta,
Inspektur Jenderal Tito Karnavian. Menurut Tito ada satu nama yang
diyakini sebagai otak dari serangan mematikan pada siang tadi. Bahrun
Naim.
“Jaringan pelakunya sebetulnya berhubungan dengan kelompok ISIS di Raqqa,” kata Tito.
CNNIndonesia.com
mencari dan menelisik ihwal sebuah nama yang dilontarkan dengan terang
oleh sang jenderal. Berdasarkan penelusuran, kuat dugaan memang kelompok
teror itu dikuasai Bahrun, seorang sarjana Teknik Informatika.
Berdasarkan sumber CNNIndonesia.com, Bahrun Naim mengepalai sedikitnya
dua kelompok teror. Pertama, kelompok Solo yang diduga pimpinan Abu
Jundi, yang sudah tertangkap, dan kelompok Bekasi.
Sumber
CNNIndonesia.com juga mengatakan, sebenarnya upaya teror hendak
dilakukan pada Desember lalu. Namun baru terlaksana hari ini. Informasi
itu selaras dengan ucapan Wakil Kepala Kepolisian Komisaris Jenderal
Budi Gunawan.
Menurut Budi, pihaknya sudah mendeteksi ada
komunikasi kelompok Suriah dan kelompok Solo yang dipimpin Abu Jundi.
Kelompok ini disebut sudah membuat persiapan dengan anak-anak sel untuk
melakukan serangkaian peledakan bom.
“Yang seharusnya dimainkan pada malam Tahun Baru. Tapi karena kami bisa antisipasi, kami bisa tangkap lebih dulu,” kata dia.
Terpantau Lewat Aplikasi Telegram
Sumber
CNNIndonesia.com bercerita soal adanya hubungan komunikasi yang
dimaksud Budi Gunawan. Komunikasi itu, terpantau pada medio Agustus
2015. Media komunikasi yang mereka lakukan melalui aplikasi Telegram.
“Intinya sudah ada persiapan,” kata sang sumber.
Pihak
kepolisian belum memberikan konfirmasi soal detail informasi ini. Saat
CNNIndonesia.com bertanya soal itu, kepolisian hanya menyatakan semua
masih dalam pengejaran.
Kamis menjelang siang, sebuah rentetan
serangan berupa ledakan dan tembakan meletus di kawasan Thamrin, Jakarta
Pusat. Puluhan orang menjadi korban, sebanyak tujuh orang meninggal.
Lima orang pelaku tewas di tempat karena bom bunuh diri dan ditembak
peluru polisi. Serangan teror melanda Jakarta.
(Sumber: CNN-Indonesia)
0 Comments