Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Catatan Pdt Defri Judika Purba Soal Perjuangan Melawan Covid-19

Pdt Defri Judika Purba .(FB)

Pematangraya, BS-
Pdt Defri Judika Purba dan Inang Nofika Frisliani Sinaga dan dua anak mereka akhirnya bisa berkumpul kembali dalamsukacita. Karena terpapar Covid-19 (OTG), terpaksa Pdt Defri Judika Purba mengisolasi diri dari keluarga. Namun dengan perjuangan dan Doa, akhirnya Pdt Defri Judika Purba dinyatakan sembuh dan negative Covid-19.

Pdt Defri Judika Purba menuliskan catatan dalam empat tulisan selama berjuang menghadapi Covid-19. Tulisan itu dibagikan Pdt Defri Judika Purba di laman sosial medianya. Dibawah ini empat tulisan itu Redaksi kutip untuk pembaca BeritaSimalungun yang setia.

Perjuangan Melawan Covid: Akhirnya Saya Sembuh
(Bagian ke empat/ Habis)

Setelah menjalani isoman sesuai anjuran dokter yaitu sepuluh hari (18 Januari-27 Januari), semalam saya melaksanakan swab untuk mengetahui kondisi  terakhir saya.  Sebenarnya, sesuai anjuran badan kesehatan dunia (WHO), pasien positif covid yang telah menjalani isolasi atau perawatan (minimal sepuluh hari, maksimal empat belas hari)  dan tidak merasakan ada lagi gejala, sudah dianggap sembuh. 
Tidak diperlukan lagi swab untuk membuktikan itu. Tetapi masalah yang sering muncul adalah, lingkungan dimana kita bekerja atau tinggal membutuhkan tanda di atas kertas yang membuktikan kita sudah sembuh.  Dengan alasan itulah, saya melaksanakan swab mandiri untuk  untuk mengurangi dampak sosial yang kami atau keluarga terima. 

Puji Tuhan, hasil pemeriksaan Swab menyatakan saya sudah negatif (sembuh). Di atas kertas pemeriksaan tertulis: pasien dinyatakan sehat dan bebas dari covid-19. Bagaimana perasaan saya? Tentu saja sangat senang dan bersyukur.  

Sebelum berangkat dari rumah saya sudah berdoa kepada Tuhan dan menyatakan, saya akan berangkat ke Pematang Siantar untuk periksa. Mohon kiranya diberikan perlindungan di sepanjang perjalanan dan  diberikan apa yang kami inginkan. Dan Tuhan mengabulkan doa saya.

Orang pertama yang saya konfirmasi tentu saja adalah istriku. Saya photo hasil swab dan kirim via WA kepadanya. Saya yakin ia pasti senang. Saya pun keliling kota Siantar untuk membeli mainan untuk anak saya, makanan kesukaan mereka dan yang lainnya.  

Setelah merasa cukup, saya pun segera pulang ke rumah. Saya tidak sabar lagi bertemu dengan keluarga. Sampai di rumah, anak dan istri saya pun menyambut dan memeluk . Kondisi ini jauh berbeda dengan situasi pertama ketika saya terkonfirmasi positif covid .

Dari apa yang saya alami selama ini, ada bebeberapa  hal yang ingin saya sampaikan. 

1. Covid-19 itu bisa dikalahkan. Data dari kemenkes RI mengkonfirmasi pasien yang positif, sembuh dan meningggal setiap harinya.  Dari data itu lebih banyak pasien yang sembuh sebenarnya dibanding yang meninggal. Tetapi sering kejadian,  kita lebih sering fokus kepada data yang meninggal. Pasien yang sembuh tidak menjadi berita yang menarik tetapi pasien yang meninggallah yang menjadi berita. Aneh ya ! 

2. Dari riset data yang saya lakukan, pasien yang sembuh itu (baik di rumah sakit dan isoman) sama sekali tidak mengkomsumsi obat.  Pasien hanya minum obat kalau ada gejala yang timbul, mis: demam, batuk, pilek, dll. Yang diobati adalah gejala yang timbul bukan virus corona itu sendiri. Sampai saat ini, tidak ada satu pun obat di dunia  yang bisa mengendalikan virus corona ini.  


Penanganan pasien covid selama ini hanya: pertahankan imun dengan tetap semangat dan konsumsi vitamin atau suplemen makanan untuk menunjang ketahanan imun. Cukup itu saja. Dan data menunjukkan banyak pasien yang sembuh.  

Malah di awal-awal ketika pandemi ini memasuki Indonesia, menkes Terawan mengeluarkan pernyataan yang agak kontroversial: orang yang terkonfirmasi positif covid, kalau imunnya kuat, akan sembuh sendiri, tanpa diobati. Sayang pernyataan menkes ini ditanggapi secara politik.

3. Bagaimana dengan yang meninggal? Memang selalu ada pasien yang meninggal gara-gara covid -19. Malah ada yang menyatakan covid-19 ini adalah penyakit mematikan.  Itu tidak dapat disangkal. Tetapi harus kita ketahui bersama  bahwa selalu ada faktor  lain yang menyebabkan itu. 

Tidak ada faktor tunggal. Faktor lain misalnya ada penyakit  penyerta selain covid. Bisa asma, hipertensi, jantung, kanker, asam lambung atau autoimun. Lansia yang tidak maksimal lagi memproduksi imun rentan terhadap penyakit ini. Setiap kasus tidak sama, selalu ada yang unik (khas).

4. Wuhan di daratan tiongkok adalah tempat pertama virus ini terkonfirmasi satu tahun yang lampau. Banyak analisis yang muncul kenapa virus ini ada lengkap dengan teori  konspirasinya.  Masyarakat di dunia setiap hari menerima informasi tentang perkembangan virus ini dan dampaknya. 

Masyarakat merasa ngeri bahkan takut melihat apa yang terjadi. Media televisi menyorot tempat-tempat  yang lockdown, peti-peti jenajah, wajah tenaga medis yang kelelahan dll. Minim  berita yang membangkitkan harapan. Setiap hari  masyarakat menerima informasi dari segala media dan penjuru. 

Celakanya, masyarakat tidak tahu mana informasi yang benar dan salah bahkan sampai hari ini. Begitu banyak teori  penanganan covid beredar di tengah-tengah masyarakat yang resmi bahkan yang tidak resmi (bukan dari pihak berwenang). 


5. Menanggapi point di atas pendapat saya seperti ini. Virus corona ini adalah virus baru. Tidak ada satu pun negara di dunia ini yang siap menghadapinya. Untuk membuktikannya, mari kita teliti secara seksama berbagai kebijakan negara untuk menghadapi situasi ini. 

Semua kebijakan dan cara penanganan selalu berubah-ubah. Kenapa berubah-ubah? Karena setiap negara atau pihak yang berwenang benar-benar tidak mengetahui bagaimana rumus yang tepat menghadapi covid ini.  

Semua masih di tahap pencegahan dengan penerapan 3M (memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan) dan yang terakhir vaksinasi kepada warganya. Obat untuk virus ini sendiri tidak ada sampai sekarang.  

Kebijakan yang berubah  contohnya  kita lihat penanganan covid di negara kita ini. Awal-awalnya, situasi begitu mencekam. Setiap hari selalu ada orang yang terkonfirmasi positif yang diberitahukan melalui televisi. Kalau ada yang meninggal, beritanya lebih heboh lagi. 

Kuburan mereka khusus, tidak boleh bercampur dengan umum. Menguburnya  malam-malam lengkap dengan petugas yang memakai alat perlengkapan diri (APD). Bahkan ada berita masyarakat yang menolak pemakamam covid di daerah mereka.  Masyarakat benar-benar ketakutan bahkan cenderung paranoid. Tidak ada istilah isolasi mandiri (isoman)  saat itu. 

Kalau ada yang terkonfirmasi di masyarakat segera diangkut ke rumah sakit rujukan covid.  Petugas kesehatan datang menjemput memakai ambulan. Situasi benar-benar mencekam.  Coba kita bandingkan saat ini. Berbeda bukan?  Kalau ada yang terkonfirmasi sudah banyak yang melakukan isoman. 

Adapun yang meninggal  dikubur sudah siang dan sudah bisa di pekuburan umum. Dulu peti jenajahnya dibungkus dengan plastik, sekarang tidak lagi. Dulu dilarang berkerumun sekarang sudah diberi kelonggaran. Dulu harus swab dua kali untuk membuktikan sembuh. Sekarang cukup satu kali. 


Kalau sudah tidak ada gejala dan sudah isoman sepuluh hari dianggap sudah sembuh.  Kenapa bisa berubah segala kebijakan? Ya, itu tadi. Tidak ada satu pun cara yang tepat untuk menghadapi virus ini. Semua masih berimprovisasi. Dan akan selalu seperti itu sampai ditemukan cara yang tepat (obat) untuk menangani virus ini.  

6. Menurut para ahli, virus corona ini mungkin akan tetap ada di sekitar kita bahkan untuk jangka waktu yang akan lama. Walaupun vaksinasi sudah dimulai di berbagai negara,  virus corona diperkirakan akan tetap ada di sekitar kita. Vaksinasi yang diharapkan menciptakan herd imunity di tengah-tengah masyarakat tidak akan mampu untuk mengenyahkan virus corona ini sama sekali. 
 
Sejarah dunia telah mencatat,  dalam penanganan virus;  siapa yang bertahan akan tetap hidup; tetapi siapa yang tidak kuat akan lenyap. Beruntunglah kita kalau masuk kategori yang kuat.   Karena kondisi itulah kita harus  mampu beradaptasi dengan virus ini dan menciptakan suatu cara kehidupan  yang berbeda. 

Cepat atau lambat  kita  akan terinfeksi virus ini dengan merujuk penerapan prokes yang begitu longgar saat ini di tengah-tengah masyarakat.  Prokes yang begitu ketat sekalipun tidak ada jaminan kita tidak kena – seperti saya sendiri- apalagi prokes yang sudah longgar. Di vaksin pun tidak ada jaminan tidak kena lagi.  

Vaksin hanya mencegah kondisi terburuk terjadi pada kita. Tapi andai suatu saat kita terinfeksi, jangan takut apalagi panik. Covid-19 bisa dikalahkan dengan imun dan iman. Kita hanya harus  lebih hati-hati ketika ada penyakit penyerta di tubuh kita. 

7. Kalau ada suatu saat yang terinfeksi virus ini di tengah-tengah keluarga atau lingkungan kita, bersikaplah sewajarnya. Jangan takut atau paranoid. Jangan dijauhi korbannya.  Dukunglah mereka melewati saat-saat krisis tersebut. Itulah saatnya kita membuktikan apa itu iman, kasih dan pengharapan yang ada pada kita. 

Covid-19  memang berbahaya tetapi sikap kita yang menjauhi korban  itulah  yang paling berbahaya.  Ingat, covid-19 itu   berbahaya karena belum ada obatnya. Kelak, lima atau sepuluh tahun lagi covid-19 akan dianggap seperti flu biasa saja. Pakailah akal sehat dan hati nurani kita masing-masing untuk menilai situasi. 

8. Ini adalah tulisan terakhir saya untuk seri ini. Karena itu, melalui tulisan inilah saya menyampaikan ucapan terimakasih untuk segala pihak yang mendukung saya selama menjalani isoman. Dukungan tersebut membuat saya kuat dan merasa tidak sendiri. Ucapan terimakasih  yang tulus saya sampaikan pertama kepada istri saya Nofika Frisliani Sinaga. 

Dia adalah seorang  istri yang begitu setia, peduli, kuat dan sabar menghadapi saya. Air matanya yang keluar mengetahui saya terinfeksi covid telah Tuhan gantikan menjadi air mata sukacita ketika saya akhirnya sembuh. 

Terimakasih kepada keluarga besar (Purba-Sinaga) yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang selalu setia bertanya kabar dan memberi semangat secara khusus abangku Jhon Kariando Purba  kahaku  Hempi Wanty Saragih dan adik perempuanku Nuranida Purba. 

Terimakasih untuk setiap sahabat saya  para full timer GKPS dimanapun berada secara khusus  full timer distrik II yang  telah menyemangati saya sampai kepada pimpinan sinode GKPS (ephorus) yang begitu  terbuka memberi semangat kepada saya. Terimakasih kepada bapak Pdt Maijon Sumbayak  yang selalu datang ke rumah, mendokan dan membawa oleh-oleh dari ladangnya yaitu pepaya kuning dua biji. 

 Terimakasih kepada keluarga sahabat karibku pdt Ferdi Garingging dan botou Clara Girsang. Kami sesungguhnya sama-sama isoman karena mereka berdua (suami-istri) juga positif covid. Sahabat saya inilah teman yang selalu setia mendukung melalui komunikasi setiap hari. (Paima ham ma tulisanku selanjutni da lae, ai khusus tulisan pasal parhasomananta).  

Terimakasih kepada keluarga pengantar jemaat GKPS Bangun Selamat Sudiaman  dan istri Jennysaragih Jennysaragih  yang selalu datang ke rumah memenuhi apa yang kami butuhkan. Di saat orang lain mungkin takut datang ke rumah kami  tetapi pasangan yang setia ini tidak. Setiap hari mereka datang.  Itu adalah dukungan yang begitu nyata.  

Terimakasih kepada semua jemaat yang saya layani yang  selalu setia mendukung  selama saya menjalani isoman secara khusus GKPS Marturia yang datang mengirim makanan dan minuman serta tanda kasih (amplop). Seingatku setiap saya sakit, mereka selalu datang ke rumah untuk mendukung. Dalam hal ini “ingatan madokah” lah segala kebaikan mereka itu.  

Terimakasih untuk botou Deriyana Sigumondrong  yang datang mengantar nila panggang ke rumah. Tahu di satus fesbuk  saya mau makan nila panggang, ekh.. malamnya langsung diantar. 

Semogalah segala rencana dan keinginan keluarga botou diberkati Tuhan ya. Terimakasih juga kepada sahabat masa SMA saya, Jans Jan Frans  yang selalu mengantar kelapa muda ke rumah sampai tiga kali. Semoga juga pintu rejeki dibukakan Tuhan kepada keluarga. 

Terimakasih kepada perutusan sinode bolon Kannedi Saragih yang selalu bertanya kabar dan mengantar salak. Mi goreng kiriman keluarga Yoga Gurusinga  juga sangat enak dinikmati. Terimakasih untuk keluarga tersebut. Dilancarkan juga rejekinya. Terimakasih kepada pengusaha muda Lylyan Mode  atas dukungan moril dan materi yang dikirimkan. Lancar juga segala usahanya ya. 

Terimakasih untuk inang HotmaRiada Saragih  untuk kiriman Tinuktuk, jahe merah dan kunyitnya. Terimakasih kepada Pdt Arifin Saragih  atas kiriman madunya. Sangat mendukung sekali dalam situasi yang saya hadapi. Begitu juga kiriman madu dari lawei saya St Awal Juni Damanik  dari Jambi.  Madunya sangat enak sekali, rasanya menusuk dan tajam.
 
Ketika saya meminta nomor rekening untuk transfer dana, beliau mengaku tidak punya nomor rekening, padahal seorang pengusaha sukses di Jambi. Terimakasih juga kepada Kel Botou Gerald Gwen Damanik dari Tebing Tinggi yang sudah mengirim kue bolu ke rumah. 

Terimakasih ya botou, semoga juga dilimpahkan rejekinya. Terimakasih untuk kiriman pisang dari panggi Jhon  Henrimanson Purba dan kiriman daging b1 dari pakter tuak Bahapal Raya. Senior saya atau Praeses  Distrik 7 abang Pdt   Jhon Ricky Purba  Terimakasih untuk dukungan morilnya  bang. 

Dukungan dari keluarga kaka Maya Purba  juga begitu nyata untuk kami. Dukungan moril dan materi. Terimakasih ya kak. Saya percaya keluarga orang kaka di kemudian hari pasti menerima sesuatu yang mengejutkan dari Tuhan kita, karena tetap mengandalkan Tuhan dalam perjuangan selama ini, tidak turut cara-cara dunia. Tidak lupa pembimbing rohaniku  bapak Pdt Saragih Jaharianson  yang selalu setia mendoakan saya. 

Selanjutnya ucapan terimakasih kepada sahabat-sahabat fesbuk yang telah bersedia melowongkan waktunya  untuk menulis di kolom komentar memberi semangat untuk saya.  Saya berniat membalasnya satu persatu   tetapi karena sangat banyak  tidak mampu untuk membalasnya. 

 Terimakasih ya, untuk segala dukungannya. Mari kita menggunakan medsos untuk saling memberi  dukungan secara positif. 

Akhir kata, terimakasih untuk segala dukungan dari sahabat dan handai taulan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Mohon maaf tidak bisa saya sebutkan disini semua namanya. Semua dukungan tersebut sangat berarti untuk saya. 

 Terakhir sekali, syukur kepada Tuhan yang telah memberi saya pengalaman ini. Begitu banyak pengalaman dan hikmah yang bisa saya peroleh. Saya bersyukur masih diberikan kesempatan untuk sembuh dan hidup. Itu artinya, hidup saya yang selanjutnya harus benar-benar dipergunakan untuk  melayani-Nya lebih sungguh-sungguh lagi. Kesempatan sudah diberikan dan hari masih siang. Terpujilah nama-Mu Tuhanku. Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku (Mzm 23:1).  
Bahapal Raya, 28 Januari 2021. (****)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments