dr Sortaman Saragih SH MARS. |
Pematangsiantar-dr Sortaman Saragih SH MARS, sepintas tidak ada yang istimewa dari penampilan seorang dokter Sortaman Saragih. Pria yang lahir 50 tahun lalu ini terlihat hidup apa adanya, namun apabila kita berkenalan lebih jauh, hampir semua perjalanan hidupnya menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi semua orang untuk meraih cita-cita masa depan. Guna mengabdikan diri kepada rakyat, kini Sortaman Saragih terjun ke dunia politik.
Kini Sortaman Saragih sebagai Caleg DPR RI Perindo Dapil Sumut III (Kota Pematangsiantar-Kabupaten Simalungun-Karo-Dairi-Langkat-Kota Binjai-Kabupaten Pakpak Barat-Batubara-Asahan dan Kota Tanjung Balai) pada Pemilu Rabu 17 April 2019.
Dr Sortaman Saragih lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya Bosi Haivan Saragih Simarmata dengan ibu Lukertina Silalahi beralamat di Desa Purba Tongah Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. Kini Sortaman Saragih berdomisili di Depak, Jawa Barat dengan berbagai usaha, khususnya bidang kesehatan.
Tidak terbayang untuk bercita-cita sebagai dokter karena yang namanya dokter pada saat itu masih merupakan mahluk langka yang tidak pernah tersirat dalam pikiran anak-anak di desanya.
Namun tahun 1978 saat Sortaman Saragih kecil duduk di kelas 4 SD terjadi suatu wabah, adanya musim kemarau yang panjang dan berjangkitnya penyakit kolera [muntaber] dan cacar yang mengakibatkan banyak warga yang meninggal dunia.
Untuk menanggulanginya, semua penduduk diwajibkan immunisasi ke dokter yang sengaja didatangkan ke desanya. Sejak saat itulah Sortaman Saragih bercita-cita menjadi dokter supaya bisa menolong banyak orang yang kena musibah. Meskipun apa dan bagaimana menjadi seorang dokter belum terpikir sama sekali.
Setamat dari SD dan SMP di kampungnya, Sortaman yang lumayan cerdas di Sekolah melanjutkan pendidikannya ke SMA Katolik Budi Mulia Pematangsiantar. Lulus SMA tahun 1987 melanjutkan pendidikan ke USU di Fakultas Kedokteran. Sejak saat kuliah inilah cita-cita masa kecilnya semakin terarah di depan mata.
Kuliah di Fakultas Kedokteran bukanlah suatu hal yang mudah bagi Sortaman, karena masalah biaya. Selain perkuliahan padat setiap harinya, Sortaman juga diperhadapkan dengan bekerja untuk menopang biaya kuliah. Orangtua yang sangat sederhana tidak mampu menanggung semua biaya yang dibutuhkan.
Akhirnya terpaksalah Sortaman kuliah sambil bekerja. Semua beban ini ternyata tidak menyurutkan semangatnya untuk meraih cita-citanya sebagai dokter. Dan akhirnya dengan bermodalkan doa dan kerja keras tahun 1995 Sortaman Saragih berhasil dan lulus mendapatkan gelar dokter dari USU.
Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran, Sortaman hijrah ke Jakarta untuk mengikuti program Pegawai Tidak Tetap (PTT), yakni kerja wajib bagi dokter selama 3 tahun. Pada saat itu Sortaman harus menunggu penempatan PTT di Bekasi sampai 1997.
Menunggu penempatan PTT, naluri kebiasaan bekerja kerasnya mendorongnya mendirikan Klinik praktek dokter di Depok. Apa yang terjadi ternyata Klinik yang dibangunnya maju dan mampu merebut hati masyarakat. Karena keramahan, kesederhanaan dan keakraban dr.Sortaman dengan para pasiennya, Kliniknya menjadi klinik pilihan masyarakat sekitar. Tidak tanggung-tanggung sampai membuka cabang klinik di beberapa tempat hingga ke Bogor. Selanjutnya sambil menjalankan klinik, Sortaman juga memasuki masa PTT hingga selesai tahun 1999.
Setelah masa PTT selesai, Sortaman sempat diterima menjadi CPNS, namun setelah dicoba sekitar 3 bulan, Sortaman mundur dari CPNS dan memilih berkarya di dunia swasta. Kenapa PNS ditinggalkan?.
“Talenta dalam diri saya tidak terpakai secara maksimal, jika saya mengikuti pola kerja seorang PNS”, katanya memberi alasan meningalkan PNS. Ternyata kebiasaan bekerja keras dan melayani dari Sortaman tidak terlalu dibutuhkan di instansi pemerintah saat itu.
Setelah melihat perkembangan dunia perklinikan di Indonesia, Sortaman melihat perlu adanya ilmu untuk mengelola klinik. Sehingga akhir tahun 1999 itu juga Sortaman menambah ilmu enterpreneurship ke Purdue University, Los Angeles USA.
Perkuliahan ini semua didanai dari hasil klinik yang sudah ada. Dengan ilmu yang didapatnya di sana tahun 2004 beliau kembali ke Indonesia dan mengembangkan klinik hingga rumah sakit dan Kampus. Suatu lonjakan bisnis yang luar biasa dengan ratusan karyawan. Suatu bisnis di tangan seorang anak desa yang sederhana. Semua usaha yang dijalankan Sortaman diawali dari nol dengan bermodalkan doa dan kerja cerdas.
Tidak cukup menguasai ilmu enterpreneurship, sambil menggeluti bisnisnya, Sortaman kembali menambah ilmu master manajemen di Universitas Indonesia dan ilmu hukum di Universitas Tama Jagakarsa Jakarta. Ternyata banyak hal yang harus dipelajari dan semakin dipelajari semakin disadari bahwa masih banyak hal yang belum diketahui.
Kiat yang dipakai Sortaman Saragih menjalankan bisnisnya, dengan jujur St Sortaman Saragih mengatakan dengan menerapkan prinsip ayat-ayat Alkitab saja.
Prinsipnya “jika kamu mau menjadi yang terbesar, maka jadilah kamu menjadi pelayan bagi sesamamu” katanya. Jadi intinya melayani dan melayani. Dan satu lagi yang menjadi sumber inspirasinya dalam menjalankan bisnisnya adalah bersahabat dengan sesama orang yang bermental “tangguh”.
Sortaman Saragih biasa bergaul dengan siapa saja, tanpa membedakan derajat ekonomi, suku, agama dan sosial. Namun untuk menjadi teman penyemangat, Sortaman membangun jaringan persahabatan dengan orang-orang yang tangguh. Sortaman sangat membatasi diri untuk bergaul dengan orang-orang yang bemental “rapuh” dan lingkungan buruk, karena kitab suci juga mengatakan “kebiasan baik akan dirusak oleh bergaulan buruk”, lanjutnya.
Bukan hanya sukses dalam bisnis, ternyata naluri cita-cita masa kecilnya untuk menolong orang lain juga sudah dan terus dilaksanakan. Sortaman sangat peduli dengan masyarakat miskin di kampung halamannya. Sortaman sudah menyekolahkan 50-an lebih mahasiswa yang kurang mampu dalam 15 tahun terakhir ini. Umumnya mereka berasal dari wilayah Pematangsiantar dan Simalungun.
Perjalanan karir dr.Sortaman sangat luar biasa tapi tidak ada terlihat aura kesombongan. Pantas diberi label “dokter luar biasa yang sederhana”. Saat orang ingin dipandang hidup mewah, justru Sortaman ingin dipandang cukup hidup sederhana.
Berpenampilan sederhana dan berkomunikasi lemah lembut dengan semua orang. Tuhan tidak menginginkan umatnya hidup berfoya-foya katanya.
Sering juga diundang oleh perusahaan dan komunitas tertentu untuk membagikan inspirasi dan motivasi hidup. Para pembaca yang penasaran juga bisa mengundangnya. Suatu saat beliau memberikan ceramah inspirasi hidup di Batam, sang moderator menanyakan apa motto hidup dr. Sortaman Saragih?. Semua orang heran tidak menduga karena motto hidupnya adalah “perbuatlah segala sesuatu kepada orang seolah untuk Tuhan bukan untuk manusia”, katanya.
Sortaman Saragih menikah dengan Drg Risma Sitorus MPPM mantan teman sekelasnya di SMA Budi Mulia Pematangsiantar. Istrinya telah meninggal pada Selasa 23 Maret 2017 di RS Darmais Jakarta.
Almarhum istrinya adalah kelahiran Aek Nauli Pematangsiantar dan telah dikaruniai 3 orang anak yang sekarang masih duduk di bangku SMA dan SMP yang ada di Depok. Sebuah teladan sosok dokter luar biasa yang sederhana. St dr Sortaman saragih Sh MARS juga sebagai Pengantar Jemaat di GKPS Depok. (Berbagaisumber/Asenk Lee)
0 Comments