"Semogalah (Ompung) kakek dan nenek bayi ini selalu sehat untuk mencari rezeki". Bahapal Raya, 29 Maret 2020.(Foto Pdt Defri Judika Purba) |
Oleh : Pdt Defri Judika Purba
Beritasimalungun-Hari ini saya melayani ibadah minggu di salah satu rumah jemaat yang saya layani. Ini adalah minggu pertama, ibadah minggu dilaksanakan di rumah masing-masing akibat perkembangan covid-19 yang semakin masif.
Jauh sebelum perkembangan covid 19 ini terjadi, keluarga ini sudah berencana membawa bayi ini untuk dibaptis di gereja. Apa daya, sesuai hasil keputusan sinode resort, ibadah minggu di gereja sementara waktu dialihkan ke rumah masing-masing.
Khusus kepada keluarga ini, saya berpesan kepada majelis setempat, kalau seandainya bersedia, sakramen baptisan tetap bisa dilaksanakan di rumah mereka, saya akan bersedia datang. Keluarga pun setuju dan jadilah acara baptisan hari ini.
Itulah latar belakang photo ini. Selanjutnya saya akan membagikan kisah dibalik photo ini.
Inilah kisahnya.
Orangtua yang membaptiskan bayi di gambar ini bukanlah orangtua dari bayi tersebut. Mereka adalah kakek dan nenek dari bayi tersebut.
Dimanakah orangtuanya? Ayahnya saat ini tinggal dan bekerja di daerah pekanbaru. Ibunya sudah meninggal, dua bulan sejak dia lahir.
Oleh keluarga, bayi pun dibawa ke rumah kakek/nenek dari pihak ayahnya. Kakek dan nenek dari pihak ibunya, tidak ada lagi.
Kisah kakek dan nenek yang membawanya dari Pekanbaru menuju Bahapal, memuat cerita yang membuat hati ini terharu. Usianya saat itu masih dua bulan.
Mereka naik mobil bus Berlian Baru dari Pekanbaru. Sepanjang perjalanan, mereka merasa tatapan heran penumpang yang lain. Dalam pikiran mereka, ada dua dugaan yang muncul. Pertama, apakah mereka menculik bayi? Kedua, aneh sekali pasangan ini, sudah tua pun, masih punya bayi.
Cerita lain yang tidak kalah mengharukan adalah kisah tentang harapan atau kejadian yang kadang tidak masuk akal.
Ayah dari bayi ini, sudah dua puluh tahun tidak pernah pulang ke rumah. Orang tua pun menganggap anaknya ini sudah meninggal.
Tapi aneh, dua tahun yang lewat beliau pun pulang, lengkap bersama keluarganya. Saat itu saya hadir menyaksikan bagaimana keheranan itu terjadi, ketika keluarga membuat acara syukuran.
Tetapi, saat sukacita itu hanya sebentar saja. Setelah mereka kembali ke perantauan, selang beberapa waktu, ibu dari bayi ini pun meninggal.
"Pitah pailong-ilongkon dassa hape pandita, " ujar kakek bayi ini kepada saya.
Saat membaptis dan memberkati bayi ini, hati ini dipenuhi berbagai perasaan yang campur aduk. Sedih, miris, dan terharu.
Bukan hanya kepada bayi ini tetapi juga kepada kakek dan neneknya. Di saat usia sudah senja, mereka harus diperhadapkan pada sebuah beban dan tantangan yang mungkin tidak pernah mereka sangka.
Semogalah (Ompung) kakek dan nenek bayi ini selalu sehat untuk mencari rezeki. Bahapal Raya, 29 Maret 2020.(*)
0 Comments