Alm Chairul Ridho di Rumah Duka. |
Chairul Ridho. |
BeritaSimalungun, Medan-Sat Reskrim Polrestabes Medan membekuk 2 tersangka kasus penggelapan uang Rp6 miliar milik Bank BRI yang ditarik dari Bank Indonesia, Jalan Balai Kota Medan. Dalam penangkapan ini, seorang pria bernama Chairul Ridho yang diduga terlibat dalam tindak pidana penggelapan itu, tewas diterjang timah panas saat penangkapan di Pekan Baru, Sabtu (13/1/2018).
Informasi dihimpun wartawan, penangkapan terhadap kedua tersangka ini bermula ketika polisi menerima laporan kasus penggelapan uang Rp6 miliar yang diduga dilakukan oleh 2 orang petugas Tambahan Kas Kantor (TKK) BRI Cabang Putri Hijau Medan, Boy Nanda dan Herman.
Laporan ini tertuang dalam STPL/2072/X/2017/SPKT Restabes Medan. Dalam aksinya kedua petugas TKK BRI ini menarik uang sebesar Rp6 miliar di Bank Indonesia (BI), Jalan Balai Kota Medan, Jumat (13/10/2017) lalu.
Usai menarik uang miliaran rupiah di BI tersebut, kedua petugas TKK ini malah tidak menyetorkannya ke Bank BRI Cabang Putri Hijau. Keduanya kabur mengendarai mobil 1 unit mobil Xenia milik kantor.
Untuk mengungkap kasus penggelapan dalam jumlah yang fantastis ini, Sat Reskrim Polrestabes Medan membentuk tim khusus (timsus) untuk mengejar tersangka yang kabur dengan uang tunai miliaran rupiah.
Alhasil, 3 bulan melakukan pengejaran, polisi mendapatkan ‘titik terang’ keberadaan tersangka yang bersembunyi di Pekanbaru. Namun dalam penangkapan ini, seorang pria bernama Chairul Ridho (28), warga Jalan Sunggal, Gang Kenangan No. 10 Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, yang belum diketahui perannya dalam kasus tersebut, tewas ditembak polisi. Jenazahnya kemudian dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara.
Kasat Reskrim Polrestabes Medan AKBP Putu Yudha ketika dikonfirmasi wartawan, Minggu (14/1/2018) sore membenarkan penangkapan itu.
“Iya sudah diamankan pelakunya (penggelapan Rp6 M),” sebutnya. Ketika disinggung mengenai berapa jumlah tersangka yang diamankan, Putu enggan menjelaskan secara gamblang.
“Masih ada (pelaku) yang kita buron, besok kita release ya,” janjinya. Coba Rampas Senjata Polisi Chairul Ridho, salah satu terduga pelaku penggelapan uang Rp6 miliar milik Bank BRI pada pertengahan Oktober 2017 lalu, tewas akibar diterjang peluru polisi, Sabtu (13/1/2018) malam. Menurut polisi, Charil Ridho ditembak di bagian yang mematikan karena coba merebut senjata petugas.
Seperti dilaporkan medan.tribunnews.com, Minggu (14/1/2018), puluhan keluarga Chairul Ridho berkumpul di depan ruang jenazah Rumah Sakit Bhayangkara Medan. Mereka memprotes petugas Reskrim Polrestabes Medan yang dianggap sengaja menembak mati pemuda kelahiran 1990 tersebut.
“Adik saya sudah dua kali dijemput oleh petugas kepolisian. Penjemputan pertama dilakukan pada 5 hingga 6 Desember 2017,” ujar perwakilan keluarga, Jumadin di Rumah Sakit Bhayangkara, Minggu (14/1/2018).
Penjemputan pertama dilakukan petugas kepolisian berpakaian preman di pelataran kantor vendor outsourcing tempat Ridho bekerja di Jalan Merak. Setelah itu, ia disekap selama dua hari di kawasan Jalan Haji Misbach.
Namun, ia tidak mendapatkan perlakuan yang kasar. Selama dua hari diperiksa, polisi tidak menemukan cukup bukti untuk menjerat Chairul Ridho, sehingga dia pun dipulangkan ke rumah.
Selanjutnya, Chairul Ridho menceritakan mengenai pemeriksaan tersebut kepada keluarga maupun rekan kerjanya. Lanjut Jumadin, pada Jumat (12/1/2018) pagi, Chairul Ridho kembali ditangkap di pelataran kantornya.
Kemudian, petugas kepolisian berpakaian sipil menggiringnya masuk ke dalam mobil. Seharian itu kemudian, Chairul Ridho tidak memberi kabar. Masih kata Jumadin, dia kemudian dihubungi oleh rekan kerja Chairul Ridho.
Selanjutnya, mereka pun mencari Ridho di tempat penyekapan pertama. Namun, tidak ada. Jumadin kemudian menghubungi seorang teman polisinya yang bertugas di Polda Sumut. Dari temannya tersebut, dia diberitahu yang menangkap Rido adalah personel Polrestabes Medan.
Jumadin terus bercerita. Orang tua Chairul Ridho langsung panik dan sakit setelah mendapat kabar bahwa bungsu dari empat bersaudara ini sudah tewas. Kabar itu diperoleh dari petugas kepolisian yang datang ke rumah mereka.
“Petugas kepolisian datang pada Sabtu (13/1/2018) pukul 21.30 Wib ngasih tau bahwa adik saya sudah meninggal dunia. Polisi bilang tertembak pada bagian dada karena merebut senjata petugas kepolisian,” ungkap Jumadin, mengutip Tribunnews.
Keluarga Tak Terima Kematian Chairul Ridho, tak bisa diterima pihak keluarga begitu saja. Warga Jalan Sunggal, Gang Kenangan No 10, Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal disebut sengaja ‘dimatiin’ oleh petugas kepolisian dari Polrestabes Medan.
Pihak keluarga Chairul Ridho. (Tribunnews) |
Tindakan ini dikecam oleh keluarga pria yang sehari-hari bekerja sebagai CIT atau pengutip uang setoran dari SPBU dan sekolah yang bekerjasama dengan BRI. Pernyataan itu disampaikan abang kandung Ridho, Jumadin, di kamar mayat RS Bhayangkara, Jalan Wahid Hasyim, Minggu (14/1/2018).
Ia mengatakan, keluarga meminta keadilan terkait kematian Chairul Ridho yang baru dua tahun bekerja di PT Beringin Gigantara, rekanan BRI, yang berada di Jalan Merak. Menurut Jumadin, adiknya meninggal dalam kondisi yang sangat tidak wajar.
“Banyak luka lebam di tubuhnya dan di dada sebelah kiri ada bolongan seperti luka tembak di tempat. Seluruh bagian dadanya memar,” katanya dengan mata memerah akibat menahan tangis.
Ia menambahkan, pihak keluarga baru mengetahui Chairul Ridho meninggal dan sudah di kamar mayat RS Brimob saat petugas kepolisian mengantar surat penahanan.
“Kami ingin tahu, kenapa adik kami ditembak dan badannya banyak memar?” ujarnya. Mengenai keterlibatan Chairul Ridho dengan hilangnya uang BRI sebanyak Rp6 miliar pada Oktober 2017 silam, Jumadin mengaku sama sekali tidak mengetahuinya.
Pihak keluarga juga mengecam, karena surat perintah penangkapan atas nama Chairul Ridho baru sampai ke rumah, Jumat (13/1/2018) sekitar pukul 23.45 Wib.
Sementara, setelah personel dari Polrestabes Medan mengantar surat penangkapan dengan Nomor: SP.Kap/14/I/2018/Reskrim, saat itu juga petugas mengatakan kalau Chairul Ridho sudah meninggal dunia. Lapor Propam Saat keluarga hendak melihat jenazah Chairul Ridho, pihak RS Bayangkara serasa menghalang-halangi.
Setelah pihak kekuarga bersikeras dan ngotot hendak melihat mayat Ridho, barulah kemudian diperbolehkan pihak rumah sakit.
“Saat kami lihat ada bolong di dadanya seperti bekas tembakan. Ada sebesar jari tulujuk lobangnya. Dadanya merah sepert lebam. Kakinya juga biru seperti kena pukuli,” ujarnya.
Pihak keluarga pun saat ini tengah berupaya mencari keadilan atas meninggalnya Ridho, saat ini pun mereka sudah menunjuk LBH Tumangger DKK untuk menjadi kuasa hukumnya. “Senin kami akan mengadu ke Propam Polda. Kami mau mencari keadilan,” ujarnya. (BS)
Sumber: metro24jam.com
0 Comments