Info Terkini

10/recent/ticker-posts

St M Wagner Damanik Manohu GKPS Tinggi Saribu

St Drs M Wagner Damanik Melayani di GKPS Tinggi Saribu, Minggu (19/1/2020). Foto Pdt Defri Judika Purba STh 
Beritasimalungun-Jauh sebelum hiruk pikuk Pilkada Kabupaten Simalungun dimulai, rencana beliau untuk mengunjungi GKPS Tinggi Saribu sudah ada. Mungkin beliau tertarik berkunjung karena saya sering memosting GKPS Tinggi Saribu di facebook.

Jauh sebelum bintang dua melekat di pundaknya, saya juga sudah mengenal beliau. Kami saling mengenal waktu saya menjadi pendeta di kampung halamannya, Sipolha. Waktu itu pangkatnya masih Kombespol.

Dua hal diatas perlu saya utarakan untuk memulai tulisan ini untuk mencegah penafsiran bermacam-macam. Tulisan ini murni sebagai sebuah apresiasi akan sebuah ketulusan, ketegasan dan ke rendah hatian seorang Wagner Damanik dalam hidupnya. Walau ada juga yang menafsir di luar tujuan tulisan, tentu saya juga tidak bisa mencegahnya.


Baca: Maruli Wagner Damanik Kunjungi Desa “Jurang 1000 Meter”

"Lawei, kapan jadi kita ke GKPS Tinggi Saribu itu", pesan WA beliau di kontak HP-ku di awal tahun 2020 ini. Beliau kadang memanggil saya pendeta, kadang lawei. Saya juga sering memanggil beliau lawei. Nyonya beliau memang satu marga dengan saya, Boru Purba Pak-pak dari Kota Siantar.

"Saya usul tanggal 19 atau 26 Januari Lawei, ham pilih mana tanggal yang cocok dengan jadwal kegiatan ham," saya memberi respon.

"Apa saja kegiatan kita disana lawei?"

"Ibadah minggu, ham yang bawa khotbah, "

"Oke lawei, tanggal 19 saja kalau seperti itu ya"

Seperti itulah komunikasi kami di WA dan pada hari ini (Minggu 19 Januari 2020) terlaksanalah percakapan kami di atas.

Beliau datang bersama rombongan. Ada tiga mobil. Ketika rombongan berhenti di rumah, saya terkejut alang kepalang, karena istri beliau ternyata ikut juga.

"Loh, kaka ikut juga ya?"

"Iya pendeta, apa tidak diberitahu?"

"Tidak tahu kak, dalam pikiranku hanya lawei yang datang, pikiranku kaka di Jakarta"

"Ngak pendeta, semalam saya datang dari Jakarta, khusus untuk ikut ke Tinggi Saribu"

Saya semakin terkejut. Melihat wajahku yang sedikit berubah, beliau bertanya lagi:

"Kenapa pendeta"?

"Yang kupikirkan sekarang, bagaimana kaka ikut ke Tinggi Saribu. Karena jalannya melewati jurang"

"Ngak apa-apa pdt, kami juga pernah dari parjalangan"

(Parjalangan itu satu desa berjarak sekitar empat belas kilometer dari kota Pematang Siantar. Terletak di sekitar perbukitan Dolok Simbolon)

"Kalau seperti itu, marilah kita berangkat",

Kami pun berangkat. Saya naik sepeda motor di depan rombongan. Di sepanjang perjalanan saya berpikir keras. Bagaimana nanti membawa rombongan sampai ke Tinggi Saribu? Siapa nanti yang menemani mereka secara khusus nyonya beliau ?

Berpikir sebentar, saya pun menelepon si Borsin agar ikut saja. Si borsin pun menyusul bersama anak-anak diantar magang.

Kami pun sampai di Desa Talun Kahombu. Menunggu jemputan datang, rombongan istirahat sejenak di warung kopi di depan gereja GKPS Talun Kahombu. Rombongan berbaur dengan masyarakat yang ada di warung kopi, minum aqua, teh manis dan kopi.

Setelah menunggu beberapa lama, jemputan untuk kami pun datang. Ada lima sepeda motor datang dari Tinggi Saribu untuk menjemput kami. Karena jumlah kami lebih dari sepuluh, jemputan pun harus balik lagi untuk menjemput.

Saya sendiri meminjam sepeda motor milik warga GKPS Talun Kahombu untuk membawa keluarga. Sepeda motor yang Saya miliki tidak sanggup melewati jalan menuju Tinggi Saribu. Sepeda motor yang menjemput dan yang saya pinjam sudah dimodifikasi ban dan rantainya.

Kami pun berangkat bersama-sama. Saya di posisi belakang untuk bisa memantau rombongan. Di tengah perjalanan, saya perhatikan istri bapak Wagner Damanik berganti sepeda motor. Rem sepeda motor yang membawanya sedikit macet. Bapak Wagner Damanik pun berganti sepeda motor juga.

Kami pun melewati jurang menuju Tinggi Saribu ditemani hangatnya sinar matahari pagi. Angin yang berhembus ditemani suara burung di pepohonan. 

Ketika melewati jembatan, air Sungai Bahapal pun menyambut kami dengan sukacita. Pantulan sinar matahari di permukaannya menyambut kami begitu hangat. Suara sepeda motor yang meraung-raung mengejutkan beberapa tupai yang bercengkerama di pepohonan.

Akhirnya semua rombongan sampai di gereja GKPS Tinggi Saribu. Jemaat sudah ada yang berkumpul di gereja, sebagian lagi baru sampai.

Setelah istirahat dan persiapan sebentar lonceng gereja yang terbuat dari lingkar mobil pun dipukul penanda ibadah segera dimulai.

Ibadah berjalan lancar. Sintua Wagner Damanik menyampaikan khotbah yang di ambil dari 1 Korintus 1:1-9. Dalam khotbahnya beliau menekankan, dalam hidup ini kita harus sering mengucap syukur dan selalu menyampaikan salam damai sejahtera. 

Walau hidup kadang turun, tapi harus tetap optimis dan percaya kehidupan selanjutnya akan naik kembali. Dengan mengandalkan iman kepada Yesus, tantangan sebesar apa pun di tahun 2020, akan bisa dihadapi.

Usai ibadah, dilanjutkan dengan acara ramah tamah. Semua rombongan yang datang memperkenalkan diri. Pada waktu ramah tamah inilah, Sintua Wagner Damanik menyerahkan "Siluah" berupa jubah pelayanan kepada majelis jemaat GKPS Tinggi Saribu. Beliau berharap dengan adanya jubah pelayanan, maka semangat majelis jemaat untuk melayani semakin bertambah.

Majelis Jemaat GKPS Tinggi Saribu pun menerima "siluah" tersebut dengan sukacita seraya mengucapkan terimakasih kepada keluarga Sintua Wagner Damanik.

Setelah acara ramah tamah selesai, rombongan bersama jemaat pun makan siang bersama. Lokasi makan siang di halaman depan rumah jemaat. Kenapa di halaman? karena rumah jemaat tidak sanggup untuk menampung semua rombongan.

Kami pun makan bersama dibawah tenda. Majelis Jemaat memberi "Dayok Na Binatur" kepada keluarga Sintua Wagner Damanik dengan harapan dan doa kiranya apa yang menjadi cita-cita dalam hidup mereka, Tuhan bisa kabulkan.

Selesai makan siang dilanjutkan dengan ucapan-ucapan terimakasih. Keluarga Sintua Wagner Damanik berterimakasih karena sudah disambut dengan baik, Jemaat melalui pimpinan pun berterimakasih karena rombongan mau dan berkenan datang ke GKPS Tinggi Saribu.

Acara pun selesai. Rombongan pun kembali pulang menuju Talun Kahombu dengan sukacita.

Melalui tulisan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada keluarga Sintua Wagner Damanik yang telah berkenan datang "Manohu" GKPS Tinggi Saribu. 

Saya tahu hanya niat tulus dan kerendahhatian saja yang membawa keluarga untuk datang berkunjung. Sebagai anggota Majelis Gereja, sintua Wagner Damanik semakin mengetahui pergumulan pelayan dan pelayanan di lapangan. Ternyata GKPS bukan hanya Cikoko dengan segala kelebihan dan kenyamanan yang dimilikinya tetapi ada juga GKPS di lereng Bukit Simbolon dengan segala keterbatasannya.

Secara khusus terimakasih yang sangat spesial kepada kaka Maya Purba yang tetap setia mendampingi lawei dalam perjalanannya.

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments