Ancaman krisis listrik sistem Jawa-Bali yang sebelumnya diprediksi terjadi pada 2018, kini diproyeksikan terjadi pada 2016. (Liputan6.com/Faizal Fanani) |
BERITASIMALUNGUN.COM, Jakarta-Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal
Ramli membeberkan terjadinya praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN) di proyek listrik antara perusahaan-perusahaan asing dengan para
penguasa Negeri ini.
Praktis tersebut berdampak buruk terhadap kenaikan jumlah utang PT PLN (Persero) hingga menembus US$ 85 miliar.
Rizal Ramli mengungkapkan, 15 tahun lalu, swasta menjual listrik ke PLN
seharga US$ 7-US$ 9 sen per Kwh. Padahal di seluruh dunia, seperti
tarif listrik swasta di China, Thailand, dan negara lain hanya US$ 3 per
Kwh.
"Kenapa tarif listrik swasta di Indonesia US$ 7-US$ 9 sen,
karena asing KKN sama kroni-kroni yang berkuasa pada waktu itu. Mereka
diberikan saham gratis semua, tapi imbalannya bisa pasang tarif tinggi.
Lalu apa yang terjadi? Utang PLN bertambah jadi US$ 85 miliar," jelas
Rizal di kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dalam acara Pertemuan
Koordinasi Masalah dan Solusi Implementasi Program 35 ribu Mw dan
Transmisi 46 ribu Km Jakarta, Selasa (31/5/2016).
Utang tersebut, Ia
menuturkan, menjadi beban berat bagi Negara apabila tidak dilakukan
negosiasi. Kemudian Rizal memerintahkan PLN melobi utang-utang ini
kepada pihak asing, namun ditolak karena adanya konflik kepentingan,
sehingga Direktur Utama PLN terpaksa dicopot dari jabatannya.
Negosiasi utang tidak menyerah. Rizal Ramli meminta bantuan kepada
Direktur Bank Dunia di Indonesia. Sayangnya, lembaga keuangan
internasional itu mundur karena di belakang lingkaran proyek listrik
tersebut dimainkan orang-orang yang berkuasa, bank besar.
"Bank Dunia tidak bisa bantu karena pemain kakap semua. Tapi mereka berdoa untuk saya semoga sukses," ujar dia.
Pantang mundur, akhirnya Rizal memanggil rekan lama, seorang Chief
Editor Wall Street Journal dan membongkar kebusukan kroni-kroni asing
ini yang melakukan KKN di proyek listrik Indonesia. Kemudian, berita
tersebut dimuat secara berseri di media asing itu. Berita ini gempar dan
memberikan dampak positif bagi Indonesia.
"Setelah gempar,
barulah para bankir dari Eropa, Amerika Serikat (AS), dan negara lainnya
datang ke saya minta negosiasi. Dan usaha ini membuahkan hasil utang
US$ 85 miliar bisa diturunkan jadi US$ 35 miliar. Ini adalah pertama
kalinya dalam sejarah Indonesia negosiasi utang bisa berkurang US$ 50
miliar. Pernah ada di zaman orde baru, tapi penurunan utangnya tidak
sebesar itu. Tapi kita bisa tanpa lawyer, bukan dengan cara
konvensional, melainkan lewat terobosan," jelas Rizal. (*)
Sumber: Liputan6.com
0 Comments