Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Cara Mengatasi Polemik Baby Blues Syndrome pada Ibu yang Baru Melahirkan

A baby makes love stronger, the days shorter, the nights longer, savings smaller, and a home happier


BS-Kehamilan dalam sebuah keluarga adalah suatu peristiwa penting yang sangat dinantikan sejak saat pernikahan. Bagi seorang wanita, kehamilan merupakan salah satu periode kritis dalam kehidupannya. Seorang ibu akan merasa senang sekaligus lega karena perjuangan selama 9 bulan masa kehamilan dan proses melahirkan telah terlewati dengan selamat. 

Kini kehadiran buah hati akan senantiasa menemani hari-hari dalam keluarga. Namun, ada ibu yang justru merasa cemas, sedih, lelah dan lebih sensitif usai melahirkan. Kondisi seperti ini dikenal dengan sebutan baby blues syndrome. Sebenarnya, apa itu baby blues syndrome dan seperti apa penyebab dan cara mengatasi kondisi ini? Cari tahu lebih lanjut, yuk!

Apa itu baby blues syndrome? 

Menurut Stone & Menken (2008), baby blues syndrome atau postpartum blues adalah suatu keadaan transien dari peningkatan aktivitas emosional yang dialami wanita setelah melahirkan dalam jangka waktu satu minggu. 

Gejala dari baby blues syndrome akan terlihat pada hari ke 3 hingga hari ke 5 dan akan menghilang atau berlanjut hingga hari-hari berikutnya. Baby blues adalah suatu gangguan psikologis sementara yang ditandai dengan memuncaknya emosi pada minggu pertama setelah melahirkan (Saleha 2009). 

Gejala baby blues biasanya mulai di hari ketiga pasca melahirkan, pada saat itu air susu ibu mulai ada. Baby blues dibawa oleh perubahan hormonal dramatis yaitu estrogen dan progesteron yang menurun, dan hormon menyusui meningkat (Widyaningtyas 2018)

Gejala yang dapat mengindikasikan seorang ibu mengalami baby blues yaitu perasaan kesedihan seperti menangis tanpa sebab, mudah kesal, gampang tersinggung dan tidak sabaran, tidak memiliki atau sedikit tenaga sehingga ibu sangat tampak lemah, cemas, merasa bersalah dan tidak berharga, menjadi tidak tertarik dengan bayi atau khawatir terhadap bayinya, tidak percaya diri, sulit beristirahat dengan tenang dan peningkatan berat badan ataupun penurunan berat badan.

Penyebab baby blues syndrome sangat bervariasi seperti:

1) Ketidaksiapan untuk menjadi ibu. Kesiapan ibu merupakan indikator terpenting dalam penerimaan bayi yang baru dilahirkan. Jika kehamilan ibu tidak direncanakan atau kehamilan yang tidak diinginkan maka akan menjadikan seorang wanita mempunyai tekanan psikis berupa tidak mempunyai kesiapan menjadi orang tua.

2) Kelelahan (kurang tidur). Setelah melahirkan, seorang ibu harus melatih anak untuk dapat mengonsumsi ASI secara langsung. Seorang ibu harus sabar menghadapi kendala yang dihadapi demi sang buah hati, tak jarang seorang ibu rela tidak tidur.

3) Sulit beradaptasi (kewalahan mengurus pekerjaan rumah dan bayi). Pada sebagian ibu yang mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan aktivitas dan peran barunya, akan mengembangkan perasaan-perasaan tidak nyaman seperti perasaan takut, khawatir, sedih, dan merasa sendirian. 

Perasaan-perasaan tersebut jika tidak segera ditangani semakin lama periodenya dan intensitasnya menjadi tanda awal gejala baby blues.

Sekilas baby blues syndrome memang tidak berbahaya, namun efeknya sangat nyata pada perkembangan anak karena ibu yang mengalami baby blues syndrome tidak dapat merawat anaknya dengan baik otomatis ia juga tidak bisa memberikan kebutuhan yang seharusnya diterima anaknya, baik itu dari segi perhatian maupun nutrisi yang masuk tubuhnya. Perlu adanya penyesuaian diri wanita pasca melahirkan yaitu

1) fase take in yaitu fase dimana ibu sangat tergantung pada diri sendiri yang mana ibu menceritakan pengalaman melahirkan secara berulang-ulang kepada setiap orang baik orang di sekitarnya maupun orang asing yang berkunjung ke rumah,

2) fase taking hold yaitu fase peralihan yang awalnya ketergantungan menjadi kemandirian dan berkisar selama 3-10 hari. Fase ini menentukan ibu bisa melalui penyesuaian dengan baik atau tidak. Ketika ibu tidak dapat melalui fase ini maka bisa menyebabkan stress bahkan depresi postpartum,

3) fase letting go yaitu fase menerima tanggung jawab dengan peran barunya yang berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan, dan

4) fase bounding attachment yaitu fase kelekatan antara ibu dengan anak. Fase ketiga dan keempat mustahil tercapai ketika ibu kesulitan menyesuaikan diri dengan perubahan pasca melahirkan. 

Cara mengatasi baby blues syndrome:

1. Jangan bebani diri 

Jangan paksakan diri untuk mengerjakan segalanya sendiri. Kerjakanlah apa yang sanggup dikerjakan. Bila merasa kewalahan, baik dalam mengurus bayi atau pekerjaan rumah, jangan sungkan untuk meminta bantuan orang-orang terdekat yang dipercaya.

2. Tidur yang cukup

Pastikan waktu tidur tercukupi dengan baik. Manfaatkan waktu tidur bayi untuk beristirahat. Jika bayi terbangun di malam hari karena mengompol dan Anda masih butuh tidur untuk memulihkan tenaga, jangan ragu untuk meminta bantuan pasangan untuk mengganti popok bayi dan menjaganya sejenak.

3. Olahraga rutin dan makan makanan berkualitas

Untuk membantu mengatasi baby blues yang dialami, disarankan untuk berolahraga secara rutin. Olahraga tidak hanya dapat mengalihkan perhatian dan kekhawatiran yang dirasakan, tapi juga membantu meningkatkan mood dan kualitas tidur. Apabila tidak sempat berolahraga, makanan juga bisa membantu mengontrol mood Anda. Hindari makanan yang tinggi akan karbohidrat sederhana seperti sirup, kue kering kemasan, dan roti putih. Makanan jenis ini diduga dapat memperparah mood swing.

4. Berbagi cerita

Seorang ibu baru dianjurkan untuk bersosialisasi dengan ibu baru lainnya agar dapat bertukar cerita mengenai perasaan yang dialami. Namun, bila ini dirasa berat, bisa memulai dengan menceritakannya kepada suami atau keluarga. 

Baby blues dibawa oleh perubahan hormonal dramatis yaitu estrogen dan progesteron yang menurun, dan hormon menyusui meningkat. Kondisi psikis ibu pasca melahirkan dapat memunculkan perubahan-perubahan sikap yang cenderung negatif pada dirinya. 

Untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya syndrome baby blues diperlukan manajemen waktu yang baik pada keluarga , ada baiknya setiap anggota keluarga dapat membagi pekerjaan yang ada, jangan menimpakan begitu banyak pekerjaan kepada sang ibu. 

Tanggung jawab pada pekerjaan rumah maupun mengurus anak bayi tidak mutlak seluruhnya diurus oleh ibu, setidaknya sampai kondisi fisik dan psikis sang ibu pulih dan kembali normal pasca melahirkan. 

Setelah pulih, ibu dapat kembali mengerjakan pekerjaan rumah sekaligus mengurus anak secara perlahan. Namun kembali lagi, setiap hal dalam keluarga, baik mengurus anak maupun mengurus pekerjaan rumah adalah tanggung jawab setiap anggota keluarga. (***) 

Penulis adalah Mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Dosen Pengampu :  Dr. Irni Rahmayani Johan, SP, MM, dan Dr. Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si

Artikel oleh : Arinamelia Putri Salsabila, Ghina Az Zahra, Meldiana Hutabarat      Siffa Anastasya Komala, dan Adhia Arya Annindita  

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments