Daftar Marga Simalungun dan Subnya


Oleh: Masrul Purba Dasuha, S.Pd

Secara kultur dan aspek geografis wilayah Simalungun dibagi dalam 5 bagian, yaitu wilayah Timur yang kini menjadi Simalungun Atas dan wilayah Raya, Panei, Siantar, dan Tanoh Jawa yang kini lebih kerap disebut Simalungun Bawah. 

Dalam tulisan John Anderson tahun 1823 berjudul "Mission to the East Coast of Sumatra, in 1823" menyebut bahwa semua wilayah ini didiami oleh suku Hataran. Saat berada di Serdang, Anderson melihat orang-orang Hataran dari Dolog (Silou) banyak terdapat di Kampung Besar ibu negeri Kesultanan Serdang. Saat berada di wilayah Asahan ia juga menyebut Buntu Panei sebagai wilayah orang Hataran.

Dalam laporannya Anderson telah menyebut nama Semilongan yang merujuk pada Simalungun, namun wilayah Semilongan saat itu hanya bagian kecil dari wilayah orang Hataran. 

Nama Hataran kini sudah tidak lagi menjadi nama kelompok suku, melainkan hanya terabadikan sebagai nama-nama tempat di Kabupaten Simalungun seperti Manik Hataran, Jorlang Hataran, Dolog Hataran, Bandar Hataran, dan Hataran Jawa. Di Karo jadi marga Ketaren.

Secara kultur dan bahasa orang-orang yang dulunya disebut Hataran yang kini terbagi ke dalam Simalungun Atas dan Simalungun Bawah memiliki sejumlah perbedaan, namun keduanya tetap terikat dalam falsafah adat "Tolu Sahundulan Lima Saodoran" dan memiliki ikatan kekerabatan "marsanina, martondong pakon maranakboru". 

Wilayah Timur yang kini menjadi Simalungun Atas merupakan basis marga Purba, namun di luar wilayah Timur ada Kerajaan Panei yang didirikan oleh marga Purba Sidasuha bersama dengan Purba Sidadolog dan Purba Sidagambir yang secara kekerabatan adalah "sanina" dari Purba Tambak, Purba Pakpak, Purba Silangit, Purba Tua, Purba Sigumonrong, Purba Siboro, Tondang, Tambun Saribu, dan Girsang yang tinggal di wilayah Timur.

Satu hal yang tidak pernah disadari atau mungkin tidak pernah diamati oleh orang Simalungun selama ini, perbedaan antara Simalungun Atas dan Simalungun Bawah bukan hanya pada bahasa, tapi juga ada perbedaan pada hukum dan sistem sosial kemasyarakatan. 

Di Simalungun Atas hukum kerajaan dan kemasyarakatan cukup longgar, di lingkungan Kerajaan Purba, Silimakuta, dan Dolog Silou marga-marga seperti Tondang di Huta Tanoh dan Tambun Saribu di Binangara tidak menyematkan Purba sebagai marga mereka. 

Sementara di tempat lain yang masih berada di lingkungan Kerajaan Purba ada marga Tanjung, Sidasuha, dan Siboro yang bersikukuh menggunakan Purba. Penguasa Kerajaan Purba juga secara tegas menggunakan marga Purba, yaitu Purba Pakpak. 

Demikian juga dengan marga Girsang di Silimakuta juga tidak pernah menambahkan Purba sebagai marga mereka. Justru marga Girsang merasa sejajar dengan Purba.

Fenomena ini kemudian diikuti oleh marga-marga dari luar seperti Sipayung, Silalahi, Sinurat, Sitopu, Haloho, dan Lingga, pihak kerajaan dan partuanon di wilayah setempat tidak mewajibkan mereka untuk berafiliasi dengan marga-marga induk di Simalungun. 

Berbeda halnya dengan di Simalungun Bawah, marga Tondang, Tambun Saribu, dan Girsang sesuai hukum kerajaan wajib menggunakan Purba sebagai marga mereka. Demikian juga dengan Sipayung, Silalahi, Sinurat, Sitopu, Haloho, dan Lingga, demi keselamatan secara sukarela mengaku sebagai Sinaga.

Sistem serupa juga berlaku di tanah Karo, setiap marga-marga yang datang dari luar akan berinduk pada salah satu dari Merga Silima. 

Di Simalungun Atas marga Tondang, Tambun Saribu, dan Girsang merasa sungkan menyematkan Purba sebagai marga mereka, namun saat berada di tanah Karo mereka sangat bangga mengaku sebagai Tarigan. Demikian juga marga Sipayung, Silalahi, dan Haloho sangat loyal dengan marga Sembiring.

Analisa saya sebelum berdirinya Kerajaan Purba wilayah marga Tondang dan Tambun Saribu adalah wilayah yang merdeka, Kerajaan Purba kemudian menguasai wilayah mereka dan memasukkannya ke dalam vassal Kerajaan Purba. 

Di kemudian hari ketiga marga ini menikah dengan perempuan dari marga yang sama, yaitu Boru Damanik. Di situlah terjadi ikatan persaudaraan sebagai "sanina". 

Demikian juga Girsang pada awalnya tidak ada hubungan persaudaraan, kemudian terjalin ikatan persaudaraan dengan Purba Pakpak lewat pernikahan dengan perempuan dari marga yang sama yaitu Damanik.

Di bawah ini saya lampirkan daftar lengkap marga-marga Simalungun dan subnya, Damanik Barotbot dan Sinaga Tambun yang berasal dari marga Tambunan hanya terdapat di wilayah Bandar kampung saya, sedangkan marga Damanik Holing hanya bisa ditemukan di wilayah Padang (Tebing Tinggi, Bandar Khalifah sekitarnya). 

Hanya marga-marga dari klan Parna dan Naimarata yang secara sukarela tanpa ada paksaan mengaku Saragih dan Damanik baik di Simalungun Atas maupun di Simalungun Bawah.

Marga berawalan "sida-" atau "da-" adalah ciri khas marga Simalungun yang dilekatkan pada marga sebagai penghormatan. Sebagian besar marga-marga Parna menggunakan awalan "sida-" yang menjadi petunjuk bahwa leluhur mereka berkaitan erat dengan Suku Simalungun. Semoga tulisan ini bermanfaat. Diatei tupa. (BS-Penulis Pemerhati Seni Budaya Simalungun)

0 Komentar

 





 


 



https://linktr.ee/asenkleesaragih