Jangan Rusak Pilkada dengan Isu SARA
BeritaSimalungun.com-Jakarta-Pada 15 Februari 2017 Pilkada
serentak akan digelar di 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Pilkada adalah
proses suksesi dan sirkulasi kepemimpinan, serta ikhtiar mencari pemimpin
terbaik untuk mengabdi pada rakyat sebagai pemegang kedaulatan.
Sebagai sebuah
proses demokrasi, Pilkada sejatinya adalah proses politik biasa yang tidak
mencemaskan warga. Pilkada seperti proses politik lainnya, sedapat mungkin
memberikan ruang bagi setiap warga negara untuk bersikap rasional, kritis, dan
kebebasan dalam menentukan pilihan.
Namun, menyimak ruang publik Indonesia, khususnya yang
berhubungan dengan Pilkada DKI Jakarta, yang penuh caci maki, kebencian, dan
penggunaan etnisitas seperti Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan (SARA) untuk
menghimpun dukungan politik dan menundukkan lawan politik, kita semua merasakan
seolah-olah kita kembali pada situasi sebelum Sumpah Pemuda dicetuskan 88 tahun
yang lalu.
Saat ini kohesi sosial kita sebagai bangsa, khususnya di
DKI Jakarta, dirusak oleh barikade sosial diantara warga yang berbeda dan
mengarah pada menguatnya himpunan-himpunan yang sempit yang mengikis
kebhinekaan dan perdamaian.
Bangsa Indonesia dibentuk dan terbentuk karena keberagaman/
kebhinekaannya. Fakta sosio-antropologis bangsa yang plural itulah yang menjadi
kekuatan dan kekayaan kita sebagai bangsa.
Atas dasar itu, sejumlah tokoh dan
elemen masyarakat sipil menyampaikan petisi dan seruan sebagai berikut:
• Bahwa
setiap orang memiliki tugas yang sama untuk menjaga dan mempertahankan
keberagaman bangsa Indonesia sebagai bentuk ekspresi kenegarawanan atau
sekurang-kurangnya sebagai bentuk kepedulian pada kenegarawanan (sense of
statesmanship).
• Bahwa
penggunaan isu SARA dalam proses Pilkada di Jakarta dan di daerah lainnya,
menggambarkan lemahnya kualitas demokrasi Indonesia dan kemunduran serius
praktik penyelenggaraan berbangsa dan bernegara. Eksploitasi isu SARA dalam
setiap proses politik akan melumpuhkan akal sehat publik untuk berpikir merdeka
dan merampas kebebasan setiap warga.
• Bahwa
diskriminasi atas dasar SARA adalah bentuk kejahatan tertua dalam sejarah umat
manusia, karena itu negara-negara di dunia dengan tegas menentang segala bentuk
diskriminasi itu. Larangan diskriminasi atas dasar SARA juga tercantum dalam
UUD Negara RI 1945 dan berbagai dokumen internasional hak asasi manusia.
• Bahwa
menjaga perdamaian dan kerukunan antar sesama adalah tugas dan kewajiban setiap
anak bangsa, agar kohesi sosial kita sebagai bangsa tetap terjaga dan terus
bertumbuh semakin kuat. Karena itu, kami menyerukan agar pengutamaan
nilai-nilai perdamaian dan kerukunan menjadi perhatian semua elemen bangsa,
bukan hanya dalam proses Pilkada tetapi berkelanjutan untuk menjaga eksistensi
Indonesia sebagai sebuah bangsa.
• Bahwa
permusuhan, intoleransi, dan mengikisnya penghargaan pada sesama anak bangsa
memiliki daya rusak paling serius pada bangsa Indonesia. Para penyelenggara
negara, tokoh agama, tokoh masyarakat, politisi, elemen masyarakat sipil
semuanya mempunyai tanggung jawab yang sama untuk memastikan perdamaian dan
keamanan tetap terjaga.
Hormat kami,
Perwakilan Kelompok Tokoh & Masyarakat Sipil
Yudi Latif (Pemikir Kebangsaan dan Kenegaraan),
Hendardi (Ketua Badan Pengurus SETARA Institute),
KH. Husein Muhammad (Pengasuh Pondok Pesantren Dar Al
Tauhid Cirebon),
Usman Hamid (Public Virtue Institute-PVI), Haris Azhar
(KontraS),
Allisa Wahid (Pegiat Gusdurian), Savic Alieha (Pimred NU
Online)
Karlina Supelli (Akademisi STF Driyarkara), Rumadi Ahmad
(Lakpesdam NU),
Al Araf (Imparsial), Muhammad Hafiz (Human Rights Working
Group),
Benny Soestyo (Budayawan), Bonar Tigor Naipospos (SETARA
Institute),
Ismail Hasani (Akademisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta),
Franz Magnis-Suseno (Guru Besar Filsafat STF Driyarkara),
Daniel Dhakidae (Prisma-LP3ES),
Nia Sjarifudin (Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika),
Marzuki Wahid (Ketua Badan Pengurus Fahmina Institute)
Wahyudi Djafar (ELSAM, Jakarta)
Alvon Kurnia Palma (YLBHI, Jakarta)
Anas Saidi (LIPI), Gomar Gultom (Tokoh Agama)
0 Comments