Apa itu baby blues syndrome?
Menurut Stone & Menken (2008), baby blues syndrome atau postpartum blues adalah suatu keadaan transien dari peningkatan aktivitas emosional yang dialami wanita setelah melahirkan dalam jangka waktu satu minggu.
Gejala dari baby blues syndrome akan terlihat pada hari ke 3
hingga hari ke 5 dan akan menghilang atau berlanjut hingga hari-hari
berikutnya. Baby blues adalah suatu gangguan psikologis sementara yang
ditandai dengan memuncaknya emosi pada minggu pertama setelah melahirkan
(Saleha 2009).
Gejala baby blues biasanya mulai di hari ketiga pasca melahirkan, pada saat itu air susu ibu mulai ada. Baby blues dibawa oleh perubahan hormonal dramatis yaitu estrogen dan progesteron yang menurun, dan hormon menyusui meningkat (Widyaningtyas 2018).
Gejala yang dapat mengindikasikan seorang ibu mengalami baby blues yaitu perasaan kesedihan seperti menangis tanpa sebab, mudah kesal, gampang tersinggung dan tidak sabaran, tidak memiliki atau sedikit tenaga sehingga ibu sangat tampak lemah, cemas, merasa bersalah dan tidak berharga, menjadi tidak tertarik dengan bayi atau khawatir terhadap bayinya, tidak percaya diri, sulit beristirahat dengan tenang dan peningkatan berat badan ataupun penurunan berat badan.
Penyebab baby blues syndrome sangat bervariasi seperti:
1) Ketidaksiapan untuk menjadi ibu. Kesiapan ibu merupakan
indikator terpenting dalam penerimaan bayi yang baru dilahirkan. Jika kehamilan
ibu tidak direncanakan atau kehamilan yang tidak diinginkan maka akan menjadikan
seorang wanita mempunyai tekanan psikis berupa tidak mempunyai kesiapan menjadi
orang tua.
2) Kelelahan (kurang tidur). Setelah melahirkan, seorang ibu harus
melatih anak untuk dapat mengonsumsi ASI secara langsung. Seorang ibu harus
sabar menghadapi kendala yang dihadapi demi sang buah hati, tak jarang seorang
ibu rela tidak tidur.
3) Sulit beradaptasi (kewalahan mengurus pekerjaan rumah dan bayi). Pada sebagian ibu yang mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan aktivitas dan peran barunya, akan mengembangkan perasaan-perasaan tidak nyaman seperti perasaan takut, khawatir, sedih, dan merasa sendirian.
Perasaan-perasaan tersebut jika tidak segera ditangani semakin lama periodenya
dan intensitasnya menjadi tanda awal gejala baby blues.
Sekilas baby blues syndrome memang tidak berbahaya, namun efeknya sangat nyata pada perkembangan anak karena ibu yang mengalami baby blues syndrome tidak dapat merawat anaknya dengan baik otomatis ia juga tidak bisa memberikan kebutuhan yang seharusnya diterima anaknya, baik itu dari segi perhatian maupun nutrisi yang masuk tubuhnya. Perlu adanya penyesuaian diri wanita pasca melahirkan yaitu
1) fase take in yaitu fase dimana ibu sangat tergantung
pada diri sendiri yang mana ibu menceritakan pengalaman melahirkan secara
berulang-ulang kepada setiap orang baik orang di sekitarnya maupun orang asing
yang berkunjung ke rumah,
2) fase taking hold yaitu fase peralihan yang awalnya
ketergantungan menjadi kemandirian dan berkisar selama 3-10 hari. Fase ini
menentukan ibu bisa melalui penyesuaian dengan baik atau tidak. Ketika ibu
tidak dapat melalui fase ini maka bisa menyebabkan stress bahkan depresi
postpartum,
3) fase letting go yaitu fase menerima tanggung jawab
dengan peran barunya yang berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan, dan
4) fase bounding attachment yaitu fase kelekatan antara ibu
dengan anak. Fase ketiga dan keempat mustahil tercapai ketika ibu kesulitan
menyesuaikan diri dengan perubahan pasca melahirkan.
Cara mengatasi baby blues syndrome:
1. Jangan bebani diri
Jangan paksakan diri untuk mengerjakan segalanya sendiri.
Kerjakanlah apa yang sanggup dikerjakan. Bila merasa kewalahan, baik dalam
mengurus bayi atau pekerjaan rumah, jangan sungkan untuk meminta bantuan
orang-orang terdekat yang dipercaya.
2.
Tidur yang cukup
Pastikan waktu tidur tercukupi dengan baik. Manfaatkan waktu tidur
bayi untuk beristirahat. Jika bayi terbangun di malam hari karena mengompol dan
Anda masih butuh tidur untuk memulihkan tenaga, jangan ragu untuk meminta
bantuan pasangan untuk mengganti popok bayi dan menjaganya sejenak.
3.
Olahraga rutin dan makan makanan berkualitas
Untuk membantu mengatasi baby blues yang dialami,
disarankan untuk berolahraga secara rutin. Olahraga tidak hanya dapat
mengalihkan perhatian dan kekhawatiran yang dirasakan, tapi juga membantu meningkatkan
mood dan kualitas tidur. Apabila tidak sempat berolahraga, makanan juga bisa
membantu mengontrol mood Anda. Hindari makanan yang tinggi akan karbohidrat
sederhana seperti sirup, kue kering kemasan, dan roti putih. Makanan jenis ini
diduga dapat memperparah mood swing.
4.
Berbagi cerita
Seorang ibu baru dianjurkan untuk bersosialisasi dengan ibu baru
lainnya agar dapat bertukar cerita mengenai perasaan yang dialami. Namun, bila
ini dirasa berat, bisa memulai dengan menceritakannya kepada suami atau
keluarga.
Baby blues dibawa oleh perubahan hormonal dramatis yaitu estrogen dan progesteron yang menurun, dan hormon menyusui meningkat. Kondisi psikis ibu pasca melahirkan dapat memunculkan perubahan-perubahan sikap yang cenderung negatif pada dirinya.
Untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya syndrome baby blues diperlukan manajemen waktu yang baik pada keluarga , ada baiknya setiap anggota keluarga dapat membagi pekerjaan yang ada, jangan menimpakan begitu banyak pekerjaan kepada sang ibu.
Tanggung jawab pada pekerjaan rumah maupun mengurus anak bayi tidak mutlak seluruhnya diurus oleh ibu, setidaknya sampai kondisi fisik dan psikis sang ibu pulih dan kembali normal pasca melahirkan.
Setelah pulih, ibu dapat kembali mengerjakan pekerjaan rumah sekaligus mengurus anak secara perlahan. Namun kembali lagi, setiap hal dalam keluarga, baik mengurus anak maupun mengurus pekerjaan rumah adalah tanggung jawab setiap anggota keluarga. (***)
Penulis adalah Mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Dosen Pengampu : Dr. Irni Rahmayani Johan, SP, MM, dan Dr.
Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si
0 Comments